Cari disini / searching.....

Selasa, 30 Desember 2014

EFEK UAS MATEMATIKA

haduh badan semua terasa pegal,,, efek setelah mengikuti UAS MATEMATIKA ,, gila itu soal apa pembunuh,,,, extreme bgt soalnya,, yang gk kuat jangan coba2!! heee

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita. Berikut ini beberapa masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia :
1. Masalah Kurikulum 
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh
2. Masalah Biaya 
Banyak masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal dan lebih parahnya banyak pula pejabat pendidikan yang ngomong, kalau pengen pendidikan yang berkualitas konsekuensinya harus membayar mahal. Pendidikan sekarang ini seperti diperjual-belikan bagi kalangan kapitalis pendidikan dan pemerintah sendiri seolah membiarkan saja dan lepas tangan. Apa mereka sudah mengenyam pendidikan?? Akhir-akhir ini pemerintah dalam sistem pendidikan yang baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Ironis sekali bila kebijakan ini benar-benar terjadi.
3. Masalah Tujuan pendidikan 
Katanya pendidikan itu mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu menyesatkan. Lihat saja kualitas pendidikan kita hanya diukur dari ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak pula yang membelinya (baik dari masyarakat ataupun pejabat-pejabat).
4. Masalah Disahkannya RUU BHP menjadi Undang- Undang 
DPR RI telah mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi Undang-Undang. Namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari kalangan mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi terhadap dunia pendidikan. Segala aspirasi dan masukan, sudah disampaikan kepada Pansus RUU BHP. UU BHP ini akan menjadi kerangka besar penataan organisasi pendidikan dalam jangka panjang.
5. Masalah Kontoversi diselenggaraknnya UN 
Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.



LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A.    Landasan Teori
Landasan teori perlu ditegakkan agar suatu penelitian memiliki dasar yang kokoh dan tidak sekedar coba-coba saja (trial and error). Landasan teori inilah yang merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Kerlinger dalam Sugiyono (2010: 79-80) menyatakan bahwa “teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena”.  Sitirahayu Haditono dalam Sugiyono (2010: 80) mengatakan bahwa “teori adalah akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada”.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control). Dalam penelitian pendidikan, misalnya seseorang ingin melihat sejauh mana pengaruh penerapan pendekatan Problem Solving terhadap prestasi belajar matematika seorang siswa. Dalam hal ini, melalui teori yang ada, seorang peneliti harus mampu menjelaskan apa itu Problem Solving, bagaimana Problem Solving dijalankan dalam proses pembelajaran dan seterusnya. Selanjutnya, dari penjelasan teori tersebut, peneliti harus bisa membuat suatu perkiraan/ prediksi dari penggunaan Problem Solving terhadap prestasi belajar siswa. Apakah prestasinya lebih baik atau tidak. Pada akhirnya, peneliti menjadikan Problem Solving sebagai alat untuk mengkontrol berlangsungnya pembelajaran.  Atau dengan kata lain, pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi segala tuntutan yang diminta oleh Problem Solving dan tidak ada ruang sekecil pun untuk dilaksanakannya pendekaan atau metode lainya.
Dalam upaya mencari sumber teori, secara garis besar dibedakan menjadi dua sumber, yaitu (1) sumber acuan umum, dan (2) sumber acuan khusus. Yang dikatakan sumber acuan umum adalah buku teks, ensiklopedia, dan semacamnya. Sedangkan sumber acuan khusus diantaranya adalah laoran hasil penelitian, jurnal penelitian, dan semacamnya. Dalam era sekarang ini, pencarian kepustakaan akan lebih dimudahkan dengan fasilitas internet. Banyak sekali teori-teori yang dibutuhkan dalam penelitian tersedia di halaman-halaman web. Bahkan ketika sekarang ini diwajibkan untuk mencantumkan jurnal penelitian sebagai acuan dalam penelitian, baik jurnal nasional maupun internasional, akan sangat mudah sekali diperoleh dari internet. Jurnal yang tadinya mahal akan menjadi gratis melalaui internet.
Sumber bacaan biasanya dikemukakan dalam dua criteria, (1) prinsip kemutakhiran dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran menuntut peneliti untuk menggunakan sumber bacaan yang mutakhir (up to date). Bahkan ada semacam aturan tidak tertulis yang mewajibkan sumber bacaan paling tidak harus diambil dari cetakan 10 tahun terakhir. Prinsip relevansi menuntut peneliti untuk menggunakan bacaan-bacaan yang sesuai (relevan) dengan apa yang diteliti.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian secara sistematistentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uaraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variable yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Dalam laporan penelitian, kelengkapan teori yang ditulis akan menandakan bahwa penulis memiliki tingkat penguasaan terhadap teori yang baik. Penguasaan teori ini akan semakin baik lagi jika peneliti terus berupaya untuk membaca sebanyak-banyaknya teori yang mendukung tentang apa yang diteliti. Semakin lengkap deskripsi teori yang dimiliki oleh peneliti, akan semakin baik pula tingkat pemahamannya dan memudahkan dalam membangun hubungan sebab akibat antar variable. Kelengkapan teori inilah yang menjadi tuntutan bagi semua peneliti.

Contoh.
Seorang peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Fungsi Kuadrat Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Se-Kecamatan Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari judul tersebut, seorang peneliti harus membangun teori pembelajaran terlebih dahulu. Kemudian teori tentang CTL dan Motivasi Belajar. Secara lengkap, teori yang diperlukan disajikan sebagai berikut .
1.      Definisi Prestasi Belajar Matematika
a.       Definisi Belajar
b.      Definisi Matematika
c.       Definisi Prestasi Belajar
d.      Definisi Prestasi Belajar Matematika
2.      Definisi Pembelajaran
a.       CTL
1)      Definisi CTL
2)      Karakteristik CTL
3)      Ciri-ciri CTL
4)      Langkah Pembelajaran CTL
5)      Kelebihan CTL
6)      Dll
b.      Ceramah
1)      Definisi metode ceramah
2)      Langkah-langkah pembelajaran ceramah
3)      dll
3.      Motivasi Belajar
a.       Definisi Motivasi Belajar
b.      Macam-macam Motivasi belajar
c.       Cara meningkatkan motivasi belajar
d.      Dll

Tata Cara Pengutipan
Dalam pendefinisian istilah yang digunakan sebagai variable penelitian, peneliti bisa mengutip dari pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Pada umumnya, jumlah pakar yang dipakai setidaknya tiga orang pakar. Selanjutnya dari pendapat pakar-pakar tersebut, peneliti tinggal menyimpulkan saja. Penulisan kutipan dalam laporan penelitian adalah sebagai berikut.
1.      Kutipan Langsung kurang dari lima baris
Pada kutipan jenis tersebut, dibubuhkan tanda “ di depan dan akhir kutipan dimasukkan dalam paragraph.
Contoh:
Menurut Winkel (1986:150), “prestasi adalah bukti usaha yang sudah dicapai setelah melakukan sesuatu”. Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Sutratinah Tirtonagoro (1984: 43) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.

Pada contoh di atas, sumber yang diacu adalah tulisan dari Winkel, pada bukunya yang terbit pada tahun 1986 di halaman 150. Selanjutnya yang sangat harus diperhatikan lagi adalah, keterangan buku hasil tulisan Winkel harus dapat ditunjukkan pada Daftar Pustaka.

2.      Kutipan langsung lima baris atau lebih
Pada kutipan jenis tersebut, maka ditulis dengan spasi 1 dan dikeluarkan dari paragraph menjorok ke kanan, tanpa tanda kutip.
Contoh
Dalam pembelajaran ini dirancang serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Wina Sanjaya (2008: 242) mengemukakan dua alasan dianjurkannya metode ini,
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
3.      Kutipan tidak langsung
Kalau kutipan tidak langsung, dalam arti penulis memodifikasi kalimat yang ada dengan tanpa meninggalkan makna yang ada pada kalimat aslinya, penulisannya tidak perlu disertai tanda “.

Penulisan landasan teori ini, jika tidak hati-hati akan menjadikan dan mondorong penulis untuk melakukan plagiat. Secara akademik, plagiat merupakan penyakit yang sangat kronis dan harus diberantas. Untuk mengatasinya, penulis harus benar-benar menyertakan dan menunjukkan buku yang dikutip dari seseorang tersebut di daftar pustaka. Kebiasaan buruk download dari internet juga akan mendorong penulis untuk melakukan plagiarisme. Pengambilan artikel apapun dari internet harus disertai alamat web yang jelas dan lengkap.     

B.     Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010: 91) mengemukakan bahwa “kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting”. Selanjutnya kerangka berpikir yang baik akan dapat menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable  yang akan diteliti.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut memuat atau berkenaan dengan dua variable aau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variable atau lebih secara mandiri, maka peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variable, juga argument terhadap variasi besaran variable yang diteliti. Pada penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi perlu juga disusun suatu kerangka berpikir.
Pada dasarnya kerangka berpikir adalah cara pandang peneliti untuk menghubungkan variable-variabel penelitian serta dapat menggambarkan opini secara teoritik bagaimana hubungan antar variable tersebut terjadi. Penulisan kerangka berpikir harus menyesuaikan dengan rumusan masalahnya, mengapa? Karena dalam rumusan masalah telah ditentukan arah dari penelitian yang akan dilaksanakan.
Misalnya, pada suatu penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari penelitian tersebut dirumuskan masalah “Apakah prestasi siswa yang dikenai pendekatan CTL akan lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai pendekatan mekanistik (ceramah)?”. Dari rumusan masalah tersebut, jelas terlihat bahwa arah penelitian yang akan dilakukan adalah untuk melihat atau membandingkan pendekatan belajar manakah yang dapat meningkatkan prestasi belajar, pendekatan CTL atau pembelajaran mekanistik. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti dapat membangun kerangka berpikir sebagai berikut.
“Pembelajaran CTL merupakan salah satu pendekatan yang mengkedepankan keaktifan siswa, selain itu pada CTL akan mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini akan berakibat pada terbentuknya memori yang kuat dan berimbas pada pemahaman materi yang tidak mudah untuk dilupakan siswa. CTL juga melibatkan ruang lingkup sekitar kehidupan siswa, sehingga pengalaman belajarnya sangat telihat nyata dan dapat dirasakan langsung.
Dalam proses pembelajaran CTL siswa terlibat dalam banyak kegiatan pembelajaran: belajar individu, mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, bekerja dalam kelompok, melibakan kehidupan realistic, dsb. Kegiatan-kegiatan inilah yang secara teori akan membanu meningkatkan kinerja dan hasil belajarnya.
Berbeda dengan pendekatan mekanistik yang lebih didominasi oleh ceramah. Siswa berada dalam lingkungan yang pasif dan dikontrol penuh oleh guru. Proses pemerolehan ilmu pengetahuan diibaratkan seperti bejana kosong yang diisi air sebanyak-banyaknya. Sehingga akadang ada yang bisa diingat dan banyak yang dilupakan. Dengan cara seperti ini, pengetahuan hanya dihafal saja oleh siswa dan dalam waktu yang cukup lama akan mudah dilupakan.
Perbedaan-perbedaan pada dua jenis pendekatan belajar inilah yang tentunya akan berpengaruh pada hasil (prestasi) belajar siswa. Melihat dari beberapa keuungulan dan kelemahan dari keduanya, maka dapat diduga bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik.”

Kerangka berpikir dapat juga dipandang sebagai sarana bagi pembaca untuk melihat sejauh mana peneliti memahami masalah penelitian yang diangkat. Selain itu, kerangka berpikir dapat digunakan untuk menilai sejauh mana peneliti memahami teori-teori yang dibangunnya dan melihat sejauh mana langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Out put dari penyusunan kerangka berpikir adalah dihasilkannya hipotesis (dugaan sementara) penelitian.

C.    Hipotesis
Budiyono (2003: 22) mengatakan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya msih harus diuji secara empiris”. Selanjutnya Sugiyono (2010: 96) mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang teah dibangun sebelumnya. Mseskipun dibangun secara teoritik, secara ilmiah jawaban tersebut belum bisa diterima jika belum dibuktikan dan didasarkan pada fakta-fakta serta data empirik yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data. Jadi dapat pula dikatakan, hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.
Selanjutnya dalam penelitian akan dikenal pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistic. Pengertian hipotesis penelitian sebagaimana di bahas didepan. Sedangkan pengertian hipotesis statistic didasarkan pada digunakannya sampel. Dengan kata lain, jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistic. Uji statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian didasarkan data yang ada pada sampel. Selanjutnya kesimpulan pada sampel akan digeneralisir kepada populasi. Kesimpulan pada populasi inilah yang nantinya yang akan dibandingkan, apakah sama dengan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak.
Mengapa hipotesis harus dibuat? Hipotesis harus dibuat berdasarkan tiga alas an, yaitu: (1) hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu, (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan data, (3) hipotesis dapat menunjukkan analisis data apa yang akan digunakan.
Dalam penyusunan hipotesis disarankan sebagai berikut: (1) konsisten dengan landasan teori yang ada, (2) dinyatakan dalam kalimat deklaratif (pernyataan), (3) menyatakan pertautan antara dua variable atau lebih, (4) dirumuskan secara sederhana, (5) dapat diuji secara statistic.
Secara statistic, hipotesis biasanya dinyatakan dalam bentuk Hipotesis nol (H0) dan Hipotesis kerja  (Ha atu H1). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih. Dapat pula dikatakan sebagai hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Hipotesis kerja merupakan kebalikan dari Hipotesis nol, menyatakan adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih. Dapat pula dikatakan sebagai hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Seringkali timbul pertanyaan mengenai hipotesis mana di antara kedua macam hipotesis (nol atau kerja) itu yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Jawaban dari masalah ini adalah dikembalikan pada dasar teori dan kerangka berpikir yang digunakan. Namun pada kebanyakan penelitian, hipotesis yang dinyatakan sebagai hipotesis penelitian cenderung menggunakan hipotesis kerja (H1 atau Ha). Karena pada kebanyakan penelitian kuantitatif, cenderung untuk mencari perbedaan dari kelompok-kelompok yang diteliti, sehingga perumusan hipotesis kerja sebagai hipotesis penelitian dipandang lebih tepat.
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian, sehingga perumusan hipotesis tidak akan jauh berbeda dari perumusan masalah. Jika permusan masalah disajikan dalam kalimat pertanyaan, namun pada perumusan hipotesis disajikan dalam kalimat pernyataan.
Contoh perumusan hipotesis.
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
Hipotesis Penelitian
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
“Apakah prestasi belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori?”
Prestasi belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori.
Pengaruh Kemampuan Awal dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani Tahun Ajaran 2011/2012
1.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
2.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
1.      Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal
2.      Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya.
Korelasi Kemampan awal Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
1.      Apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
2.      Apakah terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
3.      Apaah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
1.      Terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika.
2.      Terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
3.      Terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
1.      Apakah keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem solving?
2.      Apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
1.      Keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
2.      Prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.


TEKNIK ANALISA DATA

TEKNIK ANALISA DATA

Salah satu dari langkah/ tahap, atau proses penelitian adalah terjun ke lapangan untuk mendapatkan data. Langkah ini dilakukan setelah instrument yang dibuat telah diuji coba dan diketahui secara pasti bahwa instrument tersebut siap untuk digunakan dalam proses pengumpulan data. Kesiapan instrument akan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya, jika telah memenuhi indeks yang diinginkan, maka instrument tersebut siap untuk digunakan.
Proses pengumpulan data dengan instrument, pada akhirnya akan mendapatkan serangkaian data. Data yang diperoleh tersebut dinamakan data induk penelitian, karena belum dilakukan analisa apapun terhadap data tersebut sejak proses pemerolehannya. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan teknik analisis data sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Untuk penelitian eksperimentasi, biasanya digunakan teknik uji-t, uji-F, Analisis Variansi (Anava) satu jalan, Anava 2 jalan, Anava 3 jalan, sampai analisis multivariate. Untuk penelitian korelasi, biasanya digunakan uji korelasi linier dan korelasi linier berganda, untuk penelitian kausal komparatif, biasanya menggunakan teknik analisis yang sama dengan penelitian eksperimen, sedang pada Penelitian Tindakan Kelas digunakan teknik analisis statistic deskriptif. Lebih lanjut akan disajikan dalam table berikut ini.
Jenis Penelitian
Teknik Analisis Data
Penelitian Eksperimentasi
1.      Uji-t
2.      Uji-F
3.      Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4.      Analisis Multivariat.
Penelitian korelasi
1.      Korelasi linier
2.      Korelasi linier berganda
Penelitian Kausal Komparatif
1.      Uji-t
2.      Uji-F
3.      Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4.      Analisis Multivariat.
Penelitian Tindakan Kelas
1.      Statistik Deskriptif (prosentase, standar deviasi, rataan)

ILUSTRASI PENELITIAN EKSPERIMEN
 Berikut ini disajikan sebuah ilustrasi mengenai penelitian ekpserimen yang diadopsi dari skripsi Ageng Puspa Anindita (NIM. 082143273) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo Angkatan 2008. Ilustrasi ini disertai beberapa modifikasi yang dianggap perlu.
Judul Penelitian
Eksperimentasi Metode Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
I.       Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Matematika memiliki nilai yang sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas karena matematika mempunyai obyek yang abstrak dan memiliki pola pikir deduktif. Nilai-nilai tersebut diperlukan dalam pengajaran matematika yang bertujuan dapat menumbuhkembangkan dan membentuk pribadi siswa dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik serta menciptakan interaksi yang baik bagi para siswa. Seorang guru juga harus menguasai keterampilan-keterampilan dasar mengajar. Macam-macam keterampilan dasar mengajar tersebut meliputi: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) ketrampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (Suwarna, dkk., 2005: 66).
Seorang guru juga harus dapat mampu memanfaatkan berbagai media dan alat peraga matematika dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus mampu menguasai materi pelajaran. Namun demikian, sampai sekarang prestasi belajar siswa mata  pelajaran Matematika masih rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 26 Purworejo bahwa rata-rata nilai ulangan siswa SMP Negeri 26 Purworejo sebagai berikut.
Tabel 1
Prestasi belajar siswa SMP Negeri 26 Purworejo
Ulangan
Nilai Rata-rata
Tengah Semester
53.633
Akhir Semester
49.643
KKM
68
Dari nilai rata-rata hasil ulangan tengah semester dan hasil ulangan akhir semester tersebut dapat dilihat masih jauh dari nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 68.
Di antara faktor penyebab rendahnya prestasi belajar Matematika adalah penerapan teknik pembelajaran yang kurang tepat. Kita harus menerapkan salah satu atau gabungan dari beberapa metode mengajar dan metode pembelajaran yang paling baik atau mengenai sasaran. Dengan demikian, proses belajar hendaknya mengacu kepada siswa belajar kepada apa yang ia pelajari.
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1.         Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, mungkin disebabkan oleh guru yang kurang tepat memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas tidak dapat berjalan dengan baik serta tidak dapat menciptakan interaksi yang baik bagi para siswa.
2.         Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan tidak tersedianya alat dan sumber pembelajaran yang memadai.
3.         Rendahnya prestasi belajar  matematika siswa mungkin disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa.
C.    Pemilihan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti memilih masalah pada nomor 1 sebagai masalah yang diteliti lebih lanjut. Pemilihan masalah ini didasarkan pada alasan bahwa factor penentu keberhasilan siswa dalam belajar adalah dari metode pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Ketika siswa diajak untuk belajar secara aktif, maka secara teoritik siswa akan lebih paham dengan pembelajarannya. Sehingga permasalahan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut
D.    Pembatasan Masalah
Dari pemilihan masalah di atas, selanjutnya peneliti melakukan pembatasan sebagai berikut.
1.        Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif  dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) dan metode ekspositori.
2.        Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi Bangun Datar Segitiga. Kompetensi ini dipilih karena pada pembelajaran kompetensi tersebut masih disajikan dengan pembelajaran ekspositori dan prestasi belajar pada kompetensi tersebut masih rendah.
3.        Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo.
4.        Penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Selanjutnya dari pembatasan tersebut, peneliti mengambil judul penelitian “Eksperimentasi Metode Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”.
E.     Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012?
F.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012.

II.    Kajian Teori, kajian Pustaka, dan Hipotesis
A.    Kajian Teori
Pandangan paham konstruktivisme menyatakan bahwa proses belajar benar-benar terjadi jika siswa mampu memproses atau mengkonstruksi sendiri informasi atau pengetahuannya sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menjadi bermakna sesuai dengan kerangka berpikir mereka. Piaget dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) dalam teori ekuilibrasinya menganjurkan agar dalam proses pembelajaran seharusnya ada pengalaman logis yang harus diberikan kepada siswa sehingga siswa merasakan kegunaan materi yang dipelajarinya dan mendorong terjadinya perubahan yang terus menerus dalam belajar. Gordon Dryden dan Jeannete Vos dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) menyatakan bahwa ”Ciri utama pembelajaran yang bermakna adalah di mana siswa dapat merasakan manfaat dari materi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari”. Bruner dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 169) mengklaim bahwa ”Belajar adalah sebuah proses aktif di mana pembelajar membangun gagasan-gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya”. Dari beberapa pendapat di atas, maka salah satu pembelajaran yang cocok diterapkan sesuai dengan pendapat di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan pembelajaran yang lebih menekankan kepada anak untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Ciri-ciri  pembelajaran kooperatif diantaranya adalah para siswa dapat saling membantu, saling berdiskusi, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing, akan mendorong siswa aktif untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri di dalam kelompoknya. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam ligkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran (learning comunity) yang saling membantu satu sama lain.
Menurut Miftahul Huda (2011: 1) pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) atau kepala bernomor ini dikembangkan oleh Russ Frank. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat kerjasama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. Dengan menggunakan pembelajaran ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.
 Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki 4 tahap dalam pembelajarannya, yaitu:
a)        Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
b)        Guru memberikan tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)        Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
d)       Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompoknya.
Selanjutnya, dari 4 tahap tersebut dapat disusun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.

1.      Pendahuluan
a.       Guru melakukan apersepsi
b.      Guru menjelaskan tentang pembelajaran NHT
c.       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d.      Guru memberikan motivasi
2.      Kegiatan inti
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tahap 1
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
Tahap 2
Guru memberikan tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
Tahap 3
Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
Tahap 4
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.
Sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan jawaban hasil diskusi kelompok tersebut. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok.
3.      Penutup
a.       Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.
b.      Guru memberikan evaluasi/latihan soal mandiri.
c.       Siswa diberi PR atau mengerjakan ulangan soal evaluasi.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Setiap siswa menjadi siap semua.
2.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3.      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4.      Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok
Dari beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif tipe NHT, dimana keaktifan belajar menjadi titik tekan proses pembelajarannya akan dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi atau mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna sehingga pengetahuan tidak mudah untuk dilupakan. Secara teori hal ini akan dapat menjadikan siswa menghasilkan prestasi pembelajaran yang baik. Di satu pihak, kelemahan pembelajaran ekspositori yang menjadikan siswa sebagai objek belajar dimana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang diberikan apa adanya akan menjadikan siswa tumpul dan tidak kreatif membangun pengetahuannya. Pengetahuan yang tertanam akan bersifat hafalan semata dan dalam jangka waktu tertetu bisa saja akan hilang. Dari penjabaran tersebut dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe  NHT (Numbered Heads Together) akan lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar segitiga
B.     Kajian Pustaka
Tentunya sudah ada banyak penelitian yang meneliti metode NHT ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Noor Azizah.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional.
2.      Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas VIII-a Mts Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Masruhan Mufid.
Hasil penelitin menyimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah Ma’arif Sumpiuh Kabupaten Banyumas Pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together, (2) Aktivitas siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah Maarif Sumpiuh Kabupaten Banyumas pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan melalui model pembelajran NHT (Numbered Heads Together).
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut di atas adalah sama-sama menerapkan metode NHT, sedangkan perbedaannya terletak pada: materi, tempat, dan waktu penelitiannya.
C.    Kerangka Berpikir
Metode ceramah didominasi oleh guru. Dalam proses pembelajarannya, guru tidak mendorong siswa untuk aktif menemukan ide, memberikan pendapat, mengeksplor kemampuan, dan mengoptimalkan potensinya. Kelemahan dari metode ceramah adalah pembelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja, dan konsep-konsep matematika bersifat hafalan sementara dan sewaktu-waktu hilang.
Berbeda dengan metode pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together), metode pembelajaran merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa.
Kelebihan metode Numbered Heads together adalah setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok sehingga terjadi interaksi sosial antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Penggunaan metode ini memiliki dampak positif terhadap siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam satu tim. Siswa kelompok bawah akan mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang materi yang dijelaskan.
Dari penjabaran tersebut bahwa prestasi belajar yang menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) akan lebih baik dibandingkan metode ceramah siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar segitiga.

D.    Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012.
III.  Metodologi Penelitian
A.    Tempat, Subyek dan Waktu penelitian
1.      Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Purworejo.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – April 2012.
B.     Metode Penelitian
            Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu Metode NHT.
C.    Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 26 Purworejo yang terdiri dari VII kelas pada tahun pelajaran 2011/2012.
2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai Metode NHT dan siswa-siswa yang dikenai pembelajaran dengan strategi ekspositori.
3.      Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik Cluster Random Sampling dengan memilih 2 kelas dari populasi. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelas yang sama, pembagian kelompoknya menggunakan sistem acak, menggunakan buku paket yang sama, dan memperoleh pelajaran matematika dengan jumlah jam yang sama. Selanjutnya peneliti memilih sampel secara acak, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas control. Dari pengacakan diperoleh Kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan Kelas VII D sebagai kelas control.
D.    Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1.      Variabel Bebas
Metode Pembelajaran, yang terbagi dalam kelas yang dikenai metode NHT dan kelas yang dikenai ekspositori (skala nominal).
2.      Variabel terikat
Prestasi belajar matematika kompetensi bangun datar segitiga (skala interval)
E.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan dokumen. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda untuk menjaring nilai prestasi belajar siswa, sedangkan dokumen digunakan untuk mengetahui keadaan siswa, baik nama maupun nilai rapornya.
F.     Uji Coba Instrumen
1.      Analisis Instrumen
Analisis instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tes telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas atau belum.
a.       Uji validitas isi
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik atau tidak, dilakukan melalui penilian yang dilakukan oleh pakar (experts judgement).
b.      Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada obyek yang berbeda pada waktu yang berlainan. Reliabilitas tes hasil belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
Dalam penelitian ini soal tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika dipenuhi
2.      Analisis Butir Instrumen
Analisis butir instrumen meliputi uji tingkat kesukaran, daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh.
1).    Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Dalam penelitian ini soal yang dipakai adalah pada rentang tingkat kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
2).    Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Rumus untuk mencari daya pembeda suatu butir soal adalah:
Dalam penelitian ini, suatu butir soal akan dipakai dan dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika indeks daya pembedanya bernilai 0,30 – 1,00.
G.    Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
            ;
H.    Teknik Analisis Data
1.      Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a.         Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors. Dengan menggunakan statistik uji sebagai berikut:
        ;          
b.        Uji Homogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan statistik uji sebagai berikut:
2.      Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan uji-t dengan statistic uji sebagai berikut.
            ;
IV. Pembahasan
A.       Analisis Data
1.        Uji Keseimbangan
a.         Uji Prasyarat Uji Keseimbangan
1)        Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum di beri perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut dalam tabel.
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Awal

Keputusan
Kelas  Eksperimen
 diterima
Kelas  Kontrol
 diterima
Dari data tersebut di atas berarti kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2)        Uji Homogenitas Variansi
Hasil perhitungan uji homogenitas variansi data kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5% diperoleh . Dengan demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.        Uji Keseimbangan
Hasil perhitungan uji keseimbangan data kelas eksperimen dan kelas sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan = 5 % diperoleh nilai . Dengan demikian berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama.
2.        Uji Hipotesis
a.         Uji Prasyarat Hipotesis
1)        Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah di beri perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut dalam tabel.
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Setelah Diberi Perlakuan

Keputusan
Kelas  Eksperimen
 diterima
Kelas  Kontrol
 diterima
Dari data tersebut di atas berarti kedua kelas dari populasi tersebut berdistribusi normal.
2)        Uji Homogenitas Variansi
Hasil perhitungan uji homogenitas variansi data kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan   =5% diperoleh nilai . Dengan demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.         Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis digunakan uji  satu pihak yaitu uji pihak kanan. Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen kelas yang dikenai perlakuan  dan rata-rata kelas kontrol kelas yang tidak dikenai perlakuan , dengan  dan  diperoleh . Dengan = 5 % dan  = 58, diperoleh . Karena , maka  ditolak, berarti prestasi belajar yang menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) lebih baik di bandingkan dengan metode ceramah.
B.       Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, telah ditunjukkan bahwa prestasi siswa yang dikenai metode NHT lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang di bangun oleh kajian teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir sebelumnya. Keunggulan yang ada pada metode NHT (Numbered Heads Together) ini adalah mampu memberikan optimalisasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama untuk pengerjaan tugas siswa diberi kebebasan untuk mengerjakannya melalui diskusi dengan kelompoknya, bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. Dengan demikian prestasi siswa akan semakin meningkat.
V.    Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ceramah pada pokok bahasan bangun datar segitiga siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo. Oleh karena itu, NHT dapat dijadikan sebagai salah satu alternative bagi guru untuk diterapkan pada pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa.