LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
Landasan teori
perlu ditegakkan agar suatu penelitian memiliki dasar yang kokoh dan tidak
sekedar coba-coba saja (trial and error).
Landasan teori inilah yang merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan suatu
cara ilmiah untuk mendapatkan data. Kerlinger dalam Sugiyono (2010: 79-80)
menyatakan bahwa “teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena”. Sitirahayu
Haditono dalam Sugiyono (2010: 80) mengatakan bahwa “teori adalah akan
memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan,
dan meramalkan gejala yang ada”.
Teori adalah
alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control). Dalam
penelitian pendidikan, misalnya seseorang ingin melihat sejauh mana pengaruh
penerapan pendekatan Problem Solving
terhadap prestasi belajar matematika seorang siswa. Dalam hal ini, melalui
teori yang ada, seorang peneliti harus mampu menjelaskan apa itu Problem Solving, bagaimana Problem Solving dijalankan dalam proses
pembelajaran dan seterusnya. Selanjutnya, dari penjelasan teori tersebut,
peneliti harus bisa membuat suatu perkiraan/ prediksi dari penggunaan Problem Solving terhadap prestasi
belajar siswa. Apakah prestasinya lebih baik atau tidak. Pada akhirnya,
peneliti menjadikan Problem Solving sebagai
alat untuk mengkontrol berlangsungnya pembelajaran. Atau dengan kata lain, pembelajaran harus
didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi segala tuntutan yang diminta oleh Problem Solving dan tidak ada ruang
sekecil pun untuk dilaksanakannya pendekaan atau metode lainya.
Dalam upaya
mencari sumber teori, secara garis besar dibedakan menjadi dua sumber, yaitu
(1) sumber acuan umum, dan (2) sumber acuan khusus. Yang dikatakan sumber acuan
umum adalah buku teks, ensiklopedia, dan semacamnya. Sedangkan sumber acuan
khusus diantaranya adalah laoran hasil penelitian, jurnal penelitian, dan
semacamnya. Dalam era sekarang ini, pencarian kepustakaan akan lebih dimudahkan
dengan fasilitas internet. Banyak sekali teori-teori yang dibutuhkan dalam
penelitian tersedia di halaman-halaman web.
Bahkan ketika sekarang ini diwajibkan untuk mencantumkan jurnal penelitian
sebagai acuan dalam penelitian, baik jurnal nasional maupun internasional, akan
sangat mudah sekali diperoleh dari internet. Jurnal yang tadinya mahal akan
menjadi gratis melalaui internet.
Sumber bacaan
biasanya dikemukakan dalam dua criteria, (1) prinsip kemutakhiran dan (2)
prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran menuntut peneliti untuk menggunakan
sumber bacaan yang mutakhir (up to date).
Bahkan ada semacam aturan tidak tertulis yang mewajibkan sumber bacaan paling
tidak harus diambil dari cetakan 10 tahun terakhir. Prinsip relevansi menuntut
peneliti untuk menggunakan bacaan-bacaan yang sesuai (relevan) dengan apa yang
diteliti.
Deskripsi teori
dalam suatu penelitian merupakan uraian secara sistematistentang teori (dan
bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi
penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan
uaraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang
lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variable yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Dalam laporan
penelitian, kelengkapan teori yang ditulis akan menandakan bahwa penulis
memiliki tingkat penguasaan terhadap teori yang baik. Penguasaan teori ini akan
semakin baik lagi jika peneliti terus berupaya untuk membaca sebanyak-banyaknya
teori yang mendukung tentang apa yang diteliti. Semakin lengkap deskripsi teori
yang dimiliki oleh peneliti, akan semakin baik pula tingkat pemahamannya dan
memudahkan dalam membangun hubungan sebab akibat antar variable. Kelengkapan
teori inilah yang menjadi tuntutan bagi semua peneliti.
Contoh.
Seorang peneliti
ingin melakukan penelitian dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan CTL Materi Fungsi Kuadrat Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII SMP Se-Kecamatan Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari judul
tersebut, seorang peneliti harus membangun teori pembelajaran terlebih dahulu.
Kemudian teori tentang CTL dan Motivasi Belajar. Secara lengkap, teori yang
diperlukan disajikan sebagai berikut .
1.
Definisi Prestasi Belajar
Matematika
a.
Definisi Belajar
b.
Definisi Matematika
c.
Definisi Prestasi Belajar
d.
Definisi Prestasi Belajar
Matematika
2.
Definisi Pembelajaran
a.
CTL
1)
Definisi CTL
2)
Karakteristik CTL
3)
Ciri-ciri CTL
4)
Langkah Pembelajaran CTL
5)
Kelebihan CTL
6)
Dll
b.
Ceramah
1)
Definisi metode ceramah
2)
Langkah-langkah pembelajaran
ceramah
3)
dll
3.
Motivasi Belajar
a.
Definisi Motivasi Belajar
b.
Macam-macam Motivasi belajar
c.
Cara meningkatkan motivasi
belajar
d.
Dll
Tata Cara
Pengutipan
Dalam pendefinisian
istilah yang digunakan sebagai variable penelitian, peneliti bisa mengutip dari
pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Pada umumnya, jumlah pakar yang
dipakai setidaknya tiga orang pakar. Selanjutnya dari pendapat pakar-pakar
tersebut, peneliti tinggal menyimpulkan saja. Penulisan kutipan dalam laporan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Kutipan Langsung kurang dari lima baris
Pada kutipan jenis tersebut, dibubuhkan tanda “ di depan dan akhir
kutipan dimasukkan dalam paragraph.
Contoh:
Menurut Winkel (1986:150), “prestasi adalah bukti usaha yang sudah
dicapai setelah melakukan sesuatu”. Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari
kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Sutratinah Tirtonagoro (1984: 43) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh anak dalam periode tertentu”.
Pada contoh di atas, sumber yang diacu adalah
tulisan dari Winkel, pada bukunya yang terbit pada tahun 1986 di halaman 150.
Selanjutnya yang sangat harus diperhatikan lagi adalah, keterangan buku hasil
tulisan Winkel harus dapat ditunjukkan pada Daftar Pustaka.
2. Kutipan langsung lima baris atau lebih
Pada kutipan jenis tersebut, maka ditulis dengan spasi 1 dan
dikeluarkan dari paragraph menjorok ke kanan, tanpa tanda kutip.
Contoh
Dalam pembelajaran ini dirancang serangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Wina Sanjaya (2008: 242)
mengemukakan dua alasan dianjurkannya metode ini,
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
3. Kutipan tidak langsung
Kalau
kutipan tidak langsung, dalam arti penulis memodifikasi kalimat yang ada dengan
tanpa meninggalkan makna yang ada pada kalimat aslinya, penulisannya tidak
perlu disertai tanda “.
Penulisan
landasan teori ini, jika tidak hati-hati akan menjadikan dan mondorong penulis
untuk melakukan plagiat. Secara
akademik, plagiat merupakan penyakit
yang sangat kronis dan harus diberantas. Untuk mengatasinya, penulis harus
benar-benar menyertakan dan menunjukkan buku yang dikutip dari seseorang tersebut
di daftar pustaka. Kebiasaan buruk download dari internet juga akan mendorong
penulis untuk melakukan plagiarisme.
Pengambilan artikel apapun dari internet harus disertai alamat web yang jelas dan lengkap.
B.
Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010: 91)
mengemukakan bahwa “kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah penting”. Selanjutnya kerangka berpikir yang baik akan dapat
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang akan diteliti.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian
perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut memuat atau berkenaan
dengan dua variable aau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variable atau lebih secara mandiri, maka peneliti di samping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing-masing variable, juga argument terhadap variasi
besaran variable yang diteliti. Pada penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi perlu juga disusun suatu kerangka berpikir.
Pada dasarnya kerangka berpikir adalah cara
pandang peneliti untuk menghubungkan variable-variabel penelitian serta dapat
menggambarkan opini secara teoritik bagaimana hubungan antar variable tersebut
terjadi. Penulisan kerangka berpikir harus menyesuaikan dengan rumusan
masalahnya, mengapa? Karena dalam rumusan masalah telah ditentukan arah dari
penelitian yang akan dilaksanakan.
Misalnya, pada suatu penelitian yang
berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Pada
Siswa Kelas VII SMP N 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari penelitian
tersebut dirumuskan masalah “Apakah prestasi siswa yang dikenai pendekatan CTL
akan lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai pendekatan mekanistik
(ceramah)?”. Dari rumusan masalah tersebut, jelas terlihat bahwa arah
penelitian yang akan dilakukan adalah untuk melihat atau membandingkan
pendekatan belajar manakah yang dapat meningkatkan prestasi belajar, pendekatan
CTL atau pembelajaran mekanistik. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti dapat
membangun kerangka berpikir sebagai berikut.
“Pembelajaran
CTL merupakan salah satu pendekatan yang mengkedepankan keaktifan siswa, selain
itu pada CTL akan mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini akan berakibat pada terbentuknya memori yang kuat dan berimbas pada
pemahaman materi yang tidak mudah untuk dilupakan siswa. CTL juga melibatkan
ruang lingkup sekitar kehidupan siswa, sehingga pengalaman belajarnya sangat
telihat nyata dan dapat dirasakan langsung.
Dalam
proses pembelajaran CTL siswa terlibat dalam banyak kegiatan pembelajaran:
belajar individu, mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, bekerja dalam
kelompok, melibakan kehidupan realistic, dsb. Kegiatan-kegiatan inilah yang secara
teori akan membanu meningkatkan kinerja dan hasil belajarnya.
Berbeda
dengan pendekatan mekanistik yang lebih didominasi oleh ceramah. Siswa berada
dalam lingkungan yang pasif dan dikontrol penuh oleh guru. Proses pemerolehan
ilmu pengetahuan diibaratkan seperti bejana kosong yang diisi air
sebanyak-banyaknya. Sehingga akadang ada yang bisa diingat dan banyak yang
dilupakan. Dengan cara seperti ini, pengetahuan hanya dihafal saja oleh siswa
dan dalam waktu yang cukup lama akan mudah dilupakan.
Perbedaan-perbedaan
pada dua jenis pendekatan belajar inilah yang tentunya akan berpengaruh pada
hasil (prestasi) belajar siswa. Melihat dari beberapa keuungulan dan kelemahan
dari keduanya, maka dapat diduga bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL akan
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan
pendekatan mekanistik.”
Kerangka berpikir dapat juga dipandang
sebagai sarana bagi pembaca untuk melihat sejauh mana peneliti memahami masalah
penelitian yang diangkat. Selain itu, kerangka berpikir dapat digunakan untuk
menilai sejauh mana peneliti memahami teori-teori yang dibangunnya dan melihat
sejauh mana langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Out put dari penyusunan kerangka berpikir
adalah dihasilkannya hipotesis (dugaan sementara) penelitian.
C.
Hipotesis
Budiyono (2003: 22)
mengatakan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya msih harus diuji secara empiris”. Selanjutnya
Sugiyono (2010: 96) mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan jawaban sementara karena
jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang teah dibangun sebelumnya.
Mseskipun dibangun secara teoritik, secara ilmiah jawaban tersebut belum bisa
diterima jika belum dibuktikan dan didasarkan pada fakta-fakta serta data
empirik yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data. Jadi dapat pula
dikatakan, hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian.
Selanjutnya dalam
penelitian akan dikenal pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistic. Pengertian hipotesis penelitian sebagaimana di bahas didepan.
Sedangkan pengertian hipotesis statistic didasarkan pada digunakannya sampel.
Dengan kata lain, jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis statistic. Uji statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian
didasarkan data yang ada pada sampel. Selanjutnya kesimpulan pada sampel akan
digeneralisir kepada populasi. Kesimpulan pada populasi inilah yang nantinya
yang akan dibandingkan, apakah sama dengan hipotesis penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya atau tidak.
Mengapa hipotesis harus
dibuat? Hipotesis harus dibuat berdasarkan tiga alas an, yaitu: (1) hipotesis
yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup
pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu, (2) hipotesis memberikan
arah pada pengumpulan data, (3) hipotesis dapat menunjukkan analisis data apa
yang akan digunakan.
Dalam penyusunan hipotesis
disarankan sebagai berikut: (1) konsisten dengan landasan teori yang ada, (2)
dinyatakan dalam kalimat deklaratif (pernyataan), (3) menyatakan pertautan
antara dua variable atau lebih, (4) dirumuskan secara sederhana, (5) dapat
diuji secara statistic.
Secara statistic,
hipotesis biasanya dinyatakan dalam bentuk Hipotesis nol (H0) dan
Hipotesis kerja (Ha atu H1).
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan
antara dua variable atau lebih. Dapat pula dikatakan sebagai hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lainnya. Hipotesis kerja merupakan kebalikan dari Hipotesis nol,
menyatakan adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih. Dapat pula
dikatakan sebagai hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain.
Seringkali timbul pertanyaan
mengenai hipotesis mana di antara kedua macam hipotesis (nol atau kerja) itu
yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Jawaban dari masalah ini
adalah dikembalikan pada dasar teori dan kerangka berpikir yang digunakan.
Namun pada kebanyakan penelitian, hipotesis yang dinyatakan sebagai hipotesis
penelitian cenderung menggunakan hipotesis kerja (H1 atau Ha).
Karena pada kebanyakan penelitian kuantitatif, cenderung untuk mencari
perbedaan dari kelompok-kelompok yang diteliti, sehingga perumusan hipotesis
kerja sebagai hipotesis penelitian dipandang lebih tepat.
Hipotesis merupakan
jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian, sehingga perumusan hipotesis
tidak akan jauh berbeda dari perumusan masalah. Jika permusan masalah disajikan
dalam kalimat pertanyaan, namun pada perumusan hipotesis disajikan dalam
kalimat pernyataan.
Contoh perumusan
hipotesis.
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
Hipotesis Penelitian
|
Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1
Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi
turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori?”
|
Prestasi belajar materi turunan
pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai
pembelajaran ekspositori.
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan
Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani
Tahun Ajaran 2011/2012
|
1.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
2.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
|
1.
Terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal
2.
Terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya.
|
Korelasi Kemampan awal
Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
1.
Apakah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
2.
Apakah terdapat hubungan
positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
3.
Apaah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan
prestasi belajar matematika?
|
1.
Terdapat hubungan positif
antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika.
2.
Terdapat hubungan positif
antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
3.
Terdapat hubungan positif
antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi
belajar matematika.
|
Upaya peningkatan kreativitas
pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving
materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
1.
Apakah keativitas pemecahan
soal dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem solving?
2.
Apakah prestasi belajar
matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
|
1.
Keativitas pemecahan soal
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
2.
Prestasi belajar matematika
siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar