Cari disini / searching.....

Selasa, 30 Desember 2014

BAB II JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN

BAB II
JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban dari suatu permasalahan tertentu. Berdasarkan pada pengertian di atas, maka penelitian akan selalu berakar dari suatu masalah, sehingga jika berbicara menegenai penelitian pendidikan maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Dalam khasanah keilmuan, sangat diharapkan semua sarjana dapat melakukan penelitian. Sehingga, ilmu mengenai penelitian akan terus dapat digunakan. Seorang sarjana pendidikan yang telah menjadi seorang guru pun tidak akan bisa lepas dari kegiatan penelitian. Bahkan secara tegas dikatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi professional. Tuntutan profesionalisme guru inilah yang menjadikan kegiatan penelitian sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Penelitian seperti apa yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru? Perhatikan ilustrasi berikut ini! Misalkan saja ada seorang guru yang telah cukup lama mengajar. Dari tahun ke tahun ia mendapati bahwa prestasi siswa stagnan atau bahkan cenderung mengalami penurunan, siswa kurang aktif mengikuti pelajaran, dan ada siswa yang suka membolos. Ia menyimpulkan bahwa ketiga hal tersebut merupakan suatu masalah dan harus segera dicarikan solusi. Kemudian, ia membaca buku mengenai strategi pembelajaran. Setelah itu ia bertekad untuk mengubah cara mengajarnya. Ia ingin melihat apakah upaya mengubah cara mengajar ini dapat menyelesaikan masalah tadi. Upaya inilah yang disebut sebagai penelitian.
Secara garis besar, penelitian yang banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam skripsinya meliputi tiga cara penelitian: (1) penelitian deskriptif atau description research, (2) Penelitian tindakan atau Action research, (3) Penelitian Eksperimen atau experiment research. Penjelasannya adalah sebagai berikut:


1.      Penelitian deskriptif atau description research,
Yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 3). Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 72).
Dalam penelitian deskriptif peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek, tidak melakukan perubahan, dan tidak melakukan manipulasi terhadap variable penelitian. Peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada objek penelitiannya. Dalam bidang pendidikan, contoh penelitian deskriptif antara lain sebagai berikut:
a)      Penelitian untuk mengetahui kemampuan perkalian pada anak SD.
b)      Penelitian untuk mengetahui pelaksanaan KTSP di suatu sekolah.
c)      Penelitian untuk mengetahui pelaksanaan permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pembelajaran.
d)     Penelitian untuk mengetahui berapa rata-rata waktu yang digunakan mahasiswa untuk belajar mandiri.
e)      Penelitian untuk mengetahui tanggapan guru terhadap program sertifikasi guru.
f)       Dan sebagainya.

Penelitian deskritif setidaknya memiliki 5 (lima) jenis, yaitu: (1) penelitian deskriptif murni atau survey, (2) penelitian korelasi, (3) penelitian komparasi, (4) penelitian penelusuran (tracer study), dan (5) penelitian evaluatif. Pembahasan dari jenis penelitian di atas adalah sebagai berikut.
1)    Penelitian deskriptif murni atau survey
Penelitian deskriptif jenis ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang dapat atau terjadi dalam suatu wilayah penelitian tertentu. Data yang dikumpulkan dari hasil survey dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau sesuai dengan kondisi yang diiinginkan. Sesudah data lengkap, kemudian diberikan kesimpulan. Pada penelitian survey bahkan ada yang tidak memberikan kesimplan, namun hanya sekedar untuk mencari kecenderungan dari sesuatu yang disurvei. Misalnya saja, survey pemilihan gubernur. Meskipun diperoleh salah satu kandidat gubernur mendapat suara terbanyak dari hasil survey, namun bukan berarti kandidat tersebut akan memenangkan pemilukada tersebut.
Dalam bidang pendidikan dan kurikulum-pembelajaran, survey digunakan untuk menghimpun data tentang siswa, seperti: sikap, jenis kelamin, minat, keadaan ekonomi keluarga, dsb. Pendataan guru, tugas-tugas administrasi guru, media, sumber, dan alat bantu pembelajaran. Kecenderungan pemakaian dan aktivitas wifi di sekolah, jumlah pengunjung perpustakaan, kecenderungan pemakaian jejaring social pada anak sekolah.
Kecenderungan hasil yang diperoleh dari survey bisa dijadikan pijakan bagi peneliti atau pemangku kepentingan untuk merumuskan suatu kebijakan. Misalnya, dari survey yang dilakukan terhadap 1.500 siswa di wilayah Surakarta diperoleh temuan bahwa pengguna 90% siswa aktif dalam mengakses jejaring social. Informasi ini bagi seorang peneliti akan memberikan ide untuk mengembangkan jejaring social sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
Survei juga bisa berperan sebagai studi pendahuluan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui efektifitas penggunaan pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar matematika siswa di suatu kecamatan di Purworejo. Sebelum melakukan eksperimen tersebut, ia melakukan survey terhadap guru-guru di kecamatan tersebut untuk mengetahui apakah Problem Solving sudah diterapkan di sekolah-sekolahnya. Jika hasil survey menunjukkan bahwa kebanyakan guru belum menerapkan Problem Solving, maka ia tentu akan dapat melakukan eksperimennya.
2)    Penelitian korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih, tanpa melakukan perubahan atau manipulasi dari data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian korelasi sebenarnya hanya berupa prediksi saja dan bukan sebagai suatu yang pasti terjadi. Misalnya, Seorang peneliti ingin meneliti hubungan antara kemampuan awal dan motivasi terhadap prestasi belajar matematika. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa kemampuan dan motivasi secara signifikan mempengaruhi prestasi belajar matematika. Namun dalam hal ini tinkat sgnifikansi ini hanya berupa perkiraan/ prediksi saja. Artinya jika seseorang memiliki kemampuan awal dan motivasi yang bagus maka diprediksikan ia akan memperoleh prestasi belajar matematika yang bagus pula. Hal ini tidak berarti bahwa jika seseorang dengan kemampuan awal rendah dan tidak punya motivasi lantas ia akan memiliki prestasi belajar matematika yang rendah. Bisa saja orang dengan kemampuan awal rendah akan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sehingga hasil penelitian korelasi itu tidak memberikan justifikasi bahwa fenimena yang diamati pasti akan terjadi, namun hanya sekedar prediksi saja.
Berkut ini beberapa penelitian korelasi.
a)      Penelitian yang ingin mengetahui apakah semakin tinggi nilai Ujian Nasional seseorang akan menyebabkan semakin tinggi pula Indeks Prestasinya.
b)      Penelitian yang ingin menjawab apakah keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh pendidikan orang tuanya.
c)      Penelitian yang ingin mengetahui apakah jika seorang mahasiswa mengerjakan tugas dan rajin berkunjung ke perpustakaan akan menyebabkan mahasiswa cepat lulus.

3)    Penelitian komparasi
Pada penelitian komparasi (kausal komparatif) peneliti bermaksud untuk membandingkan dua kondisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kondisi mana yang lebih baik diantara dua kondisi yang diperbandingkan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk menyelidiki kemungkinan pertautan sebab akibat dengan cara melakukan pengamatan terhadap akibat yang ada dan kemudian mencari kembali factor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Meskipun secara statistic penelitian ini menggunakan data-data yang cukup banyak, namun dalam memperoleh data, peneliti tidak melakukan manipulasi apapun. Peneliti hanya memperoleh data dari hasil pengamatan saja. Dengan kata lain data yang ingin diperoleh telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Misalnya saja, penelitian untuk membandingkan prestasi belajar siswa putra dan putrid. Data prestasi siswa putra dan putri dapat diperoleh peneliti melalui data raport saja, peneliti tidak perlu memberikan tes.
Dalam penelitian komparatif, hal yang perlu diperhatikan adalah pada pemilihan variable yang dibandingkan. Variable harus diupayakan yang bersifat dinamis. Pada contoh di atas, variable jenis kelamin (putra dan putri) merupakan variable yang statis. Sehingga penelitian ini secara kebermanfaatan, tidak akan memberikan manfaat apapun. Oleh karena itu, variable pembanding harus sedinamis mungkin. Misalnya ketekunan, kedisiplinan, keaktifan, partisipasi, dsb. Penelitian yang betujuan untuk membandingkan prestasi belajar antara siswa yang tekun dan tidak tentunya akan lebih bermanfaat. Misalnya dari penelitian tersebut dihasilkan siswa tekun akan memperoleh prestasi belajar yang baik, maka guru berkewajiban untuk memupuk siswa sehingga muncul sikap ketekunan pada diri siswa-siswanya.
4)    Penelitian Penelusuran
Penelitian penelusuran dimaksudkan untuk melacak kembali segala sesuatu yang terjadi di masa yang telah lalu dan melihat pengaruhnya di masa kini. Melacak kembali ke masa lalu ini biasanya dilakukan jika di masa sekarang terjadi fenomena yang berbeda, biasanya yang terjadi adalah fenomena ketika di masa sekarang tidak lebh baik daripada masa yang telah lalu.
Misalnya, pada masa kini diketahui dari pemberitaan media massa bahwa karakter (kesopanan) siswa sudah berkurang atau bahkan dikatakan sudah hilang. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tawuran pelajar, penggunaan narkoba dikalangan remaja, seks bebas dikalangan remaja, ketidak sopanan pada guru dan orang tua, dan lain sebagainya. Ketika dilakukan perbandingan di masa lalu, ternyata sikap-sikap negative tersebut tidak muncul di kalangan remaja masa lalu. Jika dilihat lebih mendalam, ternyata siswa pada jaman dulu memperoleh pendidikan moral dan budi pekerti di bangku sekolah. Akhirnya pada masa sekarang ini, mulai diterapkan pembelajaran berkarakter.
Penelitian yang dilakukan oleh suatu universitas mengenai kondisi alumninya juga merupakan penelitian penelusuran. Namun, penelitian seperti ini terkadang sulit untuk mendapatkan data yang akurat karena biasanya alumni sudah tidak peduli lagi dengan almamaternya. Sehingga penelusuran akan menjadi suatu yang menyulitkan.
5)    Penelitian evaluative
Penelitian evaluative merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi/ menilai suatu kebijakan yang telah dikeluarkan terkait dengan pendidikan. Misalnya, pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai sertifikasi guru. Akan muncul ide penelitian untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pembelajaran/ prestasi belajar siswa yang diajar oleh guru yang tersertifikasi. Selain itu, pemerintah telah memberikan rambu-rambu aturan sebagai ukuran baik atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Jadi, penelitian tentang pembelajaran merupakan penelitian evaluative, karena mengevaluasi implementasi kebijakan Kemdiknas.
Manfaat dari penelitian evaluative ini adalah untuk memberikan feed back/ umpan baik kepada pembuat kebijakan atas peraturan yang telah dikeluarkan. Jika baik maka peraturan tersebut dilaksanakan dan dikembangkan, namun jika tidak baik maka peraturan tersebut dicabut atau diganti lagi.

2.      Penelitian tindakan atau Action research,
Action diartikan sebagai suatu tindakan, sehingga penelitian ini merujuk pada suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengkontrol, memanipulasi variable, dan melakukan upaya seperlunya untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi yang menjadi focus permasalahan penelitiannya.
Misalnya, seorang guru ketika mengajar menemukan fakta bahwa prestasi belajar siswanya menurun. Selain itu ia juga melihat adanya penurunan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya ia membulatkan tekad untuk mengubah metode pembelajarannya. Ia ingin melihat apakah dengan adanya perubahan tersebut akan diikuti perubahan pada prestasi belajar dan aktifitas siswanya.
Tekad untuk mengubah metode pembelajaran inilah yang selanjutnya disebut sebagai suatu tindakan. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang sangat disarankan oleh Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendukung profesionalisme seorang guru. Selanjutnya penelitian tindakan ini lebih dikenal sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK selanjutnya diterjemahkan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan di suatu kelas (tempat Belajar).

3.      Penelitian Eksperimen atau experiment research
Eksperimen diartikan sebagai suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan Kausal) antara dua faktor yang sengaja dimunculkan dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang dianggap mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan tujuan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan yang telah diberikan.
Penelitian eksperimental pada dasarnya adalah penelitian ilmiah di mana peneliti memanipulasi dan megendalikan satu variable bebas atau lebih dan melakukan observasi terhadap variable terikatnya untuk menemukan variasi yang muncul seiring dengan manipulasi variable bebas tersebut (Budiyono, 2003: 73). Penelitian Eksperimental dibedakan ke dalam dua hal, yaitu penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dan penelitian eksperimental sungguhan (true experimental research). Disebut ekperimen sungguhan jika peneliti benar-benar mengendalikan dan memanipulasi semua variable yang ada secara ketat. Disebut eksperimental semu jika peneliti tidak memnungkinkan untuk memanipulasi  dan atau mengendalikan semua variable yang relevan.
Penelitian pendidikan dikategorikan sebagai penelitian eksperimental semu, mengingat proses pembelajaran pastilah dipengaruhi oleh banyak variable (misalnya, keikutsertaan siswa mengikuti bimbingan belajar, kesehatan, dorongan orang tua, motivasi belajar, metode belajar, sarana pendukung belajarnya, dsb), namun peneliti hanya memanipulasi variable metode belajarnya saja dan mengeliminasi variable yang lain (dianggap tidak ada).
Misalnya, seorang guru ingin memperbaiki cara mengajar. Maka factor-faktor lain seperti materi, lingkungan, buku, dan sebagainya tidak diubah, tetapi tetap seperti sedia kala, dan hanya metode atau cara mengajarnya saja yang diubah. Dalam hal ini, guru secara sengaja mengajar dengan metode tertentu secara sempurna dalam satu periode tertentu, setelah selesai hasilnya dinilai. Peneliti melihat akbat dari perubahan metode mengajar ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar