BAB II
JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN
Penelitian
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk memecahkan
masalah atau mencari jawaban dari suatu permasalahan tertentu. Berdasarkan pada
pengertian di atas, maka penelitian akan selalu berakar dari suatu masalah,
sehingga jika berbicara menegenai penelitian pendidikan maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian tersebut adalah masalah-masalah dalam bidang
pendidikan. Dalam khasanah keilmuan, sangat diharapkan semua sarjana dapat
melakukan penelitian. Sehingga, ilmu mengenai penelitian akan terus dapat
digunakan. Seorang sarjana pendidikan yang telah menjadi seorang guru pun tidak
akan bisa lepas dari kegiatan penelitian. Bahkan secara tegas dikatakan bahwa
salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi
professional. Tuntutan profesionalisme guru inilah yang menjadikan kegiatan
penelitian sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Penelitian
seperti apa yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru? Perhatikan ilustrasi
berikut ini! Misalkan saja ada seorang guru yang telah cukup lama mengajar.
Dari tahun ke tahun ia mendapati bahwa prestasi siswa stagnan atau bahkan
cenderung mengalami penurunan, siswa kurang aktif mengikuti pelajaran, dan ada
siswa yang suka membolos. Ia menyimpulkan bahwa ketiga hal tersebut merupakan
suatu masalah dan harus segera dicarikan solusi. Kemudian, ia membaca buku
mengenai strategi pembelajaran. Setelah itu ia bertekad untuk mengubah cara
mengajarnya. Ia ingin melihat apakah upaya mengubah cara mengajar ini dapat
menyelesaikan masalah tadi. Upaya inilah yang disebut sebagai penelitian.
Secara garis
besar, penelitian yang banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam skripsinya
meliputi tiga cara penelitian: (1) penelitian deskriptif atau description research, (2) Penelitian
tindakan atau Action research, (3) Penelitian
Eksperimen atau experiment research.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian deskriptif atau description
research,
Yang
dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:
3). Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2011: 72).
Dalam
penelitian deskriptif peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek, tidak
melakukan perubahan, dan tidak melakukan manipulasi terhadap variable
penelitian. Peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada objek penelitiannya.
Dalam bidang pendidikan, contoh penelitian deskriptif antara lain sebagai
berikut:
a)
Penelitian untuk mengetahui
kemampuan perkalian pada anak SD.
b)
Penelitian untuk mengetahui
pelaksanaan KTSP di suatu sekolah.
c)
Penelitian untuk mengetahui
pelaksanaan permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pembelajaran.
d)
Penelitian untuk mengetahui berapa
rata-rata waktu yang digunakan mahasiswa untuk belajar mandiri.
e)
Penelitian untuk mengetahui
tanggapan guru terhadap program sertifikasi guru.
f)
Dan sebagainya.
Penelitian
deskritif setidaknya memiliki 5 (lima) jenis, yaitu: (1) penelitian deskriptif
murni atau survey, (2) penelitian korelasi, (3) penelitian komparasi, (4)
penelitian penelusuran (tracer study),
dan (5) penelitian evaluatif. Pembahasan dari jenis penelitian di atas adalah
sebagai berikut.
1) Penelitian deskriptif murni atau survey
Penelitian
deskriptif jenis ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa
yang dapat atau terjadi dalam suatu wilayah penelitian tertentu. Data yang
dikumpulkan dari hasil survey dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau
sesuai dengan kondisi yang diiinginkan. Sesudah data lengkap, kemudian
diberikan kesimpulan. Pada penelitian survey bahkan ada yang tidak memberikan
kesimplan, namun hanya sekedar untuk mencari kecenderungan dari sesuatu yang
disurvei. Misalnya saja, survey pemilihan gubernur. Meskipun diperoleh salah
satu kandidat gubernur mendapat suara terbanyak dari hasil survey, namun bukan
berarti kandidat tersebut akan memenangkan pemilukada tersebut.
Dalam
bidang pendidikan dan kurikulum-pembelajaran, survey digunakan untuk menghimpun
data tentang siswa, seperti: sikap, jenis kelamin, minat, keadaan ekonomi
keluarga, dsb. Pendataan guru, tugas-tugas administrasi guru, media, sumber,
dan alat bantu pembelajaran. Kecenderungan pemakaian dan aktivitas wifi di
sekolah, jumlah pengunjung perpustakaan, kecenderungan pemakaian jejaring
social pada anak sekolah.
Kecenderungan
hasil yang diperoleh dari survey bisa dijadikan pijakan bagi peneliti atau
pemangku kepentingan untuk merumuskan suatu kebijakan. Misalnya, dari survey
yang dilakukan terhadap 1.500 siswa di wilayah Surakarta diperoleh temuan bahwa
pengguna 90% siswa aktif dalam mengakses jejaring social. Informasi ini bagi
seorang peneliti akan memberikan ide untuk mengembangkan jejaring social
sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
Survei
juga bisa berperan sebagai studi pendahuluan untuk melakukan penelitian yang
sebenarnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui efektifitas penggunaan
pembelajaran Problem Solving terhadap
prestasi belajar matematika siswa di suatu kecamatan di Purworejo. Sebelum melakukan
eksperimen tersebut, ia melakukan survey terhadap guru-guru di kecamatan
tersebut untuk mengetahui apakah Problem
Solving sudah diterapkan di sekolah-sekolahnya. Jika hasil survey
menunjukkan bahwa kebanyakan guru belum menerapkan Problem Solving, maka ia tentu akan dapat melakukan eksperimennya.
2) Penelitian korelasi
Penelitian
korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variable atau lebih, tanpa melakukan perubahan atau manipulasi dari data yang
telah dikumpulkan. Pada penelitian korelasi sebenarnya hanya berupa prediksi
saja dan bukan sebagai suatu yang pasti terjadi. Misalnya, Seorang peneliti
ingin meneliti hubungan antara kemampuan awal dan motivasi terhadap prestasi
belajar matematika. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa kemampuan dan
motivasi secara signifikan mempengaruhi prestasi belajar matematika. Namun
dalam hal ini tinkat sgnifikansi ini hanya berupa perkiraan/ prediksi saja.
Artinya jika seseorang memiliki kemampuan awal dan motivasi yang bagus maka
diprediksikan ia akan memperoleh prestasi belajar matematika yang bagus pula.
Hal ini tidak berarti bahwa jika seseorang dengan kemampuan awal rendah dan
tidak punya motivasi lantas ia akan memiliki prestasi belajar matematika yang
rendah. Bisa saja orang dengan kemampuan awal rendah akan memiliki prestasi
belajar yang tinggi. Sehingga hasil penelitian korelasi itu tidak memberikan
justifikasi bahwa fenimena yang diamati pasti akan terjadi, namun hanya sekedar
prediksi saja.
Berkut
ini beberapa penelitian korelasi.
a) Penelitian yang ingin mengetahui apakah semakin tinggi nilai Ujian
Nasional seseorang akan menyebabkan semakin tinggi pula Indeks Prestasinya.
b) Penelitian yang ingin menjawab apakah keberhasilan belajar seseorang
dipengaruhi oleh pendidikan orang tuanya.
c) Penelitian yang ingin mengetahui apakah jika seorang mahasiswa
mengerjakan tugas dan rajin berkunjung ke perpustakaan akan menyebabkan
mahasiswa cepat lulus.
3) Penelitian komparasi
Pada
penelitian komparasi (kausal komparatif) peneliti bermaksud untuk membandingkan
dua kondisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kondisi mana yang
lebih baik diantara dua kondisi yang diperbandingkan. Selain itu, penelitian
ini juga dapat digunakan untuk menyelidiki kemungkinan pertautan sebab akibat
dengan cara melakukan pengamatan terhadap akibat yang ada dan kemudian mencari
kembali factor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Meskipun
secara statistic penelitian ini menggunakan data-data yang cukup banyak, namun
dalam memperoleh data, peneliti tidak melakukan manipulasi apapun. Peneliti
hanya memperoleh data dari hasil pengamatan saja. Dengan kata lain data yang
ingin diperoleh telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Misalnya saja,
penelitian untuk membandingkan prestasi belajar siswa putra dan putrid. Data
prestasi siswa putra dan putri dapat diperoleh peneliti melalui data raport
saja, peneliti tidak perlu memberikan tes.
Dalam
penelitian komparatif, hal yang perlu diperhatikan adalah pada pemilihan
variable yang dibandingkan. Variable harus diupayakan yang bersifat dinamis.
Pada contoh di atas, variable jenis kelamin (putra dan putri) merupakan
variable yang statis. Sehingga penelitian ini secara kebermanfaatan, tidak akan
memberikan manfaat apapun. Oleh karena itu, variable pembanding harus sedinamis
mungkin. Misalnya ketekunan, kedisiplinan, keaktifan, partisipasi, dsb.
Penelitian yang betujuan untuk membandingkan prestasi belajar antara siswa yang
tekun dan tidak tentunya akan lebih bermanfaat. Misalnya dari penelitian
tersebut dihasilkan siswa tekun akan memperoleh prestasi belajar yang baik,
maka guru berkewajiban untuk memupuk siswa sehingga muncul sikap ketekunan pada
diri siswa-siswanya.
4) Penelitian Penelusuran
Penelitian
penelusuran dimaksudkan untuk melacak kembali segala sesuatu yang terjadi di
masa yang telah lalu dan melihat pengaruhnya di masa kini. Melacak kembali ke
masa lalu ini biasanya dilakukan jika di masa sekarang terjadi fenomena yang
berbeda, biasanya yang terjadi adalah fenomena ketika di masa sekarang tidak
lebh baik daripada masa yang telah lalu.
Misalnya,
pada masa kini diketahui dari pemberitaan media massa bahwa karakter
(kesopanan) siswa sudah berkurang atau bahkan dikatakan sudah hilang. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya tawuran pelajar, penggunaan narkoba dikalangan
remaja, seks bebas dikalangan remaja, ketidak sopanan pada guru dan orang tua,
dan lain sebagainya. Ketika dilakukan perbandingan di masa lalu, ternyata
sikap-sikap negative tersebut tidak muncul di kalangan remaja masa lalu. Jika dilihat
lebih mendalam, ternyata siswa pada jaman dulu memperoleh pendidikan moral dan
budi pekerti di bangku sekolah. Akhirnya pada masa sekarang ini, mulai
diterapkan pembelajaran berkarakter.
Penelitian
yang dilakukan oleh suatu universitas mengenai kondisi alumninya juga merupakan
penelitian penelusuran. Namun, penelitian seperti ini terkadang sulit untuk
mendapatkan data yang akurat karena biasanya alumni sudah tidak peduli lagi
dengan almamaternya. Sehingga penelusuran akan menjadi suatu yang menyulitkan.
5) Penelitian evaluative
Penelitian
evaluative merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi/ menilai
suatu kebijakan yang telah dikeluarkan terkait dengan pendidikan. Misalnya,
pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai sertifikasi guru. Akan muncul
ide penelitian untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pembelajaran/ prestasi
belajar siswa yang diajar oleh guru yang tersertifikasi. Selain itu, pemerintah
telah memberikan rambu-rambu aturan sebagai ukuran baik atau tidaknya proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Jadi, penelitian tentang
pembelajaran merupakan penelitian evaluative, karena mengevaluasi implementasi
kebijakan Kemdiknas.
Manfaat
dari penelitian evaluative ini adalah untuk memberikan feed back/ umpan baik kepada pembuat kebijakan atas peraturan yang
telah dikeluarkan. Jika baik maka peraturan tersebut dilaksanakan dan
dikembangkan, namun jika tidak baik maka peraturan tersebut dicabut atau
diganti lagi.
2.
Penelitian tindakan atau Action
research,
Action diartikan sebagai
suatu tindakan, sehingga penelitian ini merujuk pada suatu tindakan yang
dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengkontrol, memanipulasi variable, dan
melakukan upaya seperlunya untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi yang
menjadi focus permasalahan penelitiannya.
Misalnya,
seorang guru ketika mengajar menemukan fakta bahwa prestasi belajar siswanya
menurun. Selain itu ia juga melihat adanya penurunan keaktifan siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya ia membulatkan tekad untuk
mengubah metode pembelajarannya. Ia ingin melihat apakah dengan adanya
perubahan tersebut akan diikuti perubahan pada prestasi belajar dan aktifitas
siswanya.
Tekad
untuk mengubah metode pembelajaran inilah yang selanjutnya disebut sebagai suatu
tindakan. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang sangat disarankan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendukung profesionalisme seorang guru.
Selanjutnya penelitian tindakan ini lebih dikenal sebagai Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK selanjutnya diterjemahkan sebagai suatu penelitian yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang
dilakukan di suatu kelas (tempat Belajar).
3.
Penelitian Eksperimen atau experiment
research
Eksperimen
diartikan sebagai suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
Kausal) antara dua faktor yang sengaja dimunculkan dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang dianggap mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan tujuan untuk melihat akibat dari suatu
perlakuan yang telah diberikan.
Penelitian
eksperimental pada dasarnya adalah penelitian ilmiah di mana peneliti
memanipulasi dan megendalikan satu variable bebas atau lebih dan melakukan
observasi terhadap variable terikatnya untuk menemukan variasi yang muncul
seiring dengan manipulasi variable bebas tersebut (Budiyono, 2003: 73). Penelitian
Eksperimental dibedakan ke dalam dua hal, yaitu penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dan
penelitian eksperimental sungguhan (true
experimental research). Disebut ekperimen sungguhan jika peneliti
benar-benar mengendalikan dan memanipulasi semua variable yang ada secara
ketat. Disebut eksperimental semu jika peneliti tidak memnungkinkan untuk
memanipulasi dan atau mengendalikan semua
variable yang relevan.
Penelitian
pendidikan dikategorikan sebagai penelitian eksperimental semu, mengingat
proses pembelajaran pastilah dipengaruhi oleh banyak variable (misalnya,
keikutsertaan siswa mengikuti bimbingan belajar, kesehatan, dorongan orang tua,
motivasi belajar, metode belajar, sarana pendukung belajarnya, dsb), namun
peneliti hanya memanipulasi variable metode belajarnya saja dan mengeliminasi
variable yang lain (dianggap tidak ada).
Misalnya,
seorang guru ingin memperbaiki cara mengajar. Maka factor-faktor lain seperti
materi, lingkungan, buku, dan sebagainya tidak diubah, tetapi tetap seperti
sedia kala, dan hanya metode atau cara mengajarnya saja yang diubah. Dalam hal
ini, guru secara sengaja mengajar dengan metode tertentu secara sempurna dalam
satu periode tertentu, setelah selesai hasilnya dinilai. Peneliti melihat akbat
dari perubahan metode mengajar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar