BAB III
MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN PENDIDIKAN
Penelitian
selalu didasarkan pada masalah. Dengan kata lain jika tidak ada masalah, maka
tidak perlu dilakukan penelitian. Sebenarnya hampir semua masalah pendidikan
dapat diangkat sebagai suatu penelitian, namun akan lebih baik lagi jika
masalah yang diangkat nantinya setelah dilakukan pnelitian hasilnya dapat membrikan
sumbangan positif bagi dunia pendidikan.
Apa yang disebut sebagai masalah
penelitian ialah segala sesuatu yang bertentangan/berbeda antara
keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem is any discrepancy
between an actual state of affairs and some ideal state).
Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda bahkan
bertolakbelakang antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen)
dengan kenyataan yang dihadapi (das sein). Adanya perbedaan
kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi banyak
orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati,
sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar
pemecahannya.
Dalam batasan yang sederhana, masalah
bisa diartikan sebagai (a) sesuatu yang belum diketahui (karena
sifat kebaruannya) dan menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk
pertanyaan yang perlu dicari jawabannya; (c) segala sesuatu yang
dipertanyakan; atau (e) segala bentuk hambatan, rintangan,
atau kesulitan yang muncul pada sesuatu bidang yang
perlu dihindari dan disingkirkan.
Sumber masalah
juga sangat banyak dan beragam, bahkan terkadang muncul pada saat yang tidak
diperkirakan sebelumnya. Perhatikan beberapa kasus berikut ini.
1. Diakhir semester dibagikan Kartu Hasil Studi. Seorang mahasiswa
secara tidak sengaja mengamati bahwa setiap mahasiswa yang memperoleh Indeks
Prestasi bagus kebanyakan berwajah cantik. Akhirnya ia menemukan masalah
penelitian, apakah kecerdasan dan indkes prestasi dipengaruhi oleh kecantikan
wajah seseorang?
2. Ada seorang guru yang mengajar di suatu kelas. Ia menemukan ada
seorang anak yang tidak bisa diam, sering ramai, dan mengganggu proses
pembelajarannya. Selanjutnya ia menemukan masalah penelitian, bagaimana cara
mengajar yang sesuai untuk anak yang demikian?
3. Dan sebagainya.
Contoh di atas merupakan contoh ditemukannya masalah dalam kondisi
yang tidak terduga.
Untuk menemukan masalah penelitian, bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah dengan
melakukan pengamatan terhadap kegiatan manusia secara cermat.
Dari pengamatan tersebut, lantas kita tanyakan kembali yakni apakah ada
perbedaan antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ditemui?
Lihatlah bagaimana seorang teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan
menghidupkan mesin mobil, mereka cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin
mobil tersebut. Begitu pulalah dengan dokter. Dengan mengamati pasien
ditambah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu
kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih
meyakinkan diri, seorang teknisi mobil atau seorang dokter akan mengetes
(mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki. Untuk mempertajam
pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca
sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin
kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah.
Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian.
Bisa jadi, akan kita temukan adanya ketidakajegan hasil-hasil
penelitian tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah
pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga
dilanjutkan dengan mendiskusikan kepada peer-group atau kepada
pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah
penelitian yang menarik dikaji. Namun demikian, tidak semua masalah
menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan
penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya:
(a). Apakah penelitian terhadap masalah yang kita
angkat itu akan memberikan sumbangan untuk pemecahan
masalah-masalah praktis, pengembangan teori, atau memiliki
daya tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah
yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas,
kemampuan, dan metodologi, terkuasai.
Apabila sudah “mencukupi”, maka langkah
berikutnya adalah “merumuskan permasalahan ke dalam susunan
kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang
akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu
sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama,
hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas,
dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan
permasalahan itu memberi petunjuk tentang mungkinnya
melakukan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam perumusannya itu.
A.
Sumber dan latar belakang Masalah
Sebagaimana
telah disebutkan di depan, sumber masalah pendidikan tersedia sangat banyak,
antara lain: (1) bacaan, terutama bacaan yang memuat laporan penelitian, (2)
seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lainnya, (3) pernyataan pemegang
otoritas, (4) pengamatan sepintas, (5) pengamatan pribadi, dan (6) perasaan
intuitif (Sumadi Suryabrata dalam Budiyono, 2003: 16).
Dalam penelitian
yang baik, sebaiknya masalah yang dimunculkan selalu didukung dengan data
empirik dan berupa fakta. Data empirik adalah data yang berupa angka statistik.
Sedangkan fakta berarti masalah tersebut benar-benar ada dan tidak mengada-ada.
Peneliti melihat
bahwa prestasi belajar matematika siswa tidak menggembirakan, hal ini dikatakan
karena didukung beberapa data sebagai berikut:
1.
Human Developent Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan Indonesia berada pada peringkat 110 dari 170 negara pada tahun 2002.
2.
Laporan
Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam http://nces.ed.gov/timss/table07
pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi ke-36 dalam bidang matematika
dari 48 negara. Dari survei TIMSS tersebut juga diketahui bahwa pelajar Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Indonesia dikategorikan berada di bawah standar
internasional dalam penguasaan matematika.
3.
Laporan
Programme for International Student Assesment
(PISA) pada tahun 2003, Indonesia berada pada urutan ke-33 dari 40 negara
peserta dalam matematika, IPA, maupun membaca.
4.
Hasil
rata-rata nilai Ujian Nasional
Mata pelajaran
|
Rata-Rata Ujian Nasional
|
Matematika
|
6,25
|
IPA
|
7,85
|
Bahasa
Indonesia
|
7,35
|
Dari data-data di atas, menjadikan
masalah penelitian menjadi semakin kuat dan terlihat nyata.
B.
Identifikasi Masalah
Dari hasil
pengamatan masalah yang muncul, selanjutnya peneliti mengidentifikasi
permasalahannya sehingga diperoleh beberapa masalah yang lebih detail lagi.
Misalnya, seorang peneliti melihat bahwa ada kecenderungan nilai rata-rata
matematika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran
yang lain. Permasalahan tersebut selanjutnya diangkat sebagai masalah
penelitiannya. Selanjutnya peneliti melakukan identifikasi penyebab masalah
yang mungkin menjadi penyebab permasalahan tersebut. Sehingga muncul
identifikasi masalah sebagai berikut:
Latar belakang (sumber) masalah
kecenderungan nilai rata-rata
matematika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata
pelajaran yang lain
Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa penyebab masalah sebagai berikut.
1. Ada kemungkinan masih rendahnya prestasi
belajar matematika siswa disebabkan oleh metode pembelajaran yang selama ini
diterapkan oleh guru di kelas. Kebanyakan pembelajaran masih didominasi oleh
guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Terkait dengan hal ini muncul
pertanyaan apakah jika metode pembelajarannya diubah, maka prestasi siswa akan
meningkat atau tidak. Sehingga dipandang perlu untuk dilakukan penelitian yang
membandingkan antara metode yang selama ini dipakai di kelas dengan metode baru
yang mengedepankan keaktifan siswa.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika
mungkin disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
belajar mengajar, dalam hal ini kurangnya media pembelajaran. Terkait dengan
hal ini muncul pertanyaan apakah jika media pembelajaran tersedia secara
memadai akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijadikan
penelitian untuk melihat apakah penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Rendahnya prestasi belajar matematika
siswa mungkin disebabkan siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya dalam
menghadapi suatu permasalahan dan membangun pengetahuannya sendiri. Mengenai
hal ini dapat dilakukan penelitian apakah jika dilakukan pembelajaran yang
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya,
membangun pengetahuannya sendiri melalui proses belajar kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajarnya atau tidak.
4. Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi
belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Terkait dengan hal ini
maka muncul pertanyaan apakah jika motivasi siswa tinggi dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai
motivasi belajar siswa.
5.
Ada
kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya
belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah jika siswa
belajar sesuai dengan gaya belajarnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai gaya belajar siswa.
C.
Pemilihan Masalah
Setelah masalah
penelitian diidentifikasi dari sumber masalahnya, peneliti tentu tidak akan
bisa menyelesaikan semua masalah yang diidentifikasi tersebut secara bersamaan.
Peneliti hendaknya focus pada masalah tertentu saja yang sekiranya dinilai
layak untuk diteliti lebih lanjut. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan
apakah suatu masalah penelitian layak dan sesai untuk diteliti, pada dasarnya
dilakukan dari dua arah, yaitu (1) sisi objektif, dari arah masalahnya dan (2)
sisi subjektif, dari arah penelitinya. Penjelasannya sebagai berikut.
1. Pertimbangan objektif
a.
Mempertimbangkan apakah masalah
penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan kepada pengembangan
teori dan khasanah pengetahuan ilmiah.
b.
Mempertimbangkan apakah masalah
penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan praktis bagi
perkembangan pengetahuan.
2. Pertimbangan subjektif
Petimbangan ini disesuaikan dengan kemampuan dari peneliti itu
sendiri, pertimbangan yang biasanya muncul adalah
a.
Biaya yang tersedia
b.
Waktu yang digunakan
c.
Alat dan perengkapan yang
tersedia
d.
Bekal kemampuan teoritis
e.
Penguasaan metode yang
diperlukan
Meskipun ada dua petimbangan, baik
secara objektif maupun subjektif, hendaknya sebagai peneliti lebih condong
untuk mengedepankan pertimbangan secara objektif. Sisi subjektif sebaiknya
dieliminasi dan tantangan masalah yang muncul harus dianggap sebagai dorongan
untuk lebih baik lagi, bukan sebagai sesuatu yang menghambat.
Misalnya dari
identifikasi masalah di atas, peneliti memilih masalah pada poin 1 dan 4
sebagai masalah yang diteliti lebih lanjut.
D.
Pembatasan Masalah
Setelah
dilakukan pemilihan masalah, peneliti perlu juga untuk melakukan pembatasan
masalah. Langkah ini dilakukan agar peneliti benar-benar focus pada subjek yang
akan diteliti. Akan muncul beberapa pertanyaan terkait pembatasan masalah ini.
a. Jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan?
b. Materi/ pokok bahasan apa yang akan diteliti?
c. Siapa yang akan dikenai penelitian?
d. Pada saat kapan penelitian tersebut akan dilaksanakan?
Dari contoh di depan
akan diberikan pembatasan masalah sebagai berikut.
1.
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan
tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan metode ekspositori.
2.
Motivasi
belajar siswa yang dikategorikan ke dalam motivasi belajar tinggi, sedang, dan
rendah.
3.
Prestasi
belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi
Pecahan.
4.
Ruang
lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa SD/ MI di Kecamatan Purworejo.
5.
Penelitian
akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Setelah dilakukan pembatasan masalah, barulah judul penelitian tersebut
dirumuskan. Rumusan judul yang lengkap sebaiknya mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Sifat dan jenis penelitian
2.
Objek
yang diteliti
3.
Subjek
penelitian
4.
Lokasi/
daerah penelitian
5. Tahun/ waktu terjadinya penelitian
Jika
dicermati, perumusan di atas sejajar dengan perumusan pada bagian pembatasan
masalah. Hal ini tidak mengherankan karena memang pada dasarnya pembatasan masalah
tersebut akan diarahkan untuk dimunculkannya suatu judul penelitian.
Dari
contoh di atas peneliti akan mengambil judul ” Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Berbasis Komputer Dengan Metode STAD Pada Kompetensi Pecahan
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SD/ MI Se-Kecamatan Purworejo Tahun
Pelajaran 2011/2012”.
Sifat
dan jenis penelitian
|
Penelitian
ekperimen
|
Objek
yang diteliti
|
Metode
STAD dan motivasi
|
Subjek
penelitian
|
Siswa
SD/ MI
|
Lokasi
penelitian
|
SD/ MI Se-Kecematan
Purworejo
|
Tahun/
waktu penelitian
|
Tahun
Ajaran 2011/2012
|
E.
Rumusan dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah
tentunya berbeda dengan masalah. Rumusan masalah pada dasarnya bersifat
operasional sehingga dapat dijalankan. Rumusan masalah akan memberikan arah
yang jelas terhadap pelaksanaan penelitian. Meskipun demikian, rumusan masalah
tetap harus didasarkan pada masalah yang diangkat pada bagian latar belakang.
Rumusan masalah nantinya akan menelurkan tujuan penelitian.
Rumusan masalah
dalam laporan penelitian disajikan dalam bentuk poin-poin dan dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan. Rumusan masalah nantinya akan terkait dengan tujuan
penelitian.
Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
Metodologi Penelitian
|
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
P. Ekpserimen
|
Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1
Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi
turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori?”
|
P. Kausal Komparatif
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan
Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani
Tahun Ajaran 2011/2012
|
1.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
2.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
|
P. Korelasional
|
Korelasi Kemampan awal
Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
1.
Apakah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
2.
Apakah terdapat hubungan
positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
3.
Apaah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi
belajar matematika?
|
P. Tindakan Kelas
|
Upaya peningkatan kreativitas
pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving
materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
1.
Apakah keativitas pemecahan soal
dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem solving?
2.
Apakah prestasi belajar
matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
|
Bentuk penulisan tujuan penelitian
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
Tujuan Penelitian
|
Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1
Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi
turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori?”
|
Untuk mengetahui apakah prestasi
belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik
daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori.
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan
Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani
Tahun Ajaran 2011/2012
|
3.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
4.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
|
1.
Untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan
awal
2.
Untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan
belajarnya.
|
Korelasi Kemampan awal
Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
4.
Apakah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
5.
Apakah terdapat hubungan
positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
6.
Apaah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan
prestasi belajar matematika?
|
1.
Untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi
belajar matematika.
2.
Untuk Mengetahi apakah terdapat
hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
3.
Untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas
belajar dengan prestasi belajar matematika.
|
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan
soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi
persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
3.
Apakah keativitas pemecahan
soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
4.
Apakah prestasi belajar
matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
|
1.
Untuk mengetahui apakah
keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem
solving.
2.
Untuk mengetahui apakah
prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
problem solving.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar