|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masa
remaja adalah dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam hidupnya, baik
dari segi fisik maupun segi psikis. Dalam masa ini seseorang akan mengalami
tingkat kedewasaannya dalam menghadapi hidup ini. Seorang anak dapat dianggap
sudah dewasa apabila telah menguasai sepenuhnya fungsi fisik dan psikisnya.
Masa
remaja dimulai setelah seseorang mengalami perubahan, baik dari segi fisik
maupun psikis. Dalam fase ini seseorang akan mengalami perubahan-perubahan dari
masa kanak-kanak ke masa remaja, yang akan membawa seseorang menuju
kedewasaannya. Remaja usia 13 tahun menunjukkan perbedaan yang besar
dengan remaja usia 18 tahun. Pada umumnya anak laki-laki mengalami masa
pubertas pada usia 12-16 tahun dan 11-15 tahun pada perempuan.
Seseorang
dikatakan sudah remaja apabila seseorang itu telah mengalami perubahan dalam
hidupnya secara fisik maupun psikis. Dalam masa remaja ini pula seseorang akan
mulai mengetahui akan pentingnya kebutuhan seksual dalam hidup mereka.
B. Tujuan
Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari remaja dan perkembangannya.
2. Untuk mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
perkembangan remaja seperti: perkembangan fisik dan psikologis remaja,
perkembangan seksual, dll.
3. Untuk mengetahui hubungan antara perkembangan remaja dan
perubahan-perubahan yang terjadi.
|
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Sesuai
dengan masalah tersebut dalam uraian ini akan dibahas menurut sistematika
sebagai berikut :
1.
Mengetahui
perkembangan dalam masa remaja
2.
Perkembangan
fisik dan seksual dalam masa puber
3.
Perkembangan
sosial remaja dan moralitas
4.
Remaja
dalam sekolah
5.
Kedewasaan,
keadaan “modiq”, dan emansipasi
6.
Remaja
yang bekerja dan remaja yang bersekolah
7.
Remaja
dan pekerjaan
8.
Remaja
dalam masyarakat
|
|
PEMBAHASAN
MASALAH
A. Masa Remaja dan Perkembangan
Dalam
perkembangan kepribadian seseorang, maka remaja mempunyai arti yang khusus.
Namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam
rangkaiaan proses perkembangan seseorang. Secara jelas masa anak
dapat dibedakan dari masa dewasa dan masa tua. Seseorang masih belum selesai
perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh karena ia
sudah menguasai sepenuhnya fungsi-fungsi fisik dan psikisnya. Pada masa tua
pada umumnya terjadi kemunduran terutama dalam fungsi-fungsi fisiknya. Seorang
anak masih harus banyak belajar untuk dapat memperoleh tempat dalam masyarakat
sebagai warga Negara yang bertanggung jawab dan bahagia. Seorang anak belajar
hal-hal ini melalui enkulturasi, sosialisasi, dan adaptasi aktif.
Anak
remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, ia tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak pula golongan orang tua atau dewasa. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa, remaja masih belum mampu untuk menguasai
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut mereka masih
termasuk golongan kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam
masyarakat. Pada umumnya mereke masih belajar di sekolah Menengah atau
Perguruan Tinggi. Bila mereka bekerja mereka melakukan pekerjaan sambilan dan
belum mempunyai pekerjaan yang tetap.
|
Sedangkan
arti remaja dalam sudut pandang islam ialah pribadi-pribadi yang gelisah.
Posisi organisasi remaja seharusnya
mampu menjadi pelarian ( dalam artian positif ) bagi kegelisahan mereka.
Organisasi remaja tersebut misalnya: Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), pelajar
islam Indonesia, remaja masjid dan sebagainya yang seharusnya mampu melakukan
orientasi program dan kegiatan yang mempunyai sense kuat terhadap kebutuhan
remaja. Kalau ini terpenuhi, maka remaja-remaja akan merasa memiliki teman yang
mengasyikan.
Rasullullah SAW bersabda: “ tidak akan lewat tapak kaki seorang hamba
pada hari kiamat, kecuali setelah ditanya empat perkara yakni tentang jatah
umurnya yang ia habiskan didunia, masa mudanya yang telah ia lewatkan, hartanya
dari mana didapatkan dan bagaimana dikeluarkan, tentang ilmunya sejauh mana ia
amalkan“. (HR. Al Bazzar dan At Thabrani).
Rasullullah dalam setiap harokatnya selalu
menjadikan remaja sebagai bagian dari pengkaderan bahkan memberikan peran yang
sangat penting dan vital.
Menurut
Calon (I953), masa remaja adalah masa mulai menunjukkan dengan jelas
sifat-sifat masa transisi atau peralihan. Karena remaja belum memperoleh status
orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Sedangkan menurut
Ausubel (1965) menyebutkan bahwa status orang dewasa sebagai status primer,
artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri.
Havighurst
mencatat sejumlah besar tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja yang berasal
dari data penelitian-penelitian lintas budaya, bagi usia 12-18 tahun tugas
pengembangannya yaitu :
1.
Menerima
peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri.
2.
Mendapatkan
kebebasan emosional dari orang tua dan/atau orang dewasa lain.
3.
Mendapatkan
pandangan hidup sendiri
4.
Merealisasi
suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan
pemuda sendiri.
5.
Perkembangan
aspek-aspek biologis
Batas
antara masa remaja dan masa dewasa makin lama juga makin kabur. Hal ini
disebabkan karena sebagian para remaja yang tidak lagi melanjutkan sekolah akan
bekerja dan dengan begitu mereka akan memasuki dunia orang dewasa pada usia
remaja.
Adapun menurut Hurlock (1992) ciri-ciri remaja, yaitu :
a. Masa
remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini
berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai
orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan
sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu
perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang
mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan
kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan
ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang
kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu,
melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada
usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah
dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik
maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Pada masa remaja ada beberapa
perubahan yang terjadi pada masa tersebut, yaitu:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara
cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm &
stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga
disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa
tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi
dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang
menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik
yang baru dan lebih matang.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka
anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah
mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam
menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan,
tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab
tersebut.
Ada beberapa faktor penting dalam perkembangan identitas
diri remaja adalah sebagai berikut :
1) rasa percaya diri yang telah diperoleh dan
senantiasa dipupuk dan dikembangkan
2) sikap
berdiri sendiri
3) keadaan
keluarga dengan faktor-faktor yang menunjang terwujudnya identifikasi diri
4) kemampuan remaja itu sendiri, taraf kemampuan
intelektual para remaja.
Selain faktor
tersebut diatas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan
identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang)
B. Fase-Fase Masa Remaja
Di tinjau dari segi perkembangan
boiologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21
tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut
remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama. Sedangkan usia 13
tahun merupakan awal pubertas bagi pemuda ketika mengalami masa mimpi yang
pertama yang tanpa disadari mengeluarkan sperma. Biasanya pada gadis
perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan
perkembangan biologis pemuda karena gadis lebih dahulu mengawali remaja yang
akan berakhir pada usia sekitar 19 tahun, sedangkan pemuda baru mengakhiri masa
remajanya pada sekitar usia 21 tahun.
Usia pubertas juga digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai
usia yang mencukupi untuk menikah, sebagaimana berikut ini:
(#qè=tGö/$#ur 4yJ»tGuø9$# #Ó¨Lym #sÎ) (#qäón=t/ yy%s3ÏiZ9$# ÷bÎ*sù Läêó¡nS#uä öNåk÷]ÏiB #Yô©â (#þqãèsù÷$$sù öNÍkös9Î) öNçlm;ºuqøBr& ( wur !$ydqè=ä.ù's? $]ù#uó Î) #·#yÎ/ur br& (#rçy9õ3t 4 `tBur tb%x. $|ÏYxî ô#Ïÿ÷ètGó¡uù=sù ( `tBur tb%x. #ZÉ)sù ö@ä.ù'uù=sù Å$rá÷èyJø9$$Î/ 4 #sÎ*sù öNçF÷èsùy öNÍkös9Î) öNçlm;ºuqøBr& (#rßÍkôr'sù öNÍkön=tæ 4 4xÿx.ur «!$$Î/ $Y7Å¡ym ÇÏÈ
Artinya : Dan ujilah [269] anak yatim itu sampai mereka
cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas
(pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan
janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah
kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di
antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan
harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta
itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan
cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). ( Q.S An-Nisa’[4] : 6 )
[269] Yakni:
Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan
dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
Secara
teoritis, masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Masa
pubertas
Masa
pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan
kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa
ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu:
1.
Pendapat
lama ditinggalkan
2.
Keseimbangan
jiwanya terganggu
3.
Suka
menyembunyikan isi hati
4.
Masa
bangunnya perasaan kemasyarakat
5.
Adanya
perbedaan sikap laki-laki dan sikap perempuan
Pubertas dianggap sebagai periode sensitife yang
memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai
perpindahan dari tahap anak-anak menjadi tahap dewasa. Sebagaimana dinyatakan
dalam hadis berikut ini.
“Dari nafi’,ia berkata, Aku memberitahukan hal ini
kepada Umar Ibnu bin Abdul Aziz, maka dia pun berkata, “inilah usia yang
menjadi batas antara anak kecil dan orangn dewasa.“ (HR Bukhari, Muslim, Abu
Daud, At Turmuzi dan An-Nasa’i)”
2.
Masa adolesen
Masa adolesen berada dengalami antara usia
17dan 20 tahun. Atau mengambil betas batas permulaan pada saat remaja mengalami
perkembangan jasmani yang sangat menonjol, sedanngkan batas-batas akhir pada
saat berakhirnya perkembangan jasmani. Beberapa diantaranya sifat-sifat
adolesen yaitu:
1.
Mulai
tampak garis-garis perkembangan yang dikutinya di kemudian hari
2.
Mulai jelas
sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
3.
Jika masa
pubertas menngalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai tampak tenang
4.
Sekarang ia
mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah tapi sulit melaksanakannya
5.
Ia
menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan sebenarnya
Setelah
mengalami masa remaja selanjutnya adalah periode pencapaian kematangan yang
terjadi pada manusia umur 30 tahunan hingga 40 tahunan. Usia 40 tahun dianggap sebagai tahap dimana
kemampuan fisik dan intelektual mencapai kematangan. Dalam Al-Qur’an tahap ini
dinyatakan sebagai periode pencapaian kekuatan penuh, sebagaimana berikut ini:
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_Ìøä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã `ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur cqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya : Dia-lah yang menciptakan
kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah,
kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan
hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya) (QS Al-Mu’min [40]:67).
Setelah periode
usia baya yaitu periode yang dikenal juga sebagai tahap usia pertengahan. Usia
pertengahan merupakan usia yang tidak spesifik dimana seseorang tidak tua,
tidak juga muda namun berada ditengah-tengah. Tahap ini berada pada usia
sekitar 40 tahunan hingga 60 tahunan. Pada tahap ini kematangan telah melewati
puncaknya. Manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental secara sangat
perlahan-lahan dan lambat. Namun, penurunan yang terjadi pada tahap ini masih
sulit untuk diperhatikan.
Periode yang
terakhir adalah periode penuaan. Usia lanjut merupakan usia yang mendekati
akhir siklus kehidupan manusia didunia. Usia tahap ini dimulai 60 tahunan
hinggaakhir kehidupan. Tahap usia lanjut adalah tahap dimana terjadi penuaan
dan penurunan, yang penurunan lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari
pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan komulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan
tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandiingkan orang dewasa
lain. Sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
ª!$#ur ö/ä3s)n=s{ ¢OèO öNä39©ùuqtGt 4 Nä3ZÏBur `¨B tã #n<Î) ÉAsör& ÌßJãèø9$# ös5Ï9 w zOn=÷èt y÷èt/ 5Où=Ïæ $º«øx© 4 ¨bÎ) ©!$# ÒOÎ=tæ ÖÏs% ÇÐÉÈ
Artinya : Allah menciptakan kamu,
kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur
yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
(QS An-Nahl [16] : 70)
C. Perkembangan Fisik dan Seksual dalam
Masa Puber
Perkembangan
fisik dan seksual sangat perlu dibicarakan, ini menunjukkan bahwa pemasakan
seksualitas genital harus dipandang dalam hubungan pertumbuhan fisik
seluruhnya. Bila ditinjau hubungan antara perkembangan psikososial dan
perkembangan fisik, dapat nampak bahwa perkembangan fisik memberikan
impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial.
Sebaliknya
reaksi individu terhadap perkembangan fisik tergantung dari pengaruh
lingkungannya dan dari sifat pribadinya sendiri, yaitu interpretasi yang
diberikan terhadap lingkungan itu. Tetapi titik mula pubertas terletak pada
fenomena pertumbuhan dan pemasakan fisik.
Umat Islam
mempercayai bahwa Allah telah menciptakan dan menyempurnakan tubuh manusia.
Sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Tin [95]:4
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
Artinya : Sesunguhnya Kami telah mencipyakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk. (QS At-Tin [95]:4)
Fase remaja adalah
periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas
bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat
pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada
remaja akhir,proporsi tubuh mencapai
ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Bagi
remaja laki-laki permulaan percepatan pertumbuhan berkisar antara 10,5 tahun
sampai 16 tahun. Sedangkan pada remaja
perempuan, dimulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata
10,5 tahun. Puncak pertambahan ukuran fisik dicapai pada umur 12 tahun yakni
kurang lebih bertambah 6-11 cm setahun.
Pada laki-laki dimulai dengan
pertumbuhan testes yang dimulai antara 9,5 sampi 13,5 tahun dan berakhir antara
13,5 sampai 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-16 tahun, pada anak laki-laki
maupun perempuan jakun mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi lebih
panjang. Anak laki-laki mengalami hal itu lebih banyak.perubahan pita suara tadi
menyebabkan anak gadis mendapatkan suara yang lebih tinggi dan lebih nyaring,
sedangkan suara anak laki-laki berubah menjadi agak berat.karena pertumbuhan
anatomi yang cepat mendahului penyesuaian urat saraf maka timbullah keadaan
yang khas pada anak laki-laki. Terdengarlah suara yang tinggi diantara suara
yang lebih berat.
Pada perempuan dimulai dengan suatu
tanda kelamin sekunder dengan tumbuhnya buah dada yang tampak dan bagian
putting susu yang sedikit mencuat. Hal ini terjadi pada usia 8 dan 13 tahun. Baru
pada stadium kemudian, menjelang menarche,
jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh
bentuk yang dewasa. Kalenjer payudara baru akan mengadakan reaksi pada masa
kehamilan dengan suatu pembengkakan sedangkan reproduksi air susu terjadi pada
akhir kehamilan. Hal ini karena reaksi-reaksi fisiologi yang menyebabkan
perubahan-perubahan pada organ-organ kelamin internal dalam hipofise lobus frontalis.
Semua perubahan-perubahan yang
terjadi di jelaskan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menggambarkan perkembangan fisik
manusia dari lahir sampai meninggal dalam suatu siklus alamiah. Hal ini
dinyatakan sebagai berikut:
.* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ `ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya : Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa (QS Ar-Ruum [30]:54)
Kondisi-kondisi
yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak adalah:
1. Pengaruh keluarga
Pengaruh factor keluarga disini
meliputi factor keturunan maupun factor
lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi daripada
anak lainnya, jika ayah dan ibu atau kakaknya juga tinggi. Factor lingkungan
akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang
dibawa anak tersebut.
2. Pengaruh
gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup
biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf
remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi.
3. Gangguan emosional
Anak yang terlalu sering mengalami
gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat
berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan di kalenjer putuitari. Bila
terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remaja terhambat dan tidak tercapai
berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis
kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih
tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15
tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari
pada anak laki-laki. Terjadinya berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang
dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan
5. Status
social ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga
dengan status social ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang
berasal dari keluarga yang status social ekonominya tinggi.
6. Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang
sakit, biasanya akan memilki tubuh yang lebih berat dari pada anak yang sering
sakit.
7. Pengaruh
bentuk tubuh
Bangun atau bentuk tubuh, apakah
mesamorf, ektomorf, atau endomorph, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh
anak. Misalnya anak yang bangun tubuhnya mesamorf akan lebih besar daripada
endomorph atau anak yang ektomorf, karena mereka memang lebih gemuk dan berat.
Berkaitan dengan
perkembangan fisik ini, perkembangan dalam aspek seksualitas dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
1.
Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan
remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang
memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ organ seksualitas ini
memungkinkan remaja pria sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”,
keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim
dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan.
Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal
menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung.
2.
Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi
remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan
individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami
pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan
kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi
parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga
mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan
kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu
di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa
secara proporsional.
Ada 3
kriteria yang membedakan anak laki-laki dan perempuan yaitu dalam hal :
1.
Kriteria
pemasakan seksual
Mengenai
kriterianya nampak lebih jelas pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Menarche atau permulaan haid dipakai sebagai tanda permulaan pubertas
pada anak perempuan. Sesudah itu masih dibutuhkan satu sampai satu setengah
tahun lagi sebelum anak perempuan dapat betul-betul masak dalam reproduksi. Dan
pada anak laki-laki yaitu ejakulasi (pelepasan air mani), tetapi masih sangat
sedikit hingga tidak jelas.
2.
Permulaan
pemasakan seksual
Mengenai permulaan pemasakan seksualitas ternyata
bahwaa pada anak perempuan kira-kira 2 tahun lebih dulu mulainya daripada anak
laki-laki, seperti halnya pada percepatan pertumbuhan.
3.
Urutan
gejala-gejala pemasakan
Perbedaan
yang ketigaantara anak laki-laki dan anak perempuan dalam hal pemasakan seksual
adalah pada urutan-urutan timbulnya berbagai gejala. Pada anak perempuan
pemasakan dimulai dengan suatu tanda sekunder, hal ini terjadi sekitar usia 8
dan 13 tahun baru kemudian menjelang proses menarche(haid).
Pada anak
laki-laki pemasakan seksual dengan pertumbuhan testes yang di mulai antara usia
9,5 dan 13,5 tahun, berakhir pada usia 13,5 dan 17 tahun. Pada usia 15-16 tahun
anak laki-laki mengalami perubahan suara, suara anak laki-laki menjadi agak
berat.
D. Bakat dan Minat Anak Remaja
Mengembangkan
bakat dan minat bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari bisa
bekerja di bidang yang diminatinya dan sesuai dengan kemampuan serta bakat dan
minat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk
belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.
Pengertian
bakat, bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada 2 jenis bakat,
yaitu:
1.
Kemampuan
pada bidang khusus. Misalnya bakat musik, melukis, dll.
2.
Bakat
khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus, misalnya bakat melihat
ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang taknik
arsitek.
Guilford (Sumadi.S, 1991 : 169) mengemukakan bahwa bakat itu
mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu:
(1)
Dimensi
Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi,
dan ini meliputi faktor-faktor antara lain:
a.
Kepekaan
indera
b.
Perhatian
c.
Orientasi
waktu
d.
Luasnya
daerah persepsi
e.
Kecepatan
persepsi, dsb.
(2)
Dimensi
Psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup 6 faktor, yaitu:
a.
Kekuatan
b.
Impuls
c.
Kecepatan
gerak
d.
Ketelitian
e.
Koordinasi
f.
Keluesan
(3)
Dimensi
inelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena memang
dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas, dimensi ini meliputi 5
faktor, yaitu:
a.
Faktor
ingatan
b.
Faktor
ingatan mengenai pengenalan
c.
Faktor
evaluatif
d.
Faktor
berfikir konvergen
e.
Faktor
berfikir divergen
Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakam
sekelompok sifat yang secara bertimgkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila
ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja
seseorang tidak mengetahui dan mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan
kemampuan yang latent.
Pengertian
minat, menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang
membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau
kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area
tertentu di mana dia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan
kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak
diawali dengan adanya minat pada bidang yang akan ditekuni.
Setiap
orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat
yang berbeda-beda. Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat
anak-anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Mengembangkan
Bakat dan Minat Remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke
masa dewasa. Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan
pula disertai dengan kematangan emosi dan perkembangan sosialnya. Karena masa
peralihan maka remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan perannya dan
menimbulkan krisis identitas. Dalam usaha menemukan jati dirinya dalam arti
mengatahui kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam
hidupnya, maka pengembangan bakat dan minat remaja sangat penting. Dan dalam
mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua
dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk mengambangkan bakat dan minat adalah:
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk mengambangkan bakat dan minat adalah:
a.
sejak
usia dini cernati berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak
menonjol pada anak.
b.
Bantu
anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
c.
Kembangkan
konsep diri positif pada anak.
d.
Perkaya
anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di berbagai bidang.
e.
Usahakan
berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni
bidang-bidang yang menjadi kelebihannya.
f.
Tingkatkan
motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g.
Stimulasi
anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
h.
Berikan
penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
i.
Sediakan
fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
j.
Dukung
anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
bakatnya.
k.
Jalin
hubungan baik antara orang tua, guru, dengan anak atau remaja.
Hal-hal
yang perlu dicermati dalam mengembangkan bakat dan minat remaja, yaitu:
a.
Mengikuti
minat teman.
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan
solidaritas tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja kurang memahami siapa
dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam
kelompoknya. Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya,
memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai dengan bakat dan minatnya. Untuk
memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi,
mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
b.
Penelusuran
bakat dan minat secara dangkal.
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius
dan berkesinambungan. Tes bakat pada umumnya memadukan kemampuan intelektual
ataupun ketrampilan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Kemampuan
tinggi tanpa didukung oleh minat akan membuat anak bisa berhasil dalam
pendidikannya akan tetapi antusiasme untuk mempelajarinya kurang tinggi minat
dan bakat yang tinggi di suatu bidang tanpa didukung kemampuan akan membuat
seseorang membutuhkan tenaga dan usaha ekstra keras untuk mencapainya. Selain
hal tersebut tentunya di manapun seseorang belajar dan bekerja dibutuhkan
motivasi belajar, daya juang dan ketekunan.
Banyak
orang tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang tepat, karena beberapa
hal:
a.
Siswa
belum secara sengaja menjajagi kemampuan, bakat serta minatnya.
b.
Kurangnya
wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.
c.
Tidak
ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau bakatnya.
d.
Siswa
belajar tanpa tahu kegunaan dan tujuan dari bidang studi yang dipelajarinya.
e.
Bidang
yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi.
f.
Bakat
yang ada belum terasah atau kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan
sehimgga tidak nampak.
g.
Perasaan
tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang bersangkutan ataupun dari
lingkungannya.
Seseorang bisa mengenal bidang studi atau pekerjaan tertentu
karena:
a.
Memperoleh
informasi mengenai berbagai bidang studi atau pekerjaan.
Membuka wawasan anak dengan mencari atau memberi informasi,
misalnya membawa anak dalam lingkungan orang tua membuat anak tahu dan kenal
bidang yang digeluti orang tua. Terlebih lagi ketika orang tua menceritakan
berbagai hal positif mengenai lingkup kerjanya, manfaatnya untuk orang lain
ataupun lingkungan, akan membawa anak untuk menjadi ahli kimia.
b.
Berkaitan
dengan pelajaran di sekolah.
Misalnya seorang anak tertarik di bidang kimia karena gurunya
mengajar kimia sedemikian menariknya sehingga dia memutuskan untuk menjadi ahl
kimia.
c.
Seorang
siswa SMA berniat masuk Fakultas Kedokteran akan tetapi pada saat dia akan
mendaftar dia bahwa Bioteknologi masa kini sedang populer dan menarik, dan
setelah mencoba menjajagi dia kemudian memilih bioteknologi dan berhasil berprestasi
dengan baik karena suka.
d.
Secara
kebetulan atau tidak sengaja mendapat informasi.
Jadi manusia
memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih merupakan potensi namun hanya
sedikit sekali dari kemampuan tersebut teraktualisasi.
E. Perkembangan Sosial Remaja
1. Perkembangan hubungan sosial
Manusia
tumbuh dan berkembang didalam lingkungan, lingkungan itu dapat dibedakan atas
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak
pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama pembentukan
sosio-psikologis. Manusia sebagaii mekhluk sosial, senantiassa berhubungan
dengan sesama manusia. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses
penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaiman seharusnya
seseorang hidup didalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun
masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat
bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola
aktivitas sosial anak mulai terbentuk.
Sejak
anak mulai belajar di sekolah, mereka mulai belajar interaksi sosial denga
belajar menerima pandangan kelompok ( masyarakat), memahami tanggungjawab, dan
berbagai pengertian dengan orang lain. Menginjak massa remaja, interaksi dan
pengenalan atau pergaulan dengan teman sebaya terutama lawan jenis menjadi
semakin penting. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu
kebutuhan.
Hubungn
sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antara manusia yang saling membutuhkan.
Hubungn sosial dimulai dari tingkat yang paling sederhana dan terbatas, yang
didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat komplek. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang
remaja bukan saja memerlukan orang lain demi untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud
untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya
tingkat hubungan antar manusia sehubungan denga meningkatnya kebutuhan hidup
manusia.
2.
Karakteristik
perkembangan sosial remaja
Remaja
adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa.
Pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Remaja menghadapi berbagai
lingkungan, bukan saja bergaul dengan kelompok umur. Pergaulan dengan sesama
remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena
disamping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip
pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Kehidupan
sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan
emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat
tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami. Dalam masyarakat hubungan
anatara manusia satu dengan manusia lain juga sangat diperlukan. Hubungan
dengann sesama manusia juga merupakan hal yang harus dibina dengan baik dalam
jalan Allah. Manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
sesamanya, sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:
¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
Artinya : dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya. (QS Al Maidah[5] : 2)
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan sosial
a.
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
b.
Kematangan
Bersosialisasi merupakan kematangan fisik dan psikis.
Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
c.
Status
sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau
status kehidupan sosialkeluarga dalam lingkungan masyarakat. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma
yang berlaku didalam keluarga.
d.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberi warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan
mereka dimasa yang akan datang.
e.
Kapasitas
mental, emosi dan inteligensi
Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi berbagai hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan
emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anaka yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan bahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
Suatu sifat yang khas lagi dari kelompok anak
pra-remaja atau pra-pubertas ini adalah bahwa mereka tidak menentang orang
dewasa, melainkan justru menirukan mereka dalam olahraga, permainan, dan
kesibukan-kesibukan lainnya.
Hal ini memberikan beberapa masalah antara lain :
1.
Dorongan
untuk dapat berdiri sendiri dan krisis originalis.
Dalam perkembangan social remaja dapat dilihat adanya
dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju kearah
teman-teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status
interim anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang
besar antara “kedewasaan” jasmaniah dengan ikatan sosial pada orang tua.
Usaha remaja untuk mencapai originalitas sekaligus
menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap
teman-teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua arahbgerak yang
disebutkan saling bertemu dalam usaha originalitas ini hingga timbul suatu
jarak antar generasi (generation gap) dan suatu kultur pemuda.
Pengertian originalitas disini tidak boleh diartikan
secara individu, ngan menunjukkan kecenderungan untuk memberikan kesan lain
daripada yang lain, untuk menciptakan suatu gaya sendiri.
2.
Konformitas
kelompok remaja
Meskipun
usaha ke arah originalitas pada remaja tersebut pada satu pihak dapat dipandang
sebagai suatu pernyataan emansipasi sosial, yaitu pada waktu remaja membentuk
suatu kelompokdan melepaskan dirinya dari pengaruh orang dewasa.
Di dalam sekolah kelompok remaja sering juga dapat
menimbulkan kesukaran bila para pemimpin nonformal dalam kelas bertentangan
dengan pemimpin formal atau gurunya. Bila pelajaran yang diberikan dipandang
tidak ada artinya maka situasi konflik sosial tersebut dengan mudah dapat
terjadi.
Kelompok remaja mempunyai lapangan sendiri terutama
dalam waktu luang yang dapat memberikan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan
dirinya sendiri.
3.
Remaja
dalam waktu luang
Krisis originalitas remaja Nampak paling jelas pada
waktu luang yang sering disebut sebagai waktu pribadi remaja itu sendiri.
Brightbill (1966) menanamkan waktu luang tersebut sebagai suatu tantangan
karena waktu tadi merupakan waktu untuk bebas bagi seseorang. Pernah
dipelajarkan bahwa sikap yang paling baik adalah untuk menggunakanwaktu itu
sekreatif mungkin. Hal yang dapat dicatat adalah bahwa para remaja mengalami
lebih banyak kesukaran dalam “memanfaatkan” waktu luangnya itu daripada
anak-anak dan bahwa mereka labih sering melakukan hal-hal “to kill the time”.
Waktu luang dapat betul-betul bersifat membebaskan bila ia dihayati sebagai
kesempatan untuk mengembangkan diri dan untuk melepaskan ketegengan.
Pengisian waktu luang dengan baik dengan cara yang sesuai
dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan,
segan untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang sering kita jumpai
(Knoers, 1966; Oerter, 1981). Hal ini sering dinilai negatif sebagai tanda
disintegrasi dalam diri remaja. Sebetulnya dapat pula dipandang positif. Yaitu
bila hal tadi dipandang sebagai suatu tanda tidak puas terhadap tuntutan luar
untuk melibatkan diri dengan aktivitas-aktivitas yang dianggapnya tidak ada
artinya.
Dalam Negara yang sedang membangun seperti Indonesia,
remaja, yang juga disebut generasi muda, mempunyai peranan yang sangat berarti.
Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai suatu ideal tertentu dengan kerja
keras yang “tanpa pamrih” dapat membuat remaja dapat menghasilkan
prestasi-prestasi yang baik yang berguna untuk membangun Negaranya.
4.
Remaja
dalam sekolah
Terutama dikota-kota di Indonesia masa remaja masih
merupakan masa belajar di sekolah. Hal ini terutama berkaku bagi permulaan masa
tersebut; remaja pada umumnya duduk dibangku sekolah menengah pertama atau yang
setingkat. Di desa-desa terutama di pelosok-pelosok masih saja dijumpai banyak
anak remaja yang sudah tidak sekolah lagi, meskippun mereka pada umumnya dapat
menikmati pendidikan sekolah dasar. Sesudah tamat sekolah dasar mereka membantu
orang tuanya di sawah atau di ladang atau mereka mencari pekerjaan di kota.
Sering juga mereka berdagang keliling.
F. Perkembangan
Bahasa
Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari
lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi
lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan
khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Bahasa
merupakan pola suara yang berurutan yang memiliki arti tertentu. Dalam
Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah mengajarkan manusia kemampuan berbicara,
sebagaimana berikut ini:
Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ
Artinya :
Dia menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara. (QS Ar
rahman[55]:3-4)
Perkembangan
bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari
pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip
proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya)
terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai
pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok
itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus,
seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal
ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus
pula.
Pengaruh
lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan
yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata
sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan
pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang
pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
G.
Perkembangan Emosi
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, dan
mengalami perkembangan emosi yang tinggi. Perkembangan emosi remaja awal
menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan
temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja
akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja dipandang sebagai periode
emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan. Saat ini,
dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa remaja secara luas dipandang sebagai periode
pertumbuhan yang bersemangat , dan kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan
bukan secara murni terdiri dari aspek biologis dan pubertas, tetapi juga
perubahan mental dan sosial yang membantu membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa
"pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai
perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia
ini. Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih
dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya
berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan
kepribadian.
Remaja yang berkembang di lingkungan yang
kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya :
1.
Agresif : melawan,
keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya.
2.
Lari dari kenyataan (regresif)
: suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman
keras, atau obat terlarang.
Sedangkan remaja yang
tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan
emosi remaja menjadi :
1.
Adekuasi (ketepatan)
emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap
hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya.
2. Mengendalikan emosi : tidak
mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak,
menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak.
H.
Kedewasaan, Keadaan “Modiq” dan Emansipasi
Pengertian kedewasaan sebagai suatu fase dalam
perkembangan (Wijngaarden, 1963; Andriesen, 1974) dipandang dari beberapa
segi sebetulnya kurang tepat. Dewasa dalam bahasa Belanda adalah “volwassen”
vol = penuh dan wassen = tumbuh, sehingga “volwassen” berarti sudah tumbuh
dengan penuh atau selesai tumbuh. Jonkergouw (1971) mengemukakan
bahwadalam undang-undang Nederland no. 42 terdapat batas-batas umur antara 14
dan 25 tahun yang sebagian dimaksudkan untuk perlindungan para remaja terhadap
masyarakat dan sebagian sebagai perlindungan masyarakat terhadap para remaja.
Dengan begitu maka istilah kedewasaan lebih menunjuk pada suatu pengertian
sosiologis daripada perkembangan psikologisnya.
Di Indonesia batas kedewasaan adalah 21 tahun, hal ini
berarti bahwa pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya
dianggap sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya.
Sebagai cirri khas anak muda diantara masa pubertas fisik dan kedewasaan
yuridis-sosial, adalah bahwa dia dapat mewujudkan dirinya sendiri. Pada waktu
ini anak muda membebaskan dirinya dari lindungan orang tua. Di Indonesia sikap
ingin membebaskan dirinya dari generasi tua ini mungkin masih disertai dengan
rasa hormat dan menjaga distansi antara orang muda dan orang tua sesuai dengan
norma-norma yang dipercaya.
Dalam bahasa Belanda sikap membebaskan diri dari
generasi tua ini disebut “modiq”. Istilah “modiq” hanya dapat diterangkan bahwa
dalam perkembangan anak muda telah dicapai stadium yang membuat mereka berusaha
untuk mencari norma-norma sendiri, bersikap mandiri. Sifat khas perkembangan
anak muda dalam masa hidup ini paling baik dapat dilukiskan dengan istilahemansipasi.
Emansipasi merupakan suatu proses, dalam proses tersebut seseorang selama
berkembang dan bersama-sama orang lain yang ada dalam keadaan yang sama belajar
untuk mengaktualisasi dirinya sebagai orang-orang yang di dalam kelompok itu
mendemonstrasikan individualitasnya sendiri. Proses emansipasi secara jelas
menandai perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang fundamental.
I. Perkembangan Nilai,
Moral, dan Sikap
Nilai-nilai kehidupan
adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat istiadat dan
sopan santun ( Sutikna, 1988: 5). Dan moral adalah ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya ( Purwadarminto,
1957: 957 ). Dalm moral diatur segal perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari.
Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Dalam kaitannya dengan
pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan control dalam bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalm
pengamalan hidup: tenggang rasa, dalam perilakunya seseorang akan selalu
memperhatikan perasaan orang lain, tidak “semau gue”. Dia dapat membedakan
tindakan yang benar dan yang salah.
Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan
oleh kelompok dari padanyadan kemudian bersedia membentuk perilakunya agar
sesuai dengan harapan social/ masyarakat tanpa terus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja
diharpkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke
dalam kide mkoral yang akan berfungsi sebagi pedoman bagi perilakunya. Michel
merinkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang ahrus dilakukan oleh remaja
(Hurlock alih bahasa Istiwidayati dan kawan-kawan, 1980: 225) sebagai berikut:
1.
Panadangan moral
individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2.
Keyakinan moral lebih
terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul
sebagi kekuatan moral yang dominan.
3.
Penilaian motral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong
remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap pelbagai masalah moral yang
dihadapinya.
4.
Penilaian orang menjadi
kurang egosentris.
5.
Penilaian orang secara
psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan emosi
dan menimbulkan ketegangan emosi.
Dari
hasil,penyelidikan-penyelidikannya Kohlberg mengemukakan tiga tingkat
perkembangan moral, yaitu:
Tingakt I:
Prakonvensional
Stadium 1
Anak berorientasi pada
kepatuahan dan hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang
ditimbulkannya. Nak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya
kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalu tidak,
akan memperoleh hukuman.
Stadium 2
Berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini,
anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yangnada di luar
dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi ,mereka sadar bahwa setiap
kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi ada Relativisme. Relativisme ini
bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic). Misalnya
mencuri ayam karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi
kebutuhannya (lapar), maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral,
meskipun perbuatan mencurinitu sendiri diketahu sebagai perbuatan yang salah karena
ada akibatnya, yaitu hukuman.
Tingkat II: Konvensional
Stadium 3
Berorientasi mengenai
anak yang baik. Pada astadium ini anak mulai memasuki umur belasan tahun,
dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai
baik atau tidak oleh orang lain.
Stadium 4
Tahap mempertahankan
norma-norma social dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang
diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan
masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan
atau norma-norma social.
Tingkat III: Pasca Konvensional
Stadium 5
Tahap orientasi
terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan social. Pada stadium ini
ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan social, dengan
masyarakat.
Stadium 6
Tahap ini disebut Prinsip Universal. pada tahap ini ada
noram etik disamping norma pribadi dan subyektif. Dalam hubungan dan perjanjian
antara seseorang dengan masyarakatnya ada unsure-unsur subyektif yang menilai
apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik.subyektivisme ini berarti ada
perbedaan penilaian antara seorang dengan orang lain.
J.
Remaja yang Bekerja dan Remaja yang Bersekolah
Rata-rata
remaja menyelesaikan sekolah lanjutan pada usia kurang lebih 18 tahun. Pada
waktu ini di Indonesia ada dorongan besar untuk melanjutkan sekolah ke
Perguruan Tinggi, namun ada juga sebagian besar remaja yang tidak dapat
melanjutkan dan mencari suatu pekerjaan. Alasan-alasan bagi keadaan ini antara
lain :
1.
Alasan
ekonomi, anak-anak diharapkan lekas dapat membantu mencari nafkah orang
tuanya atau orang tua tidak sanggup membiayai ongkos pendidikan di Perguruan
Tinggi.
2.
Alasan
psikologis, berhubungan dengan tingkat perkembangan yang telah dicapai, yaitu
remaja ingin mewujudkandirinya sendiri, ingin mempunyai nafkah sendiri, ingin
merdeka, dan menentukan hidupnya sendiri.
3.
Alasan
sosiologis, berhubungan dengan “watak sosial”.
Dari penelitian Yland dikemukakan bahwa banyak
murid-murid dari lingkungan yang lebih rendah meninggalkan sekolah sesudah
menyelesaikan sekolah lanjutan. Dari lingkungan yang lebih tinggi maka
presentase yang meninggalkan sekolah ada 18% dan dari lingkungan yang lebih
rendah 44% (Yland, 1974, h. 54). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
mereka yang meninggalkan sekolah dan memperoleh pekerjaan yang mereka pilih,
sebetulnya belum mengerti akan isi daripada pekerjaan mereka itu.
Penelitian yang diadakan oleh Haditono (1983) mengenai
anak terlantar sekolah dikemukakan bahwa di daerah-daerah penelitian yaitu di
daerah perkotaan, daerah nelayan, daerah pertanian ngarai, dan pertanian
pegunungan diberbagai tempat di Jawa Tengah dan di Bengkulu terdapat lebih
banyak remaja (13-18 tahun) yang putus sekolah daripada usia-usia sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut anak sudah dibbutuhkan tenaganya
untuk membantu orang tua mencari nafkah.
Remaja yang bekerja bersifat kurang memiliki
pengetahuan umum dan kurang teoretis disbanding dengan remaja yang masih
sekolah. Sepanjang mereka dalam waktu yang relatif muda ini hidup diantara
orang-orang yang bekerja, maka mereka digolongkan “dewasa” mereka sudah dapat
menghidupi diri sendiri dalam batas-batas trtentu. Pekerjaan yang membutuhkan
pendidikan formal menuntut suatu proses belajar yang sesuai dalam arti belajar
dalam situasi bekerja (learning on the job). Sekolah sendiri tidak mungkin
dapat mengajarkan keseluruhan proses pekerjaan ini.
K.
Remaja dan Pekerjaan
Dalam
keadaan yang normal maka orang dapat memilih suatu pekerjaan yang disenanginya.
Dalam keadaan ada banyak pengangguran, yang berarti ada lebih banyak orang yang
mencari pekerjaan daripada lapangan tadi ti pekerjaan yang ada. Pada anak-anak
dan remaja unsur subjektifnya tadi masih sangat menguasai hingga pilihannya
tadi tidak bisa terlalu realistis.
Ginzberg
(1951) telah membuat penataan dalam data mengenai proses pemilihan pekerjaan
melalui teknik-teknik interview dalam penelitian longitudinal dan trasversal.
Ia membedakan adanya 3 periode :
1.
Periode
fantasi sebelum umur 11 tahun.
Disini anak banyak mengadakan identifikasi dengan
orang dewasa. Misalnya anak kecil yang ingin menjadi jendral mengungkapkan
sedikit banyak sifat wataknya yang kel;ak ikut menentukan pekerjaannya.
2.
Periode
tentatif.
Disini ada konfrontasi antara berbagai macam
perhatian, penelitian kecakapan sendiri dan pendapat akan nilai-nilai dari
pihak orang lain.
3.
Periode
realitas mulai kurang lebih 17 tahun.
Disini terjadi suatu pilihan yang definitif, timbul
karena kompromi antara pendekatan subjektif, yang timbul pada periode tentatif,
dengan kemungkinan-kemungkinan praktisnya.
Menurut
Wiegersma pemilhan yang “pasti” ditentukan oleh sejumlah faktor esensial
dan faktor kebetulan. Faktor esensial dibedakan antara faktor yang memberikan
batas dan yang memberikan arah. Faktor yang memberikan batas menentukan batas
kemampuan seseorang atas dasar potensi psikis dan fisik dan juga atas
dasar pembentukan dan bantuan yang dating dari lingkungan. Faktor yang
memberikan arah dan dorongan datang dari sejumlah faktor personal, sosiologis,
sosial-ekonomis, dan sifat watak seseorang.
Pengaruh
faktor kebetulan kebanyakan adalah kejadian insidental dalam hidup seseorang
yang dapat menentukan batas kemungkinan seseorang memperoleh pekerjaan ataupun
memberikan arahnya. Kekompleksan keseluruhan faktor-faktor ini menyebabkan anak
muda membutuhkan nasehat dan bimbingan dalam memilih suatu pekerjaan.
L. Remaja dalam Masyarakat
Hubungan
seseorang dengan masyarakat menjadi semakin penting pada masa remaja. Khususnya
dalam proses emansipasi perlu ada tinjauan bagaimana hubungan remaja dengan
masyarakatnya. Dalam mendidik remaja perlu diarahkan kepada hal-hal yang baik
untuk menjaga keselarasan antara individu dan masyarakat. Hal ini sering
menimbulkan bahan konflik karena remaja mempunyai ideal dan cita-cita sendiri
yang tidak ditemukan dalam masyarakat. Dalam hal ini remaja akan mengalami
pertentangan antara apa yang diidam-idamkan dengan kenyataan yang ada.
Pertentangan
antara remaja dan masyarakat ini menurut Mollenhauer ada 6 macam yaitu :
1.
Pertentangan
antara integrasi dan partisipasi kritis.
2.
Pertentangan
antara kesempatan dan usaha ke arah peningkatan status sosial.
3.
Pertentangan
antara sugesti mengenai kehidupan yang serba enak dengan kenyataan yang ada
(masih tergantung dengan orang tua).
4.
Pertentangan
antara perhatian mengenai faktor ekonomi dan pembentukan kepribadian.
5.
Pertentangan
antara fungsi politis dalam pembentukan kepribadian dengan sifat sebenarnya
yang tidak politis.
6.
Pertentangan
antara tuntutan rasionalitas dengan kenyataan yang irrasional.
Menurut
sementara ahli psikologi perkembangan maka analisa Mollenhauez tersebut lebih
berhubungan dengan orientasi politis dalam rangka kontra-kultur daripada dengan
para remaja pada umumnya. Menurut Youniss dan Smollar (1985) maka apa yang
tidak diperhatikan oleh para ahli teori emansipasi dan sosialisasi itu adalah
sifat hubungan yang ada antara remaja dan orang tua dalam menghhadapi
masyarakatnya.
M. Perkembangan
Moralitas
Further
(1965) beranggapan bahwa “kehidupan moral” merupakan
problematik yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau
perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan untuk dapat
mengerti. Dalam tingkatan nol anak menganggap baik apa yang sesuai dengan
permintaan dan keinginannya. Tingkatan ini bersamaan dengan stadium
sensori-motorik dalam perkembangan intelegensi. Sesudah tingkatan ini datanglah
tingkatan kedua anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang
ditimbulkan oleh suatu tingkah laku atau hukuman.
Tingkat
perkembangan sosial-kognitif pada seorang remaja adalah sebagai berikut :
1.
Tingkat
egosentris, anak belum bisa membedakan antara perspektif orang lain.
2.
Tingkat
subjektif, anak sekarang sadar bahwa ada perspektif dari orang lain.
3.
Tingkat
refleksi diri, sekarang ada perspektif yang menyebelah atau yang tidak timbal
balik pada anak.
4.
Tingkat
koordinasi perspektif, baru sekarang anak dapat mengerti suatu
situasi-interaksi dari sudut pandang orang ketiga yang “natral”. Sifat
netral dari koordinasi perspektif adalah bahwa anak seakan-akan mendapatkan
diri diluar dirinya sendiri dan melihat interaksinya antara dirinya sendiri dan
orang lain dan sudut posisi orang ketiga dan dari posisi itu dapat menemukan
hubungan yang timbal balik antara berbagai perspektif.
Menurut
Kohlberg kebanyakan orang tidak mencapai tingkat post-konvensional atau
terlambat mencapainya yang dapat disebabkan oleh pengaruh kultur atau
sub-kultur. Perkembangan moralitas menurut Kohlberg juga dipengaruhi oleh
pendidikan moral. Van der Ven (1985) membedakan antara pendidikan nilai-nilai
melalui pemilihan bebas remaja, dan komunikasi nilai yang sesuai dengan
pendapat Habermas, berarti bahwa para remaja dibimbing untuk dating pada
pilihan sendiri melalui komunikasi rasional dan argumentasi.
N. Sikap
Pendirian yang Berhubungan dengan Pandangan Hidup
Mengembangkan
suatu pandangan hidup sebagai suatu kesatuan nilai yang integral (Krathwohl,
1964) adalah satu hasil yang dicapai oprang dewasa, karena hal ini memungkinkan
seseorang untuk menempatkan semua kejadian, kebenaran, dan nilai-nilai dalam
satu sudut pandangan tertentu yang mencakup segalanya.
Menurut
Pruser (1972) maka perasaan aman sebagai perasaan religious yang dapat
menyebabkan orang justru mengingkari religi. Pruser mengatakan mengenai
kemurtatan irrasional sebagai : “Nampaknya orang lebih cenderung untuk mencari
hiburan,ketenangan dan pemenuhan langsung kebutuhan kanak-kanak akan keamanan
,kehangatan dan ketetapan dari pada mencari pembaruan religi atau
suatu cara baru yang kreatif untuk menghubungkan religi dengan tuntutan-tuntutan
dunia modern.dalam hubungan ini timbullah pertanyaan apakah dalam masa
remaja juga terjadi semacam kesadaran beragama.biasanya orang beragama,karena
orang tuanya beragama atau menirukan orang tuanya beragama.Allen dan Spika
mengusulkan suatu perbedaan antara “consensual religion”dan “committed
religion”sebagai dua macam religius yang berbeda satu sama lain dalam 5 macam
factor,yaitu : isi , kejelasan , kompleksitas , fleksibilitas, dan sifat
penting atau tidaknya.
Dengan
demikian “ consensual “dan “commited religion”yang diteliti oleh Allen
dan Spika, menurut Fortmann berbeda dlam hal :
1.
Isi :
berakar pada dasar-dasr yang abstrak lawan sifat yang konkrit dan pragmatis.
2.
Kejelasan
: jawaban-jawaban yang jelas , terang lawan jawaban-jawaban yang tidak jelas
dan bersifat rutin.
3.
Kompleksitas
: jawaban-jawaban yang kaya dan terdiferensial lawan yang sederhana berpangkal
pada pertentangan-pertentangan yang radikal.
4.
Fleksibilitas
: terbuka lawan tertutup bagi pendapat orang lain.
5.
Penting :
soal minat pribadi lawan bukan minat pribadi,meskipun dianggap penting karena
tradisi.
Religi
“consensual” yang lebih bersifat konvensional kurang menarik bagi anak-anak
muda.beberapa penelitian menyatakan bahwa kaummuda jaman sekarang ( amerika)
lebih menitikberatkan pada keTuhanan yang bersifat pribadi dripada ke Tuhanan
yang dilembagakan , dibanding dengan generasi yang lebih tua.
Menurut
Rumke (1949)maka perkembangan ke Tuhanan yang sehat berlangsung melalui
beberapa stadium. Stadium Yang tertinggi adalah penyeraha diri pada Tuhan
sebagai dasar dan tujuan pokok kehidupan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Masa
remaja adalah masa dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya,
baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam perkembangannya remaja akan
mengalami hal-hal yang akan menimbulkan suatu masalah dalam hati mereka
yang akan menjadikan para remaja menjadi dewasa. Secara umum masalah yang
terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang
tua yang cukup baik dan dapat mengerti dengan apa yang para remaja inginkan.
Arti remaja
dalam sudut pandang islam ialah pribadi-pribadi yang gelisah. Posisi
organisasi remaja seharusnya mampu
menjadi pelarian ( dalam artian positif ) bagi kegelisahan mereka. Organisasi remaja
tersebut misalnya: Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), pelajar islam Indonesia,
remaja masjid dan sebagainya yang seharusnya mampu melakukan orientasi program
dan kegiatan yang mempunyai sense kuat terhadap kebutuhan remaja
Dalam
perkembangan remaja ini, orang tua sangat berperan penting karena orang tualah
yang akan menjadi panutan para remaja. Masyarakat dan lingkungan juga
menentukan arah hidup para remaja, karena pada masa ini remaja akan mengalami
gejolak-gejolak dalam hati mereka sehingga mudah terpengaruh terhadap omongan
orang lain.
B.
Saran
1.
Bagi Para Pendidik
|
2.
Bagi Calon Pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami secara sekasama mengenai materi
dalam makalah ini supaya pada saat calon pendidik ini terjun ke lapangan tidak
terjadi putusnya komunikasi antara peserta didik dan pendidik. Calon pendidik
dapat memahami sifat pola tingkah laku peserta didik yang dalam masing-masing
tingkatan pendidikan mempunyai perbedaan tingkah laku terutama pada remaja yang
masih dalam proses pubertas.
3.
Bagi Lembaga Sekolah
Lembaga sekolah sebaiknya memberikan perhatian penuh mengenai
perkembangan remaja agar terjalin komunikasi yang baik antara
lembaga sekolah, peserta didik, dan pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah B.
Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Divisi
Buku Peguruan Tinggi.
Elizabeth
B. Harlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
John W.
Santrock. 2007 . Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Kartini
Kartono. 2007. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju
Sunarto
dan B. Agung Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar