MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF LEARNING
Makalah ini disusun dalam rangka
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Dr.H.Bambang Priyo
Darminto,M.kom
Disusun Oleh:
HARMAJI ( 112144397 )
Kelas IVG
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
1. MODEL
PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY
Model pembelajaran Two Stay Two Stray /
Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya.
Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk
berbagi informasi.
· Dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1990)
· Dapat
dikombinaksikan atau digabungkan dengan teknik kepala bernomor
· Dapat
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur
· Memungkinkan
setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Siswa
bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
2. Guru
memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama
3. Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.
4. Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
ke tamu mereka.
5. Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
6. Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
7. Kesimpulan..
2. MODEL
PEMBELAJARAN KELILING KELOMPOK
Dapat diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing
anggota kelompok berkesempaatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota yang lain.
Langkah-langkah pembelajarannya:
1. Salah
satu siswa dari masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2. Siswa
berikutnya lalu memberikan kontribusi pemikirannya
3. Demikian
seterusnya. Giliran bicara dapat dilakukan menurut arah perputaran jarum jam
atau dari kiri ke kanan.
3. MAKE
A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Teknik metode pembelajaran make
a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Bisa
diteraapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap
siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap
siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap
siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan
dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap
siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika
siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah
satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa
juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
9. Guru
bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
4. MODEL
PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN
Teknik metode pembelajaran bertukar
pasangan merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajarn ini bisa diterapkan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Langkah penerapan metode bertukar pasangan sebagai berikut:
1. Setiap
siswa membentuk pasangan-pasangan, bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa
mencari sendiri pasangannya.
2. Guru
memberikan tugas untuk dikerjakan oleh setiap pasangan siswa
3. Setelah
selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan,
masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
Kelebihan Model Pembelajaran Bertukar
Pasangan , yaitu:
1. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama
mempertahankan pendapat.
2. Semua siswa terlibat.
3. Melatih siswa untuk lebih teliti, cermat,
cepat dan tepat.
Kelemahan Model Pembelajaran
Bertukar Pasangan , yaitu:
1. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang
lama.
2. Guru tidak dapat mengetahui kemampuan
siswa masing-masing.
3. Siswa kurang konsentrasi.
5. MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP
Co-op co-op adalah sebuah
bentuk group
investigation yang menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya
(seperti namanya) untuk mempelajari sebuah topik di kelas.
Langkah – langkah :
1). Diskusi kelas terpusat pada siswa
2). Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim.
3). Seleksi topik tim.
4). Pemilihan topik tim.
5). Persiapan topik kecil.
6). Presentasi topik kecil.
7). Persiapan presentasi tim.
8). Presentasi tim
9). Evaluasi.
6. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (LEARNING TOGETHER) LT
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari
pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson &
Smith, 1991).
Model yang mereka teliti melibatkan
siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan
latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima
satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur yakni :
1. Interaksi
tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan
empat sampai lima siswa.
2. Interdependensi
positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Tanggung
jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara
individual telah menguasai materinya.
4. Kemampuan-kemampuan
interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana
yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka
bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok
pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta
tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan
tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri
kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang
pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin,2008).
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT
setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok
mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka
adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan
soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka
peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok
lain maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya.
Adapun sintaks dari LT adalah:
1) Guru
menyajikan pelajaran.
2) Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
3) Masing-masing
kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan menyelesaikannya.
4) Beberapa
kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5) Pemberian
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Bentuk penghargaan yang diberikan
kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok,
sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada
hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008).
7. TEAM
PRODUCT (TP)
Dinamakan Team product karena
setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu. Misalnya,
guru meminta siswa berkelompok untuk menulis sebuah esai, mengerjakan tugas,
mendaftar solusi-solusi altermatif tentang masalah tertentu, atau menganalisis
puisi. semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah berbentuk produk,
baik itu abstrak maupun konkret. untuk memastikan adanya tanggung jawab
individu, guru dapat memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda pada
masing-masing anggota dalam setiap kelompok untuk menciptakan satu produk
kelompok.
8. MODEL
PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (lingkaran dalam- lingkaran luar)
· Dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1990)
· Memungkinkan
siswa saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan
· Dapat
Diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial,
agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan
dengan teknik ini adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan
informasi antarsiswa.
· Dapat
diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan sangatdigemari terutama anak-anak.
Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran
inside outside circle:
Dinamakan Team product karena
setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu. Misalnya,
guru meminta siswa berkelompok untuk menulis sebuah esai, mengerjakan tugas,
mendaftar solusi-solusi altermatif tentang masalah tertentu, atau menganalisis
puisi. semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah berbentuk produk,
baik itu abstrak maupun konkret. untuk memastikan adanya tanggung jawab
individu, guru dapat memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda pada
masing-masing anggota dalam setiap kelompok untuk menciptakan satu produk
kelompok.
· Dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1990)
· Memungkinkan
siswa saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan
· Dapat
Diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial,
agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan
dengan teknik ini adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan
informasi antarsiswa.
· Dapat
diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan sangatdigemari terutama anak-anak.
Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran
inside outside circle:
1.
Separuh kelas
berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2.
Separuh kelas
lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
3.
Dua siswa
yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4.
Kemudian
siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5.
Sekarang
giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya
Kelebihan model pembelajaran inside outside circle:
·
Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi . Sehingga
dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran
·
Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa
·
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
Kekurangan model pembelajaran inside outside circle:
·
Membutuhkan ruang kelas yang besar.
·
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.
·
Rumit untuk dilakukan.
9. SPONTANEOUS GROUP
DISCUSSION (SGD)
Jika siswa diminta untuk duduk
berpasangan aatau berkelompok, kita akan lebih mudah menginstruksikan mereka
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, seperti mencari makna sesuatu,
mencari alasan tentang peristiwa tertentu, aatau memecahkan suatu masaalah.
Dikenal dengan istilah spontaneous group discussion karena diskusi kelompok ini
tidak direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan. Teknik
pelaksanaannya pun sederhana, yaitu meminta siswa untuk berkelompok dan
berdiskusi tentang sesuatu. setelah itu, guru memanggil kelompok itu satu per
satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi ini bisa
dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran. Akan tetapi, meskipun
spontan diskusi kelompok ini tetap mengharuskan guru untuk memperhatikan lima
elemen pembelajaran kooperatif. Interpredensi positif, akuntabilitas individu,
interaksi promotif, keterampilan sosial, dan pemrosesan kelompok.
10. Listening Team
Strategi Listening Team ini
bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu
berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok –kelompok, setiap kelompok
mempunyai peran masing-masing. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya,
kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif
tertentu, kelompok ketiga kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang
berbeda dengan kelompok kedua dan kelompok keempat adalah kelompok yang
bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Pembelajaran
diakhiri dengan penyampaian kata kunci atau konsep yang telah dikembangkanoleh
peserta didik dalam berdiskusi.
Langkah-langkahnya :
1. Bagilah
siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari
tugas berikut ini :
Tim
|
Peran
|
Tugas
|
1
|
Penanya
|
Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, Penanya yang bertugas
membuat minimal dua pertanyaan mengenai materi yang baru saja disampaikan.
|
2
|
Orang yang setuju
|
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan
poin-poin mana yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa
demikian. Dan Kelompok kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab
berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung
yang bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari
materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa
kami setuju”.
|
3
|
Orang yang tidak Setuju
|
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari
tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan
menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan
orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua.
Atau disebut juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide
yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran yang
baru saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan memunculkan
diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir,
sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural.
|
4
|
Pemberi Contoh
|
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi
contoh-contoh khusus atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang
bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi
Contoh yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan
memberikan alasan.
|
2. Sampaikan
materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka.
Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas
mereka.
3. Mintalah
masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu
akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya
memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
a. Jika
jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai
penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya.
b. Bisa
juga dawali dengan tugas individual.
5. Pembelajaran diakhiri
dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh
peserta didik dalam diskusi.
11. METODE PEMBELAJARAN - SNOWBALL THROWING
Metode Snowball
Throwing yaitu metode pembelajaran yang didalam terdapat unsur-unsur
pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka mengarahkan perhatian siswa
terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing:
a. Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
e. Kemudian
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain.
f. Siswa
yang mendapat lemparan bola diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
12. MODEL
PEMBELAJARAN TARI BAMBU
Pembelajaran dengan model Bamboo
Dancing sama dengan metode inside circle.Pembelajaran
diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut
di papan tulis atau guru bisa juga mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang
apa yang mereka ketahui tentang materi tersebut. Kegiatan sumbang saran
ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki
peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
Model Pembelajaran Tari Bambu
mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan
dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini
cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi
antar siswa. Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa
yang berjajarlah yang di ibaratkan sebagai bambu.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Bamboo Dancing (Tari
Bambu)
1. Penulisan
topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab dengan siswa.
2. Separuh
kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika
ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah
siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
3. Separuh
kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
4. Dua
siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
5. Kemudian
satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa
dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
13. KEPALA BERNOMOR
TERSTRUKTUR (STRUCTURED NUMBERED HEADS)
· Teknik
ini merupakan pengembangan dari teknik Kepala Bernomor
· Memudahkan
pembagian tugas.
· Memudahkan
siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok.
· Dapat
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Langkah-langkah model pembelajaran terstruktur:
1. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi
nomor.
2. Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.
3. Jika
perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit) guru juga bisa melibatkan kerja sama
antarkelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
siswa-siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswa-siswa
dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://vanesharueirong.blogspot.com/2013/05/macam-macam-model-pembelajaran.html
Miftahul Huda. 2013. Cooperative learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar