PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian
kuantitatif, instrument merupakan bagian yang sangat penting untuk
diperhatikan. Hal ini disebabkan pada penelitian tersebut pemerolehan data
menjadi hal yang sangat krusial, dari data itulah nantinya yang akan dianalisis
dan selanjutnya diambil kesimpulan. Proses pengukuran (pemberian nilai terhadap
suatu variabel) sedapat mungkin harus dilakukan dengan sangat cermat. Oleh
Karena itu factor ketersediaan instrument pengumpul data sangat penting untuk diperhatikan.
Instrument tidak hanya harus tersedia, namun juga harus berada dalam kondisi
optimal untuk benar-benar dapat dipakai sebagai alat pengumpul data. Semakin
baik instrument yang dipersiapkan, maka semakin baik pula kualitas data yang
akan diperoleh.
Berapa
instrument yang dibutuhkan dalam penelitian? Jawaban dari pertanyaan ini
tergantung pada berapa variabel (variabel bebas) yang ada. Misalnya, penelitian
dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education Pada
Materi Bangun Ruang Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XII SMA N 1
Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Pada penelitian di atas, variabel bebasnya
adalah pendekatan pembelajaran matematika dan motivasi belajar. Akibat yang
dimunculkan dari variabel bebas ini adalah diperolehnya prestasi belajar
matematika pada materi Bangun Ruang dan skor motivasi belajar matematika.
Sehingga diperlukan instrument yang berupa: 1) soal tes bangun ruang untuk
menjaring prestasi belajar matematika dan 2) angket untuk mendapatkan skor
angket belajar matematika. Pada contoh lainnya, “Pengaruh Minat Dan Kreativitas
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah: 1) angket minat belajar dan 2) angket kreativitas
belajar.
Semakin kompleks
variabel penelitian yang digunakan, maka semakin banyak pula instrument yang
diperlukan.
A.
Definisi Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134),
instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi
Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya
secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk
atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut
non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang
diteliti.
B.
Proses Pengukuran
Dalam proses
penelitian, pada langkah sebelumnya peneliti harus mampu mengidentifikasi dan
member skala pada variabel penelitian yang digunakan. Proses ini akan membantu
peneliti untuk lebih mudah dalam upaya penyusunan dan pengembangan instrument
penelitiannya. Proses penyusunan instrument penelitian membutuhkan ketekunan
dan ketelitian dari peneliti. Budiyono (2003: 45) mengatakan “Pengukuran
penting bagi penelitian karena hanya dengan pengukuran itulah peneliti dapat
menghubungkan konsep-konsepnya yang abstrak menjadi sesuatu yang menuju pada
realitas”. Misalnya, IQ pada dasarnya adalah sesuatu yang bersifat abstrak,
seseorang tidak bisa langsung menilai berapa tingkat (skor) IQ dari orang lain.
Oleh karena itu diperlukan alat yang mampu mengukurnya, maka dibuatlah tes IQ.
Dengan tes inilah dapat diketahui skor IQ seseorang. Sehingga konsep IQ yang
tadinya abstrak menjadi suatu realita.
Budiyono (2003:
46) menyatakan bahwa “ Proses pengukuran meliputi empat tahap, yaitu: (1)
menemukan sub-variabel, (2) menemukan indicator dari masing-masing sub-variabel,
(3) menentukan banyak butir yang dikehendaki,(4) menyusun butir-butir
pengukuran, (5) menguji tingkat validitas dan reliabiltas alat pengukuran dan
syarat lainnya, (6) merevisi (atau menyusun kembali) alat pengukur berdasarkan
hasil uji coba, (7) mengadakan pengukuran (pengambilan data) kepada subjek
penelitian jika instrument sudah benar-benar valid dan reliable”.
Tahap awal dari
penyusunan instrument adalah penyusunan kisi-kisi. Kisi-kisi bisa dipahami
sebagai acuan atau pedoman untuk membuat instrument. Penyusunan kisi-kisi harus
didasarkan pada konsep yang melekat pada variabel penelitian. Syarat ini cukup
penting sehingga kisi-kisi nantinya dapat dipertanggungjawabkan. Pada langkah
penyusunan kisi-kisi, peneliti tidak bisa melepaskan diri dari definisi
konseptual dari variabel yang akan ditelitinya. Berangkat dari definisi inilah,
peneliti akan dapat memerinci definisi konsep menjadi sub-variabel dan
dijabarkan lebih lanjut menjadi indicator-indikator.
Misalnya,
seseorang akan mengukur tingkat motivasi belajar siswa. Pembuatan kisi-kisi
motivasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Matematika
- Tujuan : Untuk mengukur tingkat
motivasi siswa dalam belajar matematika di dalam lingkungan belajarnya
(sekolah, rumah, dan masyarakat).
- Kisi-kisi:
1)
Definisi
Konseptual :
Motivasi belajar adalah kondisi psikologis manusia yang merupakan daya penggerak atau pendorong
yang muncul pada diri seseorang baik karena dorongan dari dalam (faktor
intrinsik) maupun dari luar (fakstor ekstrinsik) yang mengakibatkan ia memiliki
usaha, kemauan yang keras, menikmati apa yang ia kerjakan, melaksanakan
tugas-tugas yang sulit, dan melakukan langkah-langkah apa saja yang ia anggap
dapat menjadikannya sungguh-sungguh untuk mencapai keberhasilan mencapai tujuan
atau prestasi belajar yang ia inginkan.
2)
Aspek
(sub-Variabel)
(a)
Daya
penggerak dari dalam diri siswa (faktor intrinsik)
(b)
Daya
penggerak dari luar diri siswa (faktor ekstrinsik)
(c)
Usaha
yang kuat dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran
(d)
Tujuan
yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
(e)
Kehadiran
selama mengikuti pembelajaran matematika
(f)
Keaktifan
dalam kegiatan pembelajaran
(g)
Kesediaan
untuk belajar di luar sekolah
(h)
Timbulnya
perasaan nikmat dan suka selama belajar matematika
(i)
Keuletan
dalam mengerjakan tugas-tugas
(j)
Orientasi terhadap tugas-tugas yang menantang
3)
Jenis
Instrumen : Angket
4)
Banyaknya
Butir :
(a)
Daya
penggerak dari dalam diri siswa (faktor intrinsik) : 4
(b)
Daya
penggerak dari luar diri siswa (faktor ekstrinsik) : 4
(c)
Usaha
yang kuat dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran : 4
(d)
Tujuan
yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran : 4
(e)
Kehadiran
selama mengikuti pembelajaran matematika :
4
(f)
Keaktifan
dalam kegiatan pembelajaran : 4
(g)
Kesediaan
untuk belajar di luar sekolah : 4
(h)
Timbulnya
perasaan nikmat dan suka selama belajar matematika : 4
(i)
Keuletan
dalam mengerjakan tugas-tugas :
4
(j)
Orientasi terhadap tugas-tugas yang menantang : 4
No
|
Aspek/ faktor
|
Indikator
|
No Item
Angket
|
Jumlah
|
|||
+
|
-
|
+
|
-
|
Jumlah
|
|||
1
|
Daya penggerak dari dalam diri siswa
|
a.
Perasaan
senang terhadap matematika
b.
Belajar atas
kemauan sendiri
c.
Keinginan
siswa untuk bisa matematika
d.
Dorongan
cita-cita
|
1
4
|
2
3
|
2
|
2
|
4
|
2
|
Daya penggerak dari luar diri siswa
|
a.
Dorongan dari
orang tua
b.
Dorongan
untuk mendapat hadiah
c.
Dorongan
untuk berprestasi
d.
Dorongan
untuk mendapat pujian
|
5
6
|
7
8
|
2
|
2
|
4
|
3
|
Usaha yang kuat dalam melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran
|
a.
Perhatian
selama kegiatan pembelajaran matematika
b.
Membuat
catatan pelajaran
c.
Mengerjakan
latihan yang diberikan guru di kelas
d.
Diskusi
dengan teman lain
|
9
12
|
10
11
|
2
|
2
|
4
|
4
|
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
|
a.
Mendapat
nilai yang baik
b.
Penguasaan
terhadap materi pelajaran
c.
Keinginan
untuk menjadi ahli matematika
d.
Perbaikan
nilai
|
14
15
|
13
16
|
2
|
2
|
4
|
5
|
Kehadiran selama mengikuti pembelajaran matematika
|
a.
Kehadiran
selama jam pelajaran matematika
b.
Ketika
terjadi halangan pada saat jam pelajaran matematika
c.
Keikutsertaan
dalam les matematika
d.
Kehadiran
ketika ada jam tambahan
|
17
18
|
19
20
|
2
|
2
|
4
|
6
|
Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran
|
a.
Bertanya
ketika ada materi yang tidak dipahami
b.
Belajar
mandiri ketika jam pelajaran matematika kosong
c.
Mencari buku
pendukung lain di luar buku paket
d.
Membantu
siswa lain yang belum paham
|
21
23
|
22
24
|
2
|
2
|
4
|
7
|
Kesediaan untuk belajar di luar sekolah
|
a.
Belajar
mandiri di rumah
b.
Bertanya
kepada tetangga jika ada kesulitan belajar matematika
c.
Datang ke
perpustakaan atau warnet untuk mencari sumber belajaran matematika
d.
Mengikuti
siaran matematika di televisi
|
25
26
|
27
28
|
2
|
2
|
4
|
8
|
Timbulnya perasaan nikmat dan suka selama belajar
matematika
|
a.
Merasa
ketagihan untuk belajar matematika
b.
Puas jika
bisa mengerjakan soal yang sulit
c.
Pandangan
terhadap pelajaran yang lain
d.
Menyenangi
permainan yang berkaitan dengan angka (matematika)
|
29
30
|
31
32
|
2
|
2
|
4
|
9
|
Keuletan dalam mengerjakan tugas-tugas
|
a.
Ketekunan
dalam mengerjakan PR
b.
Tidak mudah
putus asa dalam menghadapi soal yang sulit
c.
Tepat waktu
ketika pengumpulan tugas
d.
Melakukan
catatan perbaikan jika melakukan keslahan dalam mengerjakan tugas
|
35
36
|
33
34
|
2
|
2
|
4
|
10
|
Orientasi terhadap tugas-tugas
yang menantang
|
a.
Tertarik
dalam menghadapi soal-soal yang sulit
b.
Lebih memilih
mengerjakan soal-soal yang sulit daripada soal yang mudah
c.
Mau
menerangkan kepada teman-teman yang tidak bisa mengerjakan soal-soal yang
sulit
d.
Mencari atau
membuat bank soal matematika
|
37
39
|
38
40
|
2
|
2
|
4
|
|
20
|
20
|
40
|
C.
Metode Pengumpulan Data
Budiyono (2003:
47) mengatakan bahwa “Metode pengumpulan data dapat diartikan sebagai cara-cara
yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Selanjutnya, instrument
pengambil data adalah alat bantu yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data
agar proses pengambilan data lebih sistematis dan mudah”.
Metode
pengumpulan data yang banyak dipakai dalam penelitian pendidikan adalah metode
angket, metode tes, metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.
Sedangkan instrument yang digunakan adalah lembar angket, soal tes, pedoman
wawancara, lembar observasi, daftar skala. Lebih lengkapnya lihat table berikut
ini
Nomor
|
Metode
|
Instrumen
|
1
|
Angket
|
Angket, daftar cek, daftar
skala
|
2
|
Wawancara
|
Pedoman wawancara, daftar cek
|
3
|
Observasi
|
Lembar observasi
|
4
|
Tes
|
Soal tes
|
5
|
Dokumentasi
|
Lembar dokumentasi, daftar
cek
|
Sumber: Budiyono (2003: 47)
1.
Angket atau kuisioner
Budiyono (2003:
47) mengatakan bahwa “metode angkat adalah cara pengumpulan data melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden,
atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Pengertian
lain dari angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuisioner juga merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden. Di samping
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar, dan tersebar di wilayah yang
luas.
Secara umum,
angket dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a.
Angket terbuka (angket tidak
berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Angket terbuka
menghendaki responden untuk memberikan jawaban secara bebas. Biasanya yang
dikehendaki adalah pendapat dari responden tersebut.
Contoh
1. Bagaimakah
pendapatmu mengenai sikap dan cara guru dalam mengajar di kelas?
|
2. Apa
yang kamu lakukan jika tidak memahami penjelasan guru?
|
3. Kegiatan
apa sajakah yang kamu lakukan ketika di rumah?
|
4. Apakah
kamu pernah ikut seminar tentang motivasi? Bagaimana komentarmu terhadap
kegiatan tersebut?
|
5. Dsb
|
b.
Angket Tertutup.
Budiyono (2003: 59)
mengatakan bahwa “Pada angket tertutup, jawaban atau pertanyaan yang diajukan
telah tertentu atau telah diarahkan oleh peneliti”.
Contoh angket isian
singkat
1. Setiap
hari saya belajar matematika selama … jam, yaitu dari jam …. Sampai dengan
jam…. .
|
2. Saya
berangkat ke sekolah pada pukul …
|
3. Hobi
saya adalah …..
|
4. Dst…………………
|
c.
Chek list (angket berstruktur)
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda check list (centang). Check list
atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
diamati.
Contoh angket berupa
daftar cek
Berikan tanda centang (√)
pada tempat yang sesuai dengan pendapat kamu.
Nomer
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Saya
menyukai matematika
|
|
|
2
|
Setiap hari
saya belajar matematika
|
|
|
3
|
Setiap
hari saya mengerjakan PR dan latihan soal matematika
|
|
|
4
|
Orang tua
menegur jika saya tidak belajar
|
|
|
5
|
Saya
mendapatkan hadiah jika memperoleh nilai yang baik
|
|
|
6
|
…………. Dst
|
|
|
d.
Angket bentuk pilihan ganda
Budiyono (2003: 50)
mengatakan bahwa “Bentuk pilihan ganda ialah bentuk dimana pihak pengisi angket
tinggal melingkari atau menyilang pada 4 atau 5 alternatif jawaban yang
disediakan”
Contoh
1.
Apakah saudara termasuk orang
yang suka membaca buku?
a)
Ya
b) Tidak
2.
Jika ya, sudah berapa buku yang
saudara baca dalam 1 bulan?
a)
Kurang dari 1 buku c) 3 buku
b)
1 - 2 buku d) lebih dari 3
buku
3.
Mata pelajaran yang paling saya
sukai adalah….
a)
Matematika
b)
Agama
c)
IPS
d)
IPA
e)
Bahasa Indonesia
4.
……………… dst
e.
Bentuk Skala
Bentuk skala yang banyak
dipakai adalah skala likert. Skala ini biasanya dipisahkan ke dalam 5 bagian
yang terdiri dari “sangat setuju”, “setuju”, “netral”, “tidak setuju”, dan
“sangat tidak setuju”. Dalam pengembangannya skala ini dapat ditambah menjadi 7
bagian, yaitu: “sangat setuju sekali”, “sangat setuju”, “setuju”, “netral”,
“tidak setuju”, “sangat tidak setuju”, dan “sangat tidak setujun sekali”.
Dalam proses kuantifikasi
(perhitungan), maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1)
Untuk pernyataan yang bernilai
positif
Misalnya : Siswa harus
belajar giat meskipun tidak ada ulangan.
1
|
Sangat setuju
|
5
|
2
|
Setuju
|
4
|
3
|
Netral/ Ragu-ragu
|
3
|
4
|
Tidak setuju
|
2
|
5
|
Sangat tidak setuju
|
1
|
2)
Untuk pernyataan yang bernilai negative
Misalnya : Siswa dapat meninggalkan
kelas, jika guru berhalangan hadir untuk mengajar.
1
|
Sangat setuju
|
1
|
2
|
Setuju
|
2
|
3
|
Netral/ Ragu-ragu
|
3
|
4
|
Tidak setuju
|
4
|
5
|
Sangat tidak setuju
|
5
|
Angket dalam bentuk skala
dapat berupa pilihan ganda atau cek list.
Contohnya adalah sebagai
berikut ini.
1.
Semua siswa, mulai tahun ajaran
depan akan mendapatkan bebas biaya sekolah dan mendapat buku pelajaran gratis
dari pemerintah.
A
|
Sangat Setuju
|
B
|
Setuju
|
C
|
Ragu-ragu
|
D
|
Tidak Setuju
|
E
|
Sangat Tidak Setuju
|
2.
Berikan pendapatmu untuk beberapa
pernyataan berikut ini!
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
||||
SS
|
ST
|
R
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Semua
siswa yang melanggar aturan akan mendapat sangsi yang tegas.
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
ST : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat tidak setuju
Selain skala sikap
seperti yang telah dituntukkan di atas, ada pula pilihan yang berupa “Selalau”
Sering”, Kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Penskoran pada skala bentuk
tersebut hampir sama dengan penskoran sebelumnya.
Pernyataan Positif
|
|
Pernyataan Negatif
|
||||
A
|
Selalu
|
4
|
|
A
|
Selalu
|
1
|
B
|
Sering
|
3
|
|
B
|
Sering
|
2
|
C
|
Kadang-kadang
|
2
|
|
C
|
Kadang-kadang
|
3
|
D
|
Tidak pernah
|
1
|
|
D
|
Tidak pernah
|
4
|
Contoh
- Pada
saat kamu belajar matematika, tentunya kamu akan menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal-soalnya. Pada saat demikian kamu akan menyerah dan tidak
mau meneruskan untuk belajar matematika.
a. selalu
|
c.kadang-kadang
|
|
b. sering
|
d. tidak
pernah
|
- Kamu
memiliki keinginan untuk benar-benar menguasai matematika karena mungkin
cita-cita kamu nantinya akan dapat terwujud jika kamu dapat menguasai
matematika. Menyadari hal ini kamu terpacu untuk belajar matematika dengan
sungguh-sungguh.
a. selalu
|
c.kadang-kadang
|
|
b. sering
|
d. tidak
pernah
|
f.
Bentuk Skala Guttman
Skala pengukuran dalam
tipe ini, akan diperoleh jawaban yang berupa: “Ya-Tidak”, “Benar-Salah”,
“Pernah-Tidak Pernah”, “Positif-Negatif”, “Setuju-Tidak Setuju”, dan lain-lain.
Skala ini digunakan jika peneliti menginginkan jawaban yang tegas dari suatu
permasalahan yang ditanyakan kepada responden.
Contoh
1.
Bagaimana pendapat Anda, jika
matematika dihilangkan dari mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional?
a.
Setuju b. Tidak Setuju
2.
Apakah Anda pernah mengunjungi
P4TK Matematika?
a.
Pernah b. Tidak pernah
3.
Apakah Anda memiliki HP yang
dapat terkoneksi dengan internet?
a.
Ya b. Tidak
4.
Perbuatan seperti apakah
mencontek itu?
a.
Benar b. Salah
5.
…….. Dst
Dalam penyusunan
angket ada beberapa hal yang harus diperhatika, di antaranya adalah pendapat
dari Sugiyono dalam Uma Sakaran sebagai berikut:
1. Isi dan tujuan pertanyaan.
2. Bahasa yang digunakan.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan.
4. Pertanyaan tidak mendua.
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.
6. Pertanyaan tidak menggiring.
7. Panjang pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan.
9. Prinsip pengukuran atau aturan penskoran.
10. Penampilan fisik angket.
2.
Wawancara
Sebagaimana dipahami oleh
masyarakat luas, wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada
responden yang jumlah sedikit melalui kegiatan Tanya jawab. Secara umum wawancara
dapat dijadikan sebagai alat pengumpulan data yang lebih valid atau akurat. Hal
ini disebabkan pada wawancara, peneliti dapat menggali informasi yang lebih
mendalam dari respondennya asalkan responden mau menjawab dengan jujur dan
terbuka. Memang, titik kesulitan dan tantangan dari cara ini adalah bagaimana
membuat responden mau terbuka, sehingga informasi dapat tergali lebih mendalam.
Sutrisno Hadi dalam
Sugiyono (2010: 194) mengemukakan anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti
dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut:
a)
Responden adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya.
b)
Responden dapat dipercaya.
c)
Responden dan peneliti memiliki
interpretasi yang sama tentang pertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan sifat
pertanyaan, wawancara dapat dibedakan atas:
a.
Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur
adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
tersusun. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama. Dalam bentuk wawancara ini, mempersiapkan instrument pertanyaan
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh peneliti. Instrument wawancara akan
terdiri dari sejumlah pertanyaan serta alternative jawabannya.
Contoh.
Berikut ini disajikan
wawancara terstruktur untuk mengetahui tanggapan orang tua terhadap Ujian
Nasional dan Lembaga Bimbingan Belajar.
1.
Bagaimanakah pendapat Anda
tentang pelaksanaan Ujian Nasional? Setujukah Anda?
a.
Setuju
|
b.
Tidak Setuju
|
|
|
2.
Banyak orang tua membantu
anaknya mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional dengan mengikutkan mereka
di Lembaga Bimbingan Belajar. Apakah Anda juga demikian?
a.
Ya
|
b.
Tidak
|
|
|
3.
Bagaimana tanggapan Anda
terhadap persiapan Ujian Nasional yang dilakukan sekolah anak Anda?
a.
Persiapannya
bagus
|
b.
Biasa saja
|
c.
Persiapannya
kurang
|
d.
Tidak ada
persiapan
|
4.
……………… dst
b.
Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancaranya berupa garis-garis besar permasalahan
yang ditanyakan.
Kelebihan dari wawancara
tidak terstruktur ini adalah peneliti dapat menggali informasi dengan lebih
tajam, mendalam, dan akurat. Hal ini disebabkan karena pertanyaan dapat
berkembang dan mungkin peneliti memperoleh fakta-fakta baru yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Dengan teknik ini, biasanya proses wawancara akan
mengalir dengan sangat baik dan menyenangkan.
Dalam melakukan
wawancara, baik yang dilakukan dengan face to face maupun dengan pesawat
telepon akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu harus memahami
situasi dan kondisi responden.
Dalam
proses wawancara, peneliti berkewajiban untuk dapat mendokumentasikan hasil
wawancara dengan cara yang baik. Pada waktu yang lalu, wawancara tidak banyak
menjadi pilihan pengumpulan data karena adanya kendala pendokumentasiaan ini.
Dulu hasil wawancara hanya ditulis dan diingat saja. Inilah yang menimbulkan
kesulitan tersendiri. Namun, sekarang ini kendala yang demikian sudah dapat
teratasi dengan kemajuan teknologi. Sudah banyak tersedia alat perekam suara
yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan hasil wawancara. Dengan demikian,
proses wawancara akan menjadi hal yang menyenangkan.
3.
Observasi
Di dalam artian
penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi
dapat dilakukan dengan tes, kuisioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang
tersusun dari perbagai proses biologis dan psikologis. Observasi adalah
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian bersifat perilaku dan
tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan responden kecil.
Dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
a.
Observasi berperan serta
Dalam observasi ini,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari dengan orang yang diamati. Dengan
tergabungnya pengamat dalam ruang lingkup objek yang diamati, akan menjadikan
pengamat lebih paham secara detail apa yang terjadi pada objek pengamatannya.
b.
Observasi non participant
Dalam observasi ini,
peneliti hanya sebagai pengamat independen. Kelemahan dari teknik ini adalah,
pengamat tidak dapat memperoleh data yang mendalam. Dia hanya dapat memotret
apa yang terjadi di luar (kulitnya) saja, namun segala sesuatu yang ada di
dalam tidak dapat terjangkau.
4.
Tes
Tes adalah cara pengumpulan
data dengan menyajikan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
Metode ini sangat tepat digunakan untuk mengumpulkan data yang melibatkan
kemampuan kognitif dan psikomotorik seseorang. Bentuk instrument yang digunakan
adalah tes bentuk pilihan ganda dan uraian. Namun dari kedua bentuk tersebut,
yang paling banyak digunakan adalah bentuk pilihan ganda. Pilihan ganda menjadi
pilihan karena kemampuannya yang dapat mengungkapkan kemampuan seseorang secara
lebih luas. Maksudnya, semua materi dapat tercakup untuk diujikan melalui tes
pilihan ganda. Selain itu, pilihan ganda dapat digunakan dalam skala yang luas
dan proses penskorannya yang mudah.
5.
Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal
kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. Namun
tidak semua dokumen dapat dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Dokumen
resmi yang telah dijamin keakuratannya sajalah yang dapat dijadikan sebagai
alat pengumpulan data. Oleh karena itu penyertaan sumber asal dokumen menjadi
hal yang wajib untuk ditunjukkan oleh peneliti.
Pada penelitian pendidikan,
dokumentasi yang bisa digunakan adalah data-data yang berasal dari data induk
sekolah atau dinas pendidikan setempat.
D.
Data Primer dan Data Sekunder
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumbernya. Dalam hal ini, peneliti terlibat secara langsung untuk
memperoleh data tersebut. Metode angket, wawancara, tes, dan observasi adalah
metode-metode untuk mendapatkan data primer. Berbeda dengan data sekunder,
peneliti tinggal mengambil saja dari sumber dokumen tanpa terlibat langsung
dalam proses pemerolehannya.
Dalam penelitian (skripsi), mahasiswa
diarahkan untuk lebih banyak menggunakan data primer di banding data sekunder.
E.
Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan dalam proses pengumpulan data, instrumen harus diuji
cobakan terlebih dahulu. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan instrumen yang telah dipersiapkan untuk digunakan
dalam proses pengumpulan data yang sebenarnya. Berapa butir soal yang
digunakan? Pertanyaan ini akan sangat bergantung pada jenis instrumen dan waktu
yang disediakan dalam proses pengukuran. Misalnya, Instrumen tes berbentuk
pilihan sebanyak 30 butir soal. Instrumen yang dipersiapkan paling tidak adalah
40 – 50 butir soal. Mengapa lebih banyak? Ingat! Instrumen yang baik adalah
instrumen yang telah diuji cobakan. Uji coba instrumen meliputi validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran, daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh. Pada
analisis butir instrumen yang demikian, biasanya akan menyebabkan adanya butir
soal yang tidak memenuhi indikator terpenuhinya syarat minimal analisis tadi.
Sehingga dari 40 soal yang disusun sangat dimungkinkan ada beberapa butir soal
yang akan dihilangkan/ dibuang. Akibatnya butir soal akan berkurang. Jika
diharapkan dalam penelitian digunakan 30 butir soal dan dari 40 butir soal yang
telah dianalisis menyebabkan ada 10 butir yang harus dibuang, maka target 30
butir soal masih bisa dicapai.
Yang perlu dipahami oleh penyusun instrumen adalah harus menentukan
terlebih dahulu berapa target butir soal yang akan digunakan dalam pengambilan
data (penelitian). Setelah itu membuat soal dengan jumlah butir soal yang lebih
banyak untuk selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut. Hal berikutnya yang
harus pula dipahami dalam penyusunan instrumen adalah dalam tiap indikator harus
dibuat minimal 2 butir soal. Mengapa? Jika dilakukan analisis butir soal, 2
butir soal dalam 1 indikator ini masing-masing mempunyai peluang untuk dibuang
adalah 50%. Jika dari hasil analisis, ternyata ada 1 butir soal dibuang, maka
masih ada 1 butir soal yang memenuhi indikator tersebut. Tapi jika keduanya
dibuang, maka indikator tersebut tidak bisa diukur. Sehingga harus menyusun
butir soal yang baru dan diuji kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar