Cari disini / searching.....

Sabtu, 14 Oktober 2017

Mari Wujudkan Sanitasi Sekolah yang Sehat, Aman, dan Nyaman


       Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting untuk kita semua. Bahkan jika tidak ada air kita tidak akan bisa hidup. Karena seperti yang kita tahu air biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi selain itu juga untuk melakukan aktivitas mereka seperti sanitasi. Begitu pentingnya air bagi kita, terkadang kita lupa memperhatikan kebersihan diri dan kelayakan air serta lingkungan sekitar terutama sanitasi buruk yang dapat menyebabkan  terjangkitnya penyakit. Salah satu penyakit yang diakibatkannya adalah diare. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2015 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melakukan pendataan tentang banyaknya penduduk Indonesia yang terkena diare. Data tersebut resmi dipublikasikan oleh Kemenkes RI per 8 Juni 2016 yang menyatakan bahwa sebanyak 5.405.235 (Lima juta empat ratus lima ribu dua ratus tiga puluh lima) penduduk Indonesia mengalami penyakit diare. Dari sekaian banyak penduduk Indonesia yang mengalami penyakit diare, yang tertangani baru mencapai 74,3%. Jadi tidak heran jika penyakit diare sering kita jumpai, terutama pada anak-anak yang masih sekolah di bangku Sekolah Dasar (SD) akibat menggunakan air yang tidak bersih.Terkait dengan hal tersebut, maka yang harus kita lakukan agar dapat mengurangi bahkan mencegah penyakit diare yang mewabah pada siswa SD adalah dengan mengajarkannya untuk mengelola air dengan baik dan aman.
       Terkait dengan masalah air, baik dalam kondisi normal maupun darurat sesuatu hal dapat mengakibatkan sumber air tidak aman untuk digunakan. Terlebih mengingat kecerobohan siswa SD dalam menggunakan fasilitas umum kebersihan (toilet) yang perlu diberikan pengawasan dan pembelajaran akan tata cara menggunakan toilet dengan baik. Sering kita jumpai siswa SD banyak yang kurang memahami tentang pentingnya menjaga kebersihan air yang digunakan, terkadang mereka mengunakannya dengan cara yang berlebihan, tidak untuk kegiatan yang seperlunya (buang air kecil atau besar), tetapi sering juga buat mainan air dengan cara memasukkan tangan mereka kedalam penampungan air. Padahal seperti yang kita tahu biasanya anak-anak gemar bermain dengan memegang benda-benda yang kita tidak tahu itu bersih atau kotor, yang jelas anak-anak lebih suka dengan permainan yang menantang dan kebanyakan permainan yang menantang itu kotor, sehingga membuat anggota tubuh terutama tangan mereka jadi kotor. Hal inilah yang menyebabkan air jadi terkontaminasi, sehingga menimbulkan banyak bakteri yang menyebabkan penyakit. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan sanitasi untuk memastikan air yang akan digunakan aman. Sekarang yang jadi masalah adalah cara kita melakukan upaya tersebut agar tidak hanya orang dewasa yang tahu dan paham akan pengelolaannya, tetapi anak-anak juga dapat belajar untuk mengerti caranya. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang sederhana akan tetapi efisien dalam menangani sanitasi yang buruk. Dengan demikian  harapannya semua pihak atau warga sekolah dapat berpartisipasi dalam menjaga dan mengelola sanitasi di sekolahnya dengan baik.
       Hubungannya dengan pengelolaan sanitasi, maka sebelumnya diadakan sosialisasi terlebih dahulu kepada semua pihak yang terkait, karena sanitasi merupakan urusan kita semua. Salah satu sosialisasi yang dapat kita lakukan yang pertama adalah kita akan lebih mengintensifkan cara mengelola toilet dengan baik. Selain itu mengajarkan anak-anak untuk membiasakan mencuci tangan. Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%. Untuk itu perlunya ketersediaan tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun. Berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan maka setiap 2 (dua) ruang kelas harus terdapat 1 (satu) wastafel yang terletak di luar ruangan. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tentunya dalam menjalankan PHBS kita perlu adanya perhatian pemerintah. Peran pemerintah hanyalah sebagai fasilitator. Dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah harapannya dapat menimbulkan budaya sanitasi dan PHBS.
       Sanitasi dan PHBS akan berjalan dengan baik jika diajarkan sejak dini melalui pendidikan, dan ini harus dimulai dari pendidikan yang paling dasar. Pendidikan tersebut bisa dimulai dari cara mengelola toilet dengan baik di lingkungan SD. Cara yang pertama adalah melakukan pengawasan terhadap anak SD yang menggunakan toilet, dengan cara memberikan petugas kebersihan khusus yang ditempatkan di toilet guna untuk mengecek kebersihan toilet sesudah digunakan oleh siswa. Selain mengecek, petugas kebersihan juga dapat memberikan arahan yang baik terhadap si pengguna terutama anak SD untuk selalu menjaga kebersihan dan menggunakan air dengan bijak. Terlebih jikalau sewaktu-waktu ada siswa yang tidak menjaga kebersihan toilet dengan baik maka petugas dapat menegurnya dan memberikan arahan. Selain dengan pengawasan, kita juga perlu perhatikan keberadaan toilet tersebut. Keberadaan toilet yang baik dan penggunaannya yang benar akan menjaga kesehatan lingkungan dan mencegah penyebaran penyakit yang dapat menyerang tubuh kita terutama anak-anak.
       Apa yang harus kita perhatikan agar toilet tetap terjaga baik?
1. Memastikan kontruksi yang baik dengan memperhatikan daya tampung dan sirkulasi udaranya.
Semakin kecil ruang toilet maka sirkulasi udaranya semakin buruk, karena menimbulkan rasa pengap akibat kurangnya ruang udara sehingga membuat tidak nyaman dalam melakukan aktivitas di dalam toilet. Jadi, dalam membuat ruang toilet (WC) sebaiknya yang sesuai standar. Ukuran standar WC umum di Indonesia menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah memiliki panjang 80 - 90 cm, lebar 150 - 160 cm, dan tinggi 220 – 240 cm. Sedangkan untuk sirkulasi yang baik dalam toilet harus sesuai dengan suhu normal toilet yaitu 20 - 27 derajat Celcius.  Selain itu toilet yang baik juga memerlukan daya tampung air yang ideal. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/ orang/ hari. Jangan lupa sediakan wastafel dan sabun untuk cuci tangan di dalam toilet agar anak – anak terbiasa dengan PHBS.
2. Memastikan pembuangannya tidak kurang dari 10 meter dengan sumber air yang digunakan sehari-hari.
Alasan pembuangannya tidak kurang dari 10 meter dengan sumber air yang digunakan sehari-hari adalah agar supaya air yang kita gunakan sehari-hari tidak terkontaminasi, sehingga akan menghasilkan air yang tetap bersih dan aman. Jadi, kalau pembuangannya kurang dari 10 meter dengan sumber air yang digunakan maka segera ambil tindakan untuk segera membuat penampungan pembuangan atau sumber air baru yang jaraknya lebih dari 10 meter.
3. Memastikan adanya pemisah yang berfungsi baik antara saluran pembuangan kakus dengan saluran air biasa.
Disini saluran yang berasal dari pembuangan janganlah dijadikan satu dengan saluran air biasa karena dapat mempercepat penuhnya penampungan pembuangan kakus yang nantinya bisa membludak dan menimbulkan bau tidak sedap, selain itu juga menimbulkan banyak bakteri yang tersebar akibat meluapnya penampungan pembuangan, sehingga mengakibatkan lingkungan yang tidak sehat yang beresiko akan penyakit.
4. Memastikan tidak terjadi kebocoran pada penampung kakus.
Apabila terjadi kebocoran kakus maka secepatnya untuk ditindak lanjut dengan melakukan penambalan jika memang penampungan belum penuh. Ketika kebocoran terjadi karena membludaknya isi tampungan maka segera dilakukan menyedotan tinja.
5. Memastikan tidak membuang benda-benda lain ke dalam kakus termasuk cairan yang memiliki sifat mengikat air menjadi gumpalan.
Mengingat kakus adalah tempat yang tertutup jangan serta merta membuang benda-benda lain secara sengaja karena tidak terlihat oleh orang lain, seperti contoh membuang sampah terutama sampah plastik yang dampaknya bisa menyumbat saluran. Selain sampah yang menyumbat saluran, cairan yang sifatnya mengikat air juga jangan sekali-kali dibuang ke dalam kakus karena dapat menjadikan penggumpalan air.
6. Memastikan melakukan perawatan keberadaan kakus:
a. Menjaga kebersihannya dengan rutin.
Selalu dicek kebersihan setiap saat jangan sampai menimbulkan bau menyengat yang dapat mengganggu kenyamanan siswa pada waktu belajar sehingga siswa tidak konsentrasi disaat belajar di sekolah. Selain itu bau yang menyengat juga dapat mengganggu estetika dan menjadi tempat bersarangnya kuman-kuman yang mengakibatkan penyakit.
b. Memeriksa dengan rutin apakah terjadi kebocoran atau tidak.
Untuk melakukan pengecekan terhadap kebocoran maka perlu adanya jadwal rutin pengecekan sehingga akan cepat tertangani ketika terjadi kebocoran.
c. Melakukan penyedotan secara berkala.
Penyedotan harus dilakukan secara rutin dan berkala jangan sampai menunggu penuh baru dilakukan penyedotan, tetapi lakukanlah secara rutin karena sejatinya mencegah lebih baik dari pada menangani yang sudah terjadi.
Itulah pentingnya membangun sanitasi yang baik dengan diimbangi penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan Sekolah Dasar demi terwujudnya lingkungan yang sehat sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam proses belajar mengajar.