Cari disini / searching.....

Selasa, 30 Desember 2014

TEKNIK ANALISA DATA

TEKNIK ANALISA DATA

Salah satu dari langkah/ tahap, atau proses penelitian adalah terjun ke lapangan untuk mendapatkan data. Langkah ini dilakukan setelah instrument yang dibuat telah diuji coba dan diketahui secara pasti bahwa instrument tersebut siap untuk digunakan dalam proses pengumpulan data. Kesiapan instrument akan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya, jika telah memenuhi indeks yang diinginkan, maka instrument tersebut siap untuk digunakan.
Proses pengumpulan data dengan instrument, pada akhirnya akan mendapatkan serangkaian data. Data yang diperoleh tersebut dinamakan data induk penelitian, karena belum dilakukan analisa apapun terhadap data tersebut sejak proses pemerolehannya. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan teknik analisis data sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Untuk penelitian eksperimentasi, biasanya digunakan teknik uji-t, uji-F, Analisis Variansi (Anava) satu jalan, Anava 2 jalan, Anava 3 jalan, sampai analisis multivariate. Untuk penelitian korelasi, biasanya digunakan uji korelasi linier dan korelasi linier berganda, untuk penelitian kausal komparatif, biasanya menggunakan teknik analisis yang sama dengan penelitian eksperimen, sedang pada Penelitian Tindakan Kelas digunakan teknik analisis statistic deskriptif. Lebih lanjut akan disajikan dalam table berikut ini.
Jenis Penelitian
Teknik Analisis Data
Penelitian Eksperimentasi
1.      Uji-t
2.      Uji-F
3.      Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4.      Analisis Multivariat.
Penelitian korelasi
1.      Korelasi linier
2.      Korelasi linier berganda
Penelitian Kausal Komparatif
1.      Uji-t
2.      Uji-F
3.      Anava 1 Jalan, Anava 2 Jalan, dan Anava 3 Jalan.
4.      Analisis Multivariat.
Penelitian Tindakan Kelas
1.      Statistik Deskriptif (prosentase, standar deviasi, rataan)

ILUSTRASI PENELITIAN EKSPERIMEN
 Berikut ini disajikan sebuah ilustrasi mengenai penelitian ekpserimen yang diadopsi dari skripsi Ageng Puspa Anindita (NIM. 082143273) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo Angkatan 2008. Ilustrasi ini disertai beberapa modifikasi yang dianggap perlu.
Judul Penelitian
Eksperimentasi Metode Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
I.       Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Matematika memiliki nilai yang sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas karena matematika mempunyai obyek yang abstrak dan memiliki pola pikir deduktif. Nilai-nilai tersebut diperlukan dalam pengajaran matematika yang bertujuan dapat menumbuhkembangkan dan membentuk pribadi siswa dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik serta menciptakan interaksi yang baik bagi para siswa. Seorang guru juga harus menguasai keterampilan-keterampilan dasar mengajar. Macam-macam keterampilan dasar mengajar tersebut meliputi: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) ketrampilan mengelola kelas, (8) keterampilan mengadakan variasi, dan (9) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (Suwarna, dkk., 2005: 66).
Seorang guru juga harus dapat mampu memanfaatkan berbagai media dan alat peraga matematika dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus mampu menguasai materi pelajaran. Namun demikian, sampai sekarang prestasi belajar siswa mata  pelajaran Matematika masih rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 26 Purworejo bahwa rata-rata nilai ulangan siswa SMP Negeri 26 Purworejo sebagai berikut.
Tabel 1
Prestasi belajar siswa SMP Negeri 26 Purworejo
Ulangan
Nilai Rata-rata
Tengah Semester
53.633
Akhir Semester
49.643
KKM
68
Dari nilai rata-rata hasil ulangan tengah semester dan hasil ulangan akhir semester tersebut dapat dilihat masih jauh dari nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 68.
Di antara faktor penyebab rendahnya prestasi belajar Matematika adalah penerapan teknik pembelajaran yang kurang tepat. Kita harus menerapkan salah satu atau gabungan dari beberapa metode mengajar dan metode pembelajaran yang paling baik atau mengenai sasaran. Dengan demikian, proses belajar hendaknya mengacu kepada siswa belajar kepada apa yang ia pelajari.
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1.         Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, mungkin disebabkan oleh guru yang kurang tepat memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas tidak dapat berjalan dengan baik serta tidak dapat menciptakan interaksi yang baik bagi para siswa.
2.         Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan tidak tersedianya alat dan sumber pembelajaran yang memadai.
3.         Rendahnya prestasi belajar  matematika siswa mungkin disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa.
C.    Pemilihan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti memilih masalah pada nomor 1 sebagai masalah yang diteliti lebih lanjut. Pemilihan masalah ini didasarkan pada alasan bahwa factor penentu keberhasilan siswa dalam belajar adalah dari metode pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Ketika siswa diajak untuk belajar secara aktif, maka secara teoritik siswa akan lebih paham dengan pembelajarannya. Sehingga permasalahan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut
D.    Pembatasan Masalah
Dari pemilihan masalah di atas, selanjutnya peneliti melakukan pembatasan sebagai berikut.
1.        Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif  dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) dan metode ekspositori.
2.        Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi Bangun Datar Segitiga. Kompetensi ini dipilih karena pada pembelajaran kompetensi tersebut masih disajikan dengan pembelajaran ekspositori dan prestasi belajar pada kompetensi tersebut masih rendah.
3.        Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo.
4.        Penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Selanjutnya dari pembatasan tersebut, peneliti mengambil judul penelitian “Eksperimentasi Metode Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segitiga Kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”.
E.     Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012?
F.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012.

II.    Kajian Teori, kajian Pustaka, dan Hipotesis
A.    Kajian Teori
Pandangan paham konstruktivisme menyatakan bahwa proses belajar benar-benar terjadi jika siswa mampu memproses atau mengkonstruksi sendiri informasi atau pengetahuannya sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menjadi bermakna sesuai dengan kerangka berpikir mereka. Piaget dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) dalam teori ekuilibrasinya menganjurkan agar dalam proses pembelajaran seharusnya ada pengalaman logis yang harus diberikan kepada siswa sehingga siswa merasakan kegunaan materi yang dipelajarinya dan mendorong terjadinya perubahan yang terus menerus dalam belajar. Gordon Dryden dan Jeannete Vos dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 67) menyatakan bahwa ”Ciri utama pembelajaran yang bermakna adalah di mana siswa dapat merasakan manfaat dari materi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari”. Bruner dalam Dewi S Prawiradilaga dan Evelina Siregar (2004: 169) mengklaim bahwa ”Belajar adalah sebuah proses aktif di mana pembelajar membangun gagasan-gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya”. Dari beberapa pendapat di atas, maka salah satu pembelajaran yang cocok diterapkan sesuai dengan pendapat di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan pembelajaran yang lebih menekankan kepada anak untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Ciri-ciri  pembelajaran kooperatif diantaranya adalah para siswa dapat saling membantu, saling berdiskusi, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing, akan mendorong siswa aktif untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri di dalam kelompoknya. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam ligkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran (learning comunity) yang saling membantu satu sama lain.
Menurut Miftahul Huda (2011: 1) pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) atau kepala bernomor ini dikembangkan oleh Russ Frank. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat kerjasama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. Dengan menggunakan pembelajaran ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.
 Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki 4 tahap dalam pembelajarannya, yaitu:
a)        Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
b)        Guru memberikan tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)        Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
d)       Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompoknya.
Selanjutnya, dari 4 tahap tersebut dapat disusun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.

1.      Pendahuluan
a.       Guru melakukan apersepsi
b.      Guru menjelaskan tentang pembelajaran NHT
c.       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d.      Guru memberikan motivasi
2.      Kegiatan inti
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tahap 1
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
Tahap 2
Guru memberikan tugas/ pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
Tahap 3
Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
Tahap 4
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipangil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.
Sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan jawaban hasil diskusi kelompok tersebut. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok.
3.      Penutup
a.       Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.
b.      Guru memberikan evaluasi/latihan soal mandiri.
c.       Siswa diberi PR atau mengerjakan ulangan soal evaluasi.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Setiap siswa menjadi siap semua.
2.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3.      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4.      Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok
Dari beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif tipe NHT, dimana keaktifan belajar menjadi titik tekan proses pembelajarannya akan dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi atau mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna sehingga pengetahuan tidak mudah untuk dilupakan. Secara teori hal ini akan dapat menjadikan siswa menghasilkan prestasi pembelajaran yang baik. Di satu pihak, kelemahan pembelajaran ekspositori yang menjadikan siswa sebagai objek belajar dimana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang diberikan apa adanya akan menjadikan siswa tumpul dan tidak kreatif membangun pengetahuannya. Pengetahuan yang tertanam akan bersifat hafalan semata dan dalam jangka waktu tertetu bisa saja akan hilang. Dari penjabaran tersebut dapat diduga bahwa prestasi belajar siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe  NHT (Numbered Heads Together) akan lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar segitiga
B.     Kajian Pustaka
Tentunya sudah ada banyak penelitian yang meneliti metode NHT ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Noor Azizah.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional.
2.      Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas VIII-a Mts Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007 oleh Masruhan Mufid.
Hasil penelitin menyimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah Ma’arif Sumpiuh Kabupaten Banyumas Pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together, (2) Aktivitas siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah Maarif Sumpiuh Kabupaten Banyumas pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dapat ditingkatkan melalui model pembelajran NHT (Numbered Heads Together).
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut di atas adalah sama-sama menerapkan metode NHT, sedangkan perbedaannya terletak pada: materi, tempat, dan waktu penelitiannya.
C.    Kerangka Berpikir
Metode ceramah didominasi oleh guru. Dalam proses pembelajarannya, guru tidak mendorong siswa untuk aktif menemukan ide, memberikan pendapat, mengeksplor kemampuan, dan mengoptimalkan potensinya. Kelemahan dari metode ceramah adalah pembelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja, dan konsep-konsep matematika bersifat hafalan sementara dan sewaktu-waktu hilang.
Berbeda dengan metode pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together), metode pembelajaran merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa.
Kelebihan metode Numbered Heads together adalah setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok sehingga terjadi interaksi sosial antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Penggunaan metode ini memiliki dampak positif terhadap siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam satu tim. Siswa kelompok bawah akan mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang materi yang dijelaskan.
Dari penjabaran tersebut bahwa prestasi belajar yang menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) akan lebih baik dibandingkan metode ceramah siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar segitiga.

D.    Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ekspositori pada siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo tahun Ajaran 2011/2012.
III.  Metodologi Penelitian
A.    Tempat, Subyek dan Waktu penelitian
1.      Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Purworejo.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – April 2012.
B.     Metode Penelitian
            Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu Metode NHT.
C.    Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 26 Purworejo yang terdiri dari VII kelas pada tahun pelajaran 2011/2012.
2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai Metode NHT dan siswa-siswa yang dikenai pembelajaran dengan strategi ekspositori.
3.      Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik Cluster Random Sampling dengan memilih 2 kelas dari populasi. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada kelas yang sama, pembagian kelompoknya menggunakan sistem acak, menggunakan buku paket yang sama, dan memperoleh pelajaran matematika dengan jumlah jam yang sama. Selanjutnya peneliti memilih sampel secara acak, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas control. Dari pengacakan diperoleh Kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan Kelas VII D sebagai kelas control.
D.    Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1.      Variabel Bebas
Metode Pembelajaran, yang terbagi dalam kelas yang dikenai metode NHT dan kelas yang dikenai ekspositori (skala nominal).
2.      Variabel terikat
Prestasi belajar matematika kompetensi bangun datar segitiga (skala interval)
E.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan dokumen. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda untuk menjaring nilai prestasi belajar siswa, sedangkan dokumen digunakan untuk mengetahui keadaan siswa, baik nama maupun nilai rapornya.
F.     Uji Coba Instrumen
1.      Analisis Instrumen
Analisis instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tes telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas atau belum.
a.       Uji validitas isi
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik atau tidak, dilakukan melalui penilian yang dilakukan oleh pakar (experts judgement).
b.      Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada obyek yang berbeda pada waktu yang berlainan. Reliabilitas tes hasil belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
Dalam penelitian ini soal tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika dipenuhi
2.      Analisis Butir Instrumen
Analisis butir instrumen meliputi uji tingkat kesukaran, daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh.
1).    Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Dalam penelitian ini soal yang dipakai adalah pada rentang tingkat kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
2).    Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Rumus untuk mencari daya pembeda suatu butir soal adalah:
Dalam penelitian ini, suatu butir soal akan dipakai dan dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika indeks daya pembedanya bernilai 0,30 – 1,00.
G.    Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
            ;
H.    Teknik Analisis Data
1.      Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a.         Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors. Dengan menggunakan statistik uji sebagai berikut:
        ;          
b.        Uji Homogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan statistik uji sebagai berikut:
2.      Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan uji-t dengan statistic uji sebagai berikut.
            ;
IV. Pembahasan
A.       Analisis Data
1.        Uji Keseimbangan
a.         Uji Prasyarat Uji Keseimbangan
1)        Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum di beri perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut dalam tabel.
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Awal

Keputusan
Kelas  Eksperimen
 diterima
Kelas  Kontrol
 diterima
Dari data tersebut di atas berarti kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2)        Uji Homogenitas Variansi
Hasil perhitungan uji homogenitas variansi data kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5% diperoleh . Dengan demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.        Uji Keseimbangan
Hasil perhitungan uji keseimbangan data kelas eksperimen dan kelas sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan = 5 % diperoleh nilai . Dengan demikian berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama.
2.        Uji Hipotesis
a.         Uji Prasyarat Hipotesis
1)        Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah di beri perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut dalam tabel.
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Setelah Diberi Perlakuan

Keputusan
Kelas  Eksperimen
 diterima
Kelas  Kontrol
 diterima
Dari data tersebut di atas berarti kedua kelas dari populasi tersebut berdistribusi normal.
2)        Uji Homogenitas Variansi
Hasil perhitungan uji homogenitas variansi data kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan   =5% diperoleh nilai . Dengan demikian variansi-variansi dari ke dua populasi tersebut sama (homogen).
b.         Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis digunakan uji  satu pihak yaitu uji pihak kanan. Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen kelas yang dikenai perlakuan  dan rata-rata kelas kontrol kelas yang tidak dikenai perlakuan , dengan  dan  diperoleh . Dengan = 5 % dan  = 58, diperoleh . Karena , maka  ditolak, berarti prestasi belajar yang menggunakan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) lebih baik di bandingkan dengan metode ceramah.
B.       Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, telah ditunjukkan bahwa prestasi siswa yang dikenai metode NHT lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang di bangun oleh kajian teori, kajian pustaka, dan kerangka berpikir sebelumnya. Keunggulan yang ada pada metode NHT (Numbered Heads Together) ini adalah mampu memberikan optimalisasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap berpikir bersama untuk pengerjaan tugas siswa diberi kebebasan untuk mengerjakannya melalui diskusi dengan kelompoknya, bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. Dengan demikian prestasi siswa akan semakin meningkat.
V.    Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Heads Together) memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode ceramah pada pokok bahasan bangun datar segitiga siswa kelas VII SMP Negeri 26 Purworejo. Oleh karena itu, NHT dapat dijadikan sebagai salah satu alternative bagi guru untuk diterapkan pada pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa.




1 komentar: