adalah sebuah blog yang berisi tentang kisah pengalaman, motivasi dan tugas2. semoga bermanfaat :)
Cari disini / searching.....
Selasa, 30 Desember 2014
EFEK UAS MATEMATIKA
haduh badan semua terasa pegal,,, efek setelah mengikuti UAS MATEMATIKA ,, gila itu soal apa pembunuh,,,, extreme bgt soalnya,, yang gk kuat jangan coba2!! heee
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Semakin
tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya
membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah
pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek
pendidikan kita. Berikut
ini beberapa masalah
pendidikan yang terjadi di
Indonesia :
1.
Masalah Kurikulum
Kurikulum
kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang
maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis
dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.
Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa
maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang
masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum
kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan
pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan
keberhasilan pendidikan yang kita tempuh
2. Masalah Biaya
Banyak
masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal dan lebih
parahnya banyak pula pejabat pendidikan yang ngomong, kalau pengen pendidikan
yang berkualitas konsekuensinya harus membayar mahal. Pendidikan sekarang ini
seperti diperjual-belikan bagi kalangan kapitalis pendidikan dan pemerintah
sendiri seolah membiarkan saja dan lepas tangan. Apa mereka sudah mengenyam
pendidikan?? Akhir-akhir ini pemerintah dalam sistem pendidikan yang
baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal
standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan
kemampuan akademik dan finansial siswa. Ironis sekali bila kebijakan ini
benar-benar terjadi.
3. Masalah Tujuan
pendidikan
Katanya pendidikan itu mencerdaskan, tapi kenyataannya
pendidikan itu menyesatkan. Lihat saja kualitas pendidikan kita hanya diukur
dari ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual
dengan mudahnya dan banyak pula yang membelinya (baik dari masyarakat ataupun
pejabat-pejabat).
4. Masalah Disahkannya
RUU BHP menjadi Undang- Undang
DPR
RI telah mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP)
menjadi Undang-Undang. Namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari
kalangan mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan
liberalisasi terhadap dunia pendidikan. Segala aspirasi dan masukan, sudah
disampaikan kepada Pansus RUU BHP. UU BHP ini akan menjadi kerangka besar
penataan organisasi pendidikan dalam jangka panjang.
5. Masalah Kontoversi
diselenggaraknnya UN
Kedua,
aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar
pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada
pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi
terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN
pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang
sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam
mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai
kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25
pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk
menangkal penyimpangan finansial dana UN.
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
Landasan teori
perlu ditegakkan agar suatu penelitian memiliki dasar yang kokoh dan tidak
sekedar coba-coba saja (trial and error).
Landasan teori inilah yang merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan suatu
cara ilmiah untuk mendapatkan data. Kerlinger dalam Sugiyono (2010: 79-80)
menyatakan bahwa “teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena”. Sitirahayu
Haditono dalam Sugiyono (2010: 80) mengatakan bahwa “teori adalah akan
memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan,
dan meramalkan gejala yang ada”.
Teori adalah
alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control). Dalam
penelitian pendidikan, misalnya seseorang ingin melihat sejauh mana pengaruh
penerapan pendekatan Problem Solving
terhadap prestasi belajar matematika seorang siswa. Dalam hal ini, melalui
teori yang ada, seorang peneliti harus mampu menjelaskan apa itu Problem Solving, bagaimana Problem Solving dijalankan dalam proses
pembelajaran dan seterusnya. Selanjutnya, dari penjelasan teori tersebut,
peneliti harus bisa membuat suatu perkiraan/ prediksi dari penggunaan Problem Solving terhadap prestasi
belajar siswa. Apakah prestasinya lebih baik atau tidak. Pada akhirnya,
peneliti menjadikan Problem Solving sebagai
alat untuk mengkontrol berlangsungnya pembelajaran. Atau dengan kata lain, pembelajaran harus
didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi segala tuntutan yang diminta oleh Problem Solving dan tidak ada ruang
sekecil pun untuk dilaksanakannya pendekaan atau metode lainya.
Dalam upaya
mencari sumber teori, secara garis besar dibedakan menjadi dua sumber, yaitu
(1) sumber acuan umum, dan (2) sumber acuan khusus. Yang dikatakan sumber acuan
umum adalah buku teks, ensiklopedia, dan semacamnya. Sedangkan sumber acuan
khusus diantaranya adalah laoran hasil penelitian, jurnal penelitian, dan
semacamnya. Dalam era sekarang ini, pencarian kepustakaan akan lebih dimudahkan
dengan fasilitas internet. Banyak sekali teori-teori yang dibutuhkan dalam
penelitian tersedia di halaman-halaman web.
Bahkan ketika sekarang ini diwajibkan untuk mencantumkan jurnal penelitian
sebagai acuan dalam penelitian, baik jurnal nasional maupun internasional, akan
sangat mudah sekali diperoleh dari internet. Jurnal yang tadinya mahal akan
menjadi gratis melalaui internet.
Sumber bacaan
biasanya dikemukakan dalam dua criteria, (1) prinsip kemutakhiran dan (2)
prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran menuntut peneliti untuk menggunakan
sumber bacaan yang mutakhir (up to date).
Bahkan ada semacam aturan tidak tertulis yang mewajibkan sumber bacaan paling
tidak harus diambil dari cetakan 10 tahun terakhir. Prinsip relevansi menuntut
peneliti untuk menggunakan bacaan-bacaan yang sesuai (relevan) dengan apa yang
diteliti.
Deskripsi teori
dalam suatu penelitian merupakan uraian secara sistematistentang teori (dan
bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi
penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan
uaraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang
lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variable yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Dalam laporan
penelitian, kelengkapan teori yang ditulis akan menandakan bahwa penulis
memiliki tingkat penguasaan terhadap teori yang baik. Penguasaan teori ini akan
semakin baik lagi jika peneliti terus berupaya untuk membaca sebanyak-banyaknya
teori yang mendukung tentang apa yang diteliti. Semakin lengkap deskripsi teori
yang dimiliki oleh peneliti, akan semakin baik pula tingkat pemahamannya dan
memudahkan dalam membangun hubungan sebab akibat antar variable. Kelengkapan
teori inilah yang menjadi tuntutan bagi semua peneliti.
Contoh.
Seorang peneliti
ingin melakukan penelitian dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan CTL Materi Fungsi Kuadrat Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII SMP Se-Kecamatan Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari judul
tersebut, seorang peneliti harus membangun teori pembelajaran terlebih dahulu.
Kemudian teori tentang CTL dan Motivasi Belajar. Secara lengkap, teori yang
diperlukan disajikan sebagai berikut .
1.
Definisi Prestasi Belajar
Matematika
a.
Definisi Belajar
b.
Definisi Matematika
c.
Definisi Prestasi Belajar
d.
Definisi Prestasi Belajar
Matematika
2.
Definisi Pembelajaran
a.
CTL
1)
Definisi CTL
2)
Karakteristik CTL
3)
Ciri-ciri CTL
4)
Langkah Pembelajaran CTL
5)
Kelebihan CTL
6)
Dll
b.
Ceramah
1)
Definisi metode ceramah
2)
Langkah-langkah pembelajaran
ceramah
3)
dll
3.
Motivasi Belajar
a.
Definisi Motivasi Belajar
b.
Macam-macam Motivasi belajar
c.
Cara meningkatkan motivasi
belajar
d.
Dll
Tata Cara
Pengutipan
Dalam pendefinisian
istilah yang digunakan sebagai variable penelitian, peneliti bisa mengutip dari
pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Pada umumnya, jumlah pakar yang
dipakai setidaknya tiga orang pakar. Selanjutnya dari pendapat pakar-pakar
tersebut, peneliti tinggal menyimpulkan saja. Penulisan kutipan dalam laporan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Kutipan Langsung kurang dari lima baris
Pada kutipan jenis tersebut, dibubuhkan tanda “ di depan dan akhir
kutipan dimasukkan dalam paragraph.
Contoh:
Menurut Winkel (1986:150), “prestasi adalah bukti usaha yang sudah
dicapai setelah melakukan sesuatu”. Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari
kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Sutratinah Tirtonagoro (1984: 43) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh anak dalam periode tertentu”.
Pada contoh di atas, sumber yang diacu adalah
tulisan dari Winkel, pada bukunya yang terbit pada tahun 1986 di halaman 150.
Selanjutnya yang sangat harus diperhatikan lagi adalah, keterangan buku hasil
tulisan Winkel harus dapat ditunjukkan pada Daftar Pustaka.
2. Kutipan langsung lima baris atau lebih
Pada kutipan jenis tersebut, maka ditulis dengan spasi 1 dan
dikeluarkan dari paragraph menjorok ke kanan, tanpa tanda kutip.
Contoh
Dalam pembelajaran ini dirancang serangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Wina Sanjaya (2008: 242)
mengemukakan dua alasan dianjurkannya metode ini,
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
3. Kutipan tidak langsung
Kalau
kutipan tidak langsung, dalam arti penulis memodifikasi kalimat yang ada dengan
tanpa meninggalkan makna yang ada pada kalimat aslinya, penulisannya tidak
perlu disertai tanda “.
Penulisan
landasan teori ini, jika tidak hati-hati akan menjadikan dan mondorong penulis
untuk melakukan plagiat. Secara
akademik, plagiat merupakan penyakit
yang sangat kronis dan harus diberantas. Untuk mengatasinya, penulis harus
benar-benar menyertakan dan menunjukkan buku yang dikutip dari seseorang tersebut
di daftar pustaka. Kebiasaan buruk download dari internet juga akan mendorong
penulis untuk melakukan plagiarisme.
Pengambilan artikel apapun dari internet harus disertai alamat web yang jelas dan lengkap.
B.
Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010: 91)
mengemukakan bahwa “kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah penting”. Selanjutnya kerangka berpikir yang baik akan dapat
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang akan diteliti.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian
perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut memuat atau berkenaan
dengan dua variable aau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variable atau lebih secara mandiri, maka peneliti di samping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing-masing variable, juga argument terhadap variasi
besaran variable yang diteliti. Pada penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi perlu juga disusun suatu kerangka berpikir.
Pada dasarnya kerangka berpikir adalah cara
pandang peneliti untuk menghubungkan variable-variabel penelitian serta dapat
menggambarkan opini secara teoritik bagaimana hubungan antar variable tersebut
terjadi. Penulisan kerangka berpikir harus menyesuaikan dengan rumusan
masalahnya, mengapa? Karena dalam rumusan masalah telah ditentukan arah dari
penelitian yang akan dilaksanakan.
Misalnya, pada suatu penelitian yang
berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Pada
Siswa Kelas VII SMP N 1 Purwodadi Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari penelitian
tersebut dirumuskan masalah “Apakah prestasi siswa yang dikenai pendekatan CTL
akan lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai pendekatan mekanistik
(ceramah)?”. Dari rumusan masalah tersebut, jelas terlihat bahwa arah
penelitian yang akan dilakukan adalah untuk melihat atau membandingkan
pendekatan belajar manakah yang dapat meningkatkan prestasi belajar, pendekatan
CTL atau pembelajaran mekanistik. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti dapat
membangun kerangka berpikir sebagai berikut.
“Pembelajaran
CTL merupakan salah satu pendekatan yang mengkedepankan keaktifan siswa, selain
itu pada CTL akan mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini akan berakibat pada terbentuknya memori yang kuat dan berimbas pada
pemahaman materi yang tidak mudah untuk dilupakan siswa. CTL juga melibatkan
ruang lingkup sekitar kehidupan siswa, sehingga pengalaman belajarnya sangat
telihat nyata dan dapat dirasakan langsung.
Dalam
proses pembelajaran CTL siswa terlibat dalam banyak kegiatan pembelajaran:
belajar individu, mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, bekerja dalam
kelompok, melibakan kehidupan realistic, dsb. Kegiatan-kegiatan inilah yang secara
teori akan membanu meningkatkan kinerja dan hasil belajarnya.
Berbeda
dengan pendekatan mekanistik yang lebih didominasi oleh ceramah. Siswa berada
dalam lingkungan yang pasif dan dikontrol penuh oleh guru. Proses pemerolehan
ilmu pengetahuan diibaratkan seperti bejana kosong yang diisi air
sebanyak-banyaknya. Sehingga akadang ada yang bisa diingat dan banyak yang
dilupakan. Dengan cara seperti ini, pengetahuan hanya dihafal saja oleh siswa
dan dalam waktu yang cukup lama akan mudah dilupakan.
Perbedaan-perbedaan
pada dua jenis pendekatan belajar inilah yang tentunya akan berpengaruh pada
hasil (prestasi) belajar siswa. Melihat dari beberapa keuungulan dan kelemahan
dari keduanya, maka dapat diduga bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL akan
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan
pendekatan mekanistik.”
Kerangka berpikir dapat juga dipandang
sebagai sarana bagi pembaca untuk melihat sejauh mana peneliti memahami masalah
penelitian yang diangkat. Selain itu, kerangka berpikir dapat digunakan untuk
menilai sejauh mana peneliti memahami teori-teori yang dibangunnya dan melihat
sejauh mana langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Out put dari penyusunan kerangka berpikir
adalah dihasilkannya hipotesis (dugaan sementara) penelitian.
C.
Hipotesis
Budiyono (2003: 22)
mengatakan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya msih harus diuji secara empiris”. Selanjutnya
Sugiyono (2010: 96) mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan jawaban sementara karena
jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang teah dibangun sebelumnya.
Mseskipun dibangun secara teoritik, secara ilmiah jawaban tersebut belum bisa
diterima jika belum dibuktikan dan didasarkan pada fakta-fakta serta data
empirik yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data. Jadi dapat pula
dikatakan, hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian.
Selanjutnya dalam
penelitian akan dikenal pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistic. Pengertian hipotesis penelitian sebagaimana di bahas didepan.
Sedangkan pengertian hipotesis statistic didasarkan pada digunakannya sampel.
Dengan kata lain, jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis statistic. Uji statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian
didasarkan data yang ada pada sampel. Selanjutnya kesimpulan pada sampel akan
digeneralisir kepada populasi. Kesimpulan pada populasi inilah yang nantinya
yang akan dibandingkan, apakah sama dengan hipotesis penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya atau tidak.
Mengapa hipotesis harus
dibuat? Hipotesis harus dibuat berdasarkan tiga alas an, yaitu: (1) hipotesis
yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup
pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu, (2) hipotesis memberikan
arah pada pengumpulan data, (3) hipotesis dapat menunjukkan analisis data apa
yang akan digunakan.
Dalam penyusunan hipotesis
disarankan sebagai berikut: (1) konsisten dengan landasan teori yang ada, (2)
dinyatakan dalam kalimat deklaratif (pernyataan), (3) menyatakan pertautan
antara dua variable atau lebih, (4) dirumuskan secara sederhana, (5) dapat
diuji secara statistic.
Secara statistic,
hipotesis biasanya dinyatakan dalam bentuk Hipotesis nol (H0) dan
Hipotesis kerja (Ha atu H1).
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan
antara dua variable atau lebih. Dapat pula dikatakan sebagai hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lainnya. Hipotesis kerja merupakan kebalikan dari Hipotesis nol,
menyatakan adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih. Dapat pula
dikatakan sebagai hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain.
Seringkali timbul pertanyaan
mengenai hipotesis mana di antara kedua macam hipotesis (nol atau kerja) itu
yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Jawaban dari masalah ini
adalah dikembalikan pada dasar teori dan kerangka berpikir yang digunakan.
Namun pada kebanyakan penelitian, hipotesis yang dinyatakan sebagai hipotesis
penelitian cenderung menggunakan hipotesis kerja (H1 atau Ha).
Karena pada kebanyakan penelitian kuantitatif, cenderung untuk mencari
perbedaan dari kelompok-kelompok yang diteliti, sehingga perumusan hipotesis
kerja sebagai hipotesis penelitian dipandang lebih tepat.
Hipotesis merupakan
jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian, sehingga perumusan hipotesis
tidak akan jauh berbeda dari perumusan masalah. Jika permusan masalah disajikan
dalam kalimat pertanyaan, namun pada perumusan hipotesis disajikan dalam
kalimat pernyataan.
Contoh perumusan
hipotesis.
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
Hipotesis Penelitian
|
Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1
Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi
turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori?”
|
Prestasi belajar materi turunan
pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai
pembelajaran ekspositori.
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan
Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani
Tahun Ajaran 2011/2012
|
1.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
2.
Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
|
1.
Terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal
2.
Terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya.
|
Korelasi Kemampan awal
Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
1.
Apakah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
2.
Apakah terdapat hubungan
positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
3.
Apaah terdapat hubungan
positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan
prestasi belajar matematika?
|
1.
Terdapat hubungan positif
antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika.
2.
Terdapat hubungan positif
antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
3.
Terdapat hubungan positif
antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi
belajar matematika.
|
Upaya peningkatan kreativitas
pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving
materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
1.
Apakah keativitas pemecahan
soal dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem solving?
2.
Apakah prestasi belajar
matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
|
1.
Keativitas pemecahan soal
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
2.
Prestasi belajar matematika
siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
|
TEKNIK ANALISA DATA
TEKNIK ANALISA DATA
Salah satu dari
langkah/ tahap, atau proses penelitian adalah terjun ke lapangan untuk
mendapatkan data. Langkah ini dilakukan setelah instrument yang dibuat telah
diuji coba dan diketahui secara pasti bahwa instrument tersebut siap untuk
digunakan dalam proses pengumpulan data. Kesiapan instrument akan dilihat dari
validitas dan reliabilitasnya, jika telah memenuhi indeks yang diinginkan, maka
instrument tersebut siap untuk digunakan.
Proses
pengumpulan data dengan instrument, pada akhirnya akan mendapatkan serangkaian
data. Data yang diperoleh tersebut dinamakan data induk penelitian, karena
belum dilakukan analisa apapun terhadap data tersebut sejak proses
pemerolehannya. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan
teknik analisis data sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Untuk
penelitian eksperimentasi, biasanya digunakan teknik uji-t, uji-F, Analisis
Variansi (Anava) satu jalan, Anava 2 jalan, Anava 3 jalan, sampai analisis
multivariate. Untuk penelitian korelasi, biasanya digunakan uji korelasi linier
dan korelasi linier berganda, untuk penelitian kausal komparatif, biasanya
menggunakan teknik analisis yang sama dengan penelitian eksperimen, sedang pada
Penelitian Tindakan Kelas digunakan teknik analisis statistic deskriptif. Lebih
lanjut akan disajikan dalam table berikut ini.
Jenis Penelitian
|
Teknik Analisis Data
|
Penelitian Eksperimentasi
|
1. Uji-t
2. Uji-F
3. Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4. Analisis Multivariat.
|
Penelitian korelasi
|
1. Korelasi linier
2. Korelasi linier berganda
|
Penelitian Kausal Komparatif
|
1. Uji-t
2. Uji-F
3. Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4. Analisis Multivariat.
|
Penelitian Tindakan Kelas
|
1. Statistik Deskriptif (prosentase, standar deviasi, rataan)
|
ILUSTRASI PENELITIAN EKSPERIMEN
Berikut ini disajikan sebuah ilustrasi
mengenai penelitian ekpserimen yang diadopsi dari skripsi Ageng Puspa Anindita
(NIM. 082143273) mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purworejo Angkatan 2008. Ilustrasi ini disertai beberapa
modifikasi yang dianggap perlu.
Judul Penelitian
Eksperimentasi Metode
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas
VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Masalah
Matematika memiliki nilai yang sangat penting dalam membentuk sumber
daya manusia yang berkualitas karena matematika mempunyai obyek yang abstrak
dan memiliki pola pikir deduktif. Nilai-nilai tersebut diperlukan dalam
pengajaran matematika yang bertujuan dapat menumbuhkembangkan dan membentuk
pribadi siswa dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif
dan efisien sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas dapat berjalan dengan
baik serta menciptakan interaksi yang baik bagi para siswa. Seorang guru juga
harus menguasai keterampilan-keterampilan dasar mengajar. Macam-macam
keterampilan dasar mengajar tersebut meliputi: (1) keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4)
keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan menggunakan media
pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) ketrampilan
mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9) keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan (Suwarna, dkk., 2005: 66).
Seorang guru juga harus dapat mampu memanfaatkan berbagai media dan
alat peraga matematika dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan
efisien. Yang tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus mampu menguasai
materi pelajaran. Namun demikian, sampai sekarang prestasi belajar siswa
mata pelajaran Matematika masih rendah. Rendahnya
prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru SMP
Negeri 26 Purworejo bahwa rata-rata nilai ulangan siswa SMP Negeri 26 Purworejo
sebagai berikut.
Tabel 1
|
|
Prestasi
belajar siswa SMP Negeri 26 Purworejo
|
|
Ulangan
|
Nilai Rata-rata
|
Tengah Semester
|
53.633
|
Akhir Semester
|
49.643
|
KKM
|
68
|
Dari nilai rata-rata hasil ulangan tengah semester dan hasil ulangan
akhir semester tersebut dapat dilihat masih jauh dari nilai KKM yang ditentukan
oleh sekolah yaitu 68.
Di antara faktor penyebab rendahnya prestasi belajar Matematika
adalah penerapan teknik pembelajaran yang kurang tepat. Kita harus menerapkan
salah satu atau gabungan dari beberapa metode mengajar dan metode pembelajaran yang
paling baik atau mengenai sasaran. Dengan demikian, proses belajar hendaknya
mengacu kepada siswa belajar kepada apa yang ia pelajari.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar
belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut.
1.
Rendahnya prestasi belajar
matematika siswa, mungkin disebabkan oleh guru yang kurang tepat memilih
strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan
belajar-mengajar di kelas tidak dapat berjalan dengan baik serta tidak dapat menciptakan
interaksi yang baik bagi para siswa.
2.
Rendahnya prestasi belajar
matematika siswa mungkin disebabkan tidak tersedianya alat dan sumber
pembelajaran yang memadai.
3.
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh
rendahnya motivasi belajar siswa.
C.
Pemilihan Masalah
Dari identifikasi
masalah di atas peneliti memilih masalah pada nomor 1 sebagai masalah yang
diteliti lebih lanjut. Pemilihan masalah ini didasarkan pada alasan bahwa factor
penentu keberhasilan siswa dalam belajar adalah dari metode pembelajaran yang
diterapkan guru di kelas. Ketika siswa diajak untuk belajar secara aktif, maka
secara teoritik siswa akan lebih paham dengan pembelajarannya. Sehingga
permasalahan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut
D.
Pembatasan
Masalah
Dari pemilihan
masalah di atas, selanjutnya peneliti melakukan pembatasan sebagai berikut.
1.
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan
tipe Numbered Heads Together (NHT) dan metode ekspositori.
2.
Prestasi
belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi
Bangun Datar Segitiga. Kompetensi ini dipilih karena pada pembelajaran
kompetensi tersebut masih disajikan dengan pembelajaran ekspositori dan
prestasi belajar pada kompetensi tersebut masih rendah.
3.
Ruang
lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo.
4.
Penelitian
akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Selanjutnya dari
pembatasan tersebut, peneliti mengambil judul penelitian “Eksperimentasi Metode
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas
VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”.
E.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan
metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang
lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26
Purworejo tahun Ajaran 2011/2012?
F.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan
metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang
lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26
Purworejo tahun Ajaran 2011/2012.
II.
Kajian Teori,
kajian Pustaka, dan Hipotesis
A.
Kajian Teori
Pandangan paham
konstruktivisme menyatakan bahwa proses belajar benar-benar terjadi jika siswa
mampu memproses atau mengkonstruksi sendiri informasi atau pengetahuannya sedemikian
rupa sehingga pengetahuan tersebut menjadi bermakna sesuai dengan kerangka
berpikir mereka. Piaget
dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) dalam teori
ekuilibrasinya menganjurkan agar dalam proses pembelajaran seharusnya ada
pengalaman logis yang harus diberikan kepada siswa sehingga siswa merasakan
kegunaan materi yang dipelajarinya dan mendorong terjadinya perubahan yang
terus menerus dalam belajar. Gordon Dryden dan Jeannete Vos dalam Dewi S
Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) menyatakan bahwa ”Ciri utama
pembelajaran yang bermakna adalah di mana siswa dapat merasakan manfaat dari
materi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari”.
Bruner dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 169) mengklaim
bahwa ”Belajar adalah sebuah proses aktif di mana pembelajar membangun
gagasan-gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya”. Dari beberapa pendapat di atas, maka
salah satu pembelajaran yang cocok diterapkan sesuai dengan pendapat di atas
adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe
NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan
pembelajaran yang lebih menekankan kepada anak untuk lebih aktif dalam
pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah para siswa dapat saling membantu, saling
berdiskusi, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing, akan mendorong siswa
aktif untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri di dalam kelompoknya.
Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk
terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam ligkungan pembelajaran
kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat
membangun komunitas pembelajaran (learning
comunity) yang saling membantu satu sama lain.
Menurut Miftahul
Huda (2011: 1) pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered
Heads Together) atau kepala
bernomor ini dikembangkan oleh
Russ Frank. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat kerjasama siswa dan dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Maksud dari kepala
bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
menguasai materi. Dengan menggunakan pembelajaran ini, siswa tidak hanya
sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk
bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan
menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat
menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi,
suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang
yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif tipe
NHT memiliki 4 tahap dalam pembelajarannya, yaitu:
a)
Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
b)
Guru memberikan tugas/ pertanyaan
dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)
Kelompok berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
d)
Guru memanggil salah satu
nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban hasil diskusi
kelompoknya.
Selanjutnya, dari 4 tahap tersebut dapat disusun langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.
1.
Pendahuluan
a.
Guru melakukan apersepsi
b.
Guru menjelaskan tentang
pembelajaran NHT
c.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
d.
Guru memberikan motivasi
2.
Kegiatan inti
Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tahap 1
|
Siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
|
Tahap
2
|
Guru memberikan
tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
|
Tahap
3
|
Kelompok
berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
|
Tahap
4
|
Guru memanggil
salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban
hasil diskusi kelompok mereka.
|
Sementara
kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan jawaban hasil
diskusi kelompok tersebut. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing
kelompok.
3.
Penutup
a.
Dengan bimbingan guru siswa
membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.
b.
Guru memberikan
evaluasi/latihan soal mandiri.
c.
Siswa diberi PR atau
mengerjakan ulangan soal evaluasi.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Setiap siswa menjadi siap
semua.
2.
Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
3.
Siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai.
4.
Tidak ada siswa yang
mendominasi dalam kelompok
Dari
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif tipe NHT, dimana
keaktifan belajar menjadi titik tekan proses pembelajarannya akan dapat
mendorong siswa untuk mengkonstruksi atau mendapatkan pemahaman yang lebih
bermakna sehingga pengetahuan tidak mudah untuk dilupakan. Secara teori hal ini
akan dapat menjadikan siswa menghasilkan prestasi pembelajaran yang baik. Di
satu pihak, kelemahan pembelajaran ekspositori yang menjadikan siswa sebagai
objek belajar dimana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang diberikan apa
adanya akan menjadikan siswa tumpul dan tidak kreatif membangun pengetahuannya.
Pengetahuan yang tertanam akan bersifat hafalan semata dan dalam jangka waktu
tertetu bisa saja akan hilang. Dari penjabaran tersebut dapat diduga bahwa
prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) akan lebih
baik dibandingkan pembelajaran ekspositori siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan
bangun datar segitiga
B.
Kajian Pustaka
Tentunya sudah ada banyak penelitian yang
meneliti metode NHT ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together)
dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang
Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun
Pelajaran 2006/2007 oleh Noor Azizah.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan
pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada
pembelajaran dengan metode konvensional.
2.
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Operasi Hitung
Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) pada Siswa Kelas
VIII-a Mts Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Masruhan
Mufid.
Hasil penelitin menyimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar
siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah Ma’arif Sumpiuh Kabupaten Banyumas
Pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan model
pembelajaran Numbered Heads Together, (2) Aktivitas siswa kelas
VII-A semester I MTs Islamiyah Maarif Sumpiuh Kabupaten Banyumas pada pokok
bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan melalui model
pembelajran NHT (Numbered Heads
Together).
Persamaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut di atas adalah sama-sama menerapkan metode NHT, sedangkan
perbedaannya terletak pada: materi, tempat, dan waktu penelitiannya.
C.
Kerangka Berpikir
Metode ceramah didominasi oleh guru. Dalam proses
pembelajarannya, guru tidak mendorong siswa untuk aktif menemukan ide,
memberikan pendapat, mengeksplor kemampuan, dan mengoptimalkan potensinya. Kelemahan
dari metode ceramah adalah pembelajaran berjalan membosankan, peserta didik
hanya aktif membuat catatan saja, dan konsep-konsep matematika bersifat hafalan
sementara dan sewaktu-waktu hilang.
Berbeda dengan metode pembelajaran kooperatif NHT (Numbered
Heads Together), metode pembelajaran merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa
dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam
diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa.
Kelebihan metode Numbered Heads together adalah
setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai,
dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok sehingga terjadi interaksi
sosial antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Penggunaan metode ini memiliki dampak positif terhadap siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam satu tim. Siswa kelompok
bawah akan mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang
merupakan teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
Sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
materi yang dijelaskan.
Dari penjabaran tersebut bahwa prestasi belajar yang
menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) akan lebih baik
dibandingkan metode ceramah siswa kelas
VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar
segitiga.
D.
Hipotesis
Berdasarkan pada kajian
teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode NHT (Numbered
Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada
metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran
2011/2012.
III. Metodologi
Penelitian
A.
Tempat, Subyek dan Waktu penelitian
1.
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Purworejo.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – April 2012.
B.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), karena peneliti tidak mungkin untuk
mengontrol semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel dalam penelitian
ini dilakukan pada variabel bebas yaitu Metode NHT.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII Semester II SMP
Negeri 26 Purworejo yang terdiri dari VII kelas pada tahun pelajaran 2011/2012.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari populasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Sampel kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai
Metode NHT dan siswa-siswa yang dikenai pembelajaran dengan strategi
ekspositori.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik Cluster
Random Sampling dengan memilih 2 kelas dari populasi.
Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki.
Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum
yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelas yang sama,
pembagian kelompoknya menggunakan sistem acak, menggunakan buku paket yang
sama, dan memperoleh pelajaran matematika dengan jumlah jam yang sama. Selanjutnya
peneliti memilih sampel secara acak, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas sebagai kelas control. Dari pengacakan diperoleh Kelas VII C sebagai
kelas eksperimen dan Kelas VII D sebagai kelas control.
D.
Identifikasi
Variabel
Pada penelitian ini melibatkan dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1.
Variabel Bebas
Metode Pembelajaran, yang terbagi dalam kelas yang dikenai metode
NHT dan kelas yang dikenai ekspositori (skala nominal).
2.
Variabel terikat
Prestasi belajar
matematika kompetensi bangun datar segitiga (skala interval)
E.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan dokumen.
Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda untuk menjaring nilai prestasi
belajar siswa, sedangkan dokumen digunakan untuk mengetahui keadaan siswa, baik
nama maupun nilai rapornya.
F. Uji Coba Instrumen
1.
Analisis
Instrumen
Analisis instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tes telah memenuhi
syarat validitas dan reliabilitas atau belum.
a.
Uji validitas isi
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik atau
tidak, dilakukan melalui penilian yang dilakukan oleh pakar (experts judgement).
b.
Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada obyek yang berbeda pada waktu
yang berlainan. Reliabilitas tes hasil belajar diuji
dengan rumus KR-20 yaitu:
Dalam penelitian ini soal tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik
jika dipenuhi
2.
Analisis
Butir Instrumen
Analisis butir instrumen meliputi uji tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
berfungsinya pengecoh.
1).
Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai
tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Untuk menentukan
tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Dalam penelitian ini soal yang dipakai
adalah pada rentang tingkat kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
2).
Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji
butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam
membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Rumus untuk mencari daya pembeda suatu butir soal adalah:
Dalam penelitian ini, suatu butir soal
akan dipakai dan dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika indeks daya
pembedanya bernilai 0,30 – 1,00.
G.
Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau
tidak. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
;
H.
Teknik Analisis Data
1.
Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai
dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a.
Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas
ini digunakan metode Lilliefors. Dengan menggunakan statistik uji sebagai
berikut:
;
b.
Uji Homogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji
homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan
statistik uji sebagai berikut:
2.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan uji-t dengan
statistic uji sebagai berikut.
;
IV. Pembahasan
A.
Analisis Data
1.
Uji Keseimbangan
a.
Uji Prasyarat Uji Keseimbangan
1)
Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas
data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum di beri perlakuan diperoleh
hasil sebagai berikut dalam tabel.
Tabel 5
|
||||
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Awal
|
||||
|
|
|
|
Keputusan
|
Kelas Eksperimen
|
|
|
|
diterima
|
Kelas Kontrol
|
|
|
|
diterima
|
Dari data tersebut di atas berarti kedua
kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2)
Uji Homogenitas Variansi
Hasil perhitungan uji homogenitas variansi
data kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5% diperoleh . Dengan
demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.
Uji Keseimbangan
Hasil perhitungan uji keseimbangan
data kelas eksperimen dan kelas sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan = 5 % diperoleh
nilai . Dengan
demikian berarti kedua kelas berasal dari populasi yang
memiliki kemampuan awal yang sama.
2.
Uji Hipotesis
a.
Uji
Prasyarat Hipotesis
1)
Uji
Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data awal kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah di beri perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut dalam
tabel.
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Setelah Diberi
Perlakuan
|
||||
|
|
|
|
Keputusan
|
Kelas Eksperimen
|
|
|
|
diterima
|
Kelas Kontrol
|
|
|
|
diterima
|
Dari
data tersebut di atas berarti kedua kelas dari populasi tersebut berdistribusi
normal.
2)
Uji
Homogenitas Variansi
Hasil
perhitungan uji homogenitas variansi data kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
diberi perlakuan dengan =5% diperoleh
nilai . Dengan
demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.
Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis digunakan uji satu pihak yaitu uji pihak kanan. Dari
penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen kelas yang dikenai
perlakuan dan rata-rata kelas kontrol kelas yang tidak
dikenai perlakuan , dengan dan diperoleh . Dengan = 5 % dan = 58, diperoleh . Karena , maka ditolak, berarti prestasi
belajar yang menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) lebih baik di bandingkan dengan metode ceramah.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, telah ditunjukkan bahwa
prestasi siswa yang dikenai metode NHT lebih baik daripada prestasi siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian
yang di bangun oleh kajian teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir
sebelumnya. Keunggulan yang ada pada metode NHT
(Numbered
Heads Together) ini adalah mampu memberikan optimalisasi partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama untuk pengerjaan tugas
siswa diberi kebebasan untuk mengerjakannya melalui diskusi dengan kelompoknya,
bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa
senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini memudahkan siswa
memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan
dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. Dengan
demikian prestasi siswa akan semakin meningkat.
V.
Penutup
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
metode NHT (Numbered Heads Together) memberikan prestasi belajar yang lebih
baik daripada metode ceramah pada pokok bahasan bangun datar segitiga siswa
kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo. Oleh karena itu, NHT dapat dijadikan sebagai
salah satu alternative bagi guru untuk diterapkan pada pembelajaran di kelas
sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Langganan:
Postingan (Atom)